Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Badai Matahari Menghantam Bumi Hari Ini, Sinyal Internet Diperkirakan Akan Lemah

Kompas.com - 03/08/2022, 13:05 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Fenomena badai Matahari disebut akan menghantam Bumi pada hari ini, Rabu (3/8/2022).

Dilansir dari Live Science, Selasa (2/8/2022), badai Matahari ini disebabkan adanya angin Matahari dengan kecepatan tinggi yang berasal dari lubang di atmosfer Matahari.

Angin ini akan menghantam medan magnet Bumi dan memicu badai geomagnetik G-1 kecil.

Fenomena terjadinya badai Matahari hari ini

Setelah melakukan pengamatan, Peramal cuaca di Pusat Prediksi Cuaca Antariksa Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (SWPC) memprediksi bahwa bahan gas (dari fenomena badai Matahari) mengalir dari lubang selatan di atmosfer Matahari.

Biasanya, lubang selatan di atmoster Matahari disebut sebagai lubang koronal.

Lubang koronal adalah area di atmosfer atas matahari di mana gas listrik bintang kita (atau plasma) lebih dingin dan kurang padat.

Lubang-lubang seperti itu juga merupakan tempat garis-garis medan magnet matahari. Alih-alih berputar kembali ke dalam dirinya sendiri, ia malah memancarkan sinar ke luar angkasa.

Hal ini memungkinkan material Matahari untuk keluar dalam arus deras yang bergerak dengan kecepatan hingga 1,8 juta mil per jam (2,9 juta kilometer per jam).

Baca juga: Penjelasan BRIN soal Benda Asing yang Menyala di Langit Lampung

Dampak badai Matahari pada Bumi

Lantaran letak Matahari berada pada galaksi yang sama dengan Bumi, fenomena badai Matahari tidak begitu terasa atau kentara bagi penduduk Bumi.

Di planet dengan medan magnet yang kuat seperti Bumi, rentetan puing-puing matahari ini akan terserap dan hanya memicu badai geomagnetik.

Selama badai ini, medan magnet Bumi sedikit terkompresi oleh gelombang partikel yang sangat energik.

Partikel-partikel ini menetes ke bawah garis medan magnet di dekat kutub dan menggerakkan molekul di atmosfer, melepaskan energi dalam bentuk cahaya untuk menciptakan aurora berwarna-warni, mirip dengan yang membentuk Cahaya Utara.

Ilmuwan menyakinkan, badai yang dihasilkan oleh puing-puing ini akan lemah.

Badai geomagnetik G1 hanya berpotensi menyebabkan fluktuasi kecil pada jaringan listrik dan memengaruhi beberapa fungsi satelit, termasuk untuk perangkat seluler dan sistem GPS.

Selain itu, badai kali ini juga akan memicu aurora ke selatan sejauh di wilayah Michigan dan Maine.

Baca juga: Apa Itu Badai Matahari dan Bagaimana Dampaknya untuk Indonesia?

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com