Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Kisah "Street Artist" Gindring Waste yang Inspiratif

Kompas.com - 07/08/2022, 22:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Fauzi Ramadhan dan Fandhi Gautama

KOMPAS.com - Pada tanggal 15 hingga 30 Juli lalu, seorang seniman jalanan asal Magelang, Jawa Tengah, menggelar sebuah pameran tunggal di Negeri Ginseng (Korea Selatan) bertajuk “Waste ‘Em All!”. Seniman tersebut bernama Gindring Waste.

Dilansir dari The Finery Report, sebuah media digital yang berfokus pada industri kreatif, tidak hanya menampilkan karya-karyanya dalam ruang pameran, Gindring juga meluncurkan koleksi pakaian edisi terbatas hasil kolaborasi dengan FLEF Seoul.

Ini tentu merupakan salah satu pencapaian besar bagi Gindring dan seniman-seniman Indonesia. Sebab, menggelar pameran tunggal di luar negeri bukanlah hal yang mudah.

Lantas, sebelum bisa meraih pencapaian ini, siapakah sebenarnya Gindring Waste? Mengapa ia dikenal sebagai seniman jalanan yang kerap melemparkan kritik sosial dengan karya bernuansa seram?

Melalui siniar (podcast) Beginu episode “Tengkorak Manusia, Seram Bukan Tipu Muslihat”, perjalanan hidup Gindring ditumpahkan tuntas kepada Wisnu Nugroho, Pemimpin Redaksi KOMPAS.com.

Dirangkum dari Visual Jalanan, Gindring Waste adalah seorang street artist dari Magelang, Jawa Tengah. Ia mulai berkarya di jalanan sekitar tahun 2007–2008 dengan karakter ikonik seperti Misfits, sebuah grup musik punk rock Amerika Serikat bernuansa horror, yang kerap dipadukan dengan pesan-pesan menohok dan menggelitik.

Karya Gindring sering menjadi kontroversi di masyarakat, sebab kerap membawakan isu-isu intoleran di Indonesia. Bahkan, pada beberapa waktu lalu, ia sempat menjadi buronan utama Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) di kotanya karena dinilai mengotori tembok-tembok kota dengan kritikan.

Setelah sekian lama menjadi buron, Gindring akhirnya tertangkap. Namun, setelah melewati beberapa proses interogasi, perancang grafis lepasan buku yasin dan tahlil ini akhirnya dilepaskan.

Baca juga: Strategi Haus! Mempertahankan Bisnisnya

Uniknya, alih-alih diusir oleh Satpol PP setelah bebas, Gindring justru dimintai tolong untuk melukis di salah satu pojok kantor mereka.

Setelah kejadian tersebut, nama Gindring semakin dikenal, baik di masyarakat maupun pemerintah. Ia kerap mengadakan pameran-pameran di berbagai kota. Salah satunya sebelum berangkat ke Korea Selatan adalah pameran seni rupa virtual bertajuk “Nano Nano Nana Nina”.

Pameran tersebut dibuka oleh pemerintah setempat. Hal ini menjadi bukti bahwa pemerintah telah mendengar apa yang Gindring suarakan sehingga memberikan panggung bagi dirinya bersama seniman lain untuk berekspresi.

“Waktu itu opening ada pak walikota, dari situ kita berkeluh kesah (tentang keadaan kami). Terus, hasilnya gedung ini sekarang dikasih (untuk tempat berkarya) dan bersama dewan keseniannya juga dibentuk untuk memfasilitasi,” terangnya dalam siniar Beginu.

Dari segala pencapaian ini, Gindring mengaku bahwa sebenarnya ia tak pernah mengira akan dikenal seperti ini.

“Sebenarnya, awal mulanya gak kepikiran dikenal gitu. Emang berkarya awalnya dari hati, pengen mengekspresikan, lebih ke arah situ, Mas,” ungkapnya dengan penuh santun kepada Wisnu.

Baca juga: Mengapa Bali Lebih Terkenal dari Indonesia?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com