Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ignatius B Prasetyo

A Masterless Samurai

Internet is Dead?

Kompas.com - 03/08/2022, 06:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

HATI saya agak bergetar ketika membaca tulisan Nietzsche, filsuf Jerman yang mengatakan "God is Dead".

Sebagai pecinta musik, saya juga tercenung ketika Gene Simmons bassist grup rock Kiss mengatakan "Rock is Dead".

Ungkapan "kematian" menggunakan diksi "dead", memang lebih menggetarkan hati dibandingkan dengan "die".

Sekarang, bagaimana perasaan atau pendapat Anda jika saya menirunya dengan mengucapkan "Internet is Dead"?

Sebelum membahas lebih jauh perihal "kematian" internet, saya ingin mengajak Anda menelusuri sejarah dunia sebelum kelahiran internet.

Internet sebagai buah inovasi, saat ini menjadi tempat berkumpulnya orang dari berbagai macam profesi, umur, maupun latar belakang sosial, tanpa batasan lokasi (geografis).

Dengan kata lain, orang di benua Afrika, mudah berinteraksi dengan orang dari benua lain, misalnya benua Asia.

Selain tempat berkumpul, internet digunakan sebagai medium untuk berdiskusi, pertukaran informasi, dan networking (jaringan pertemanan).

Lalu, bagaimana atau dengan cara apa orang melakukan semua itu sebelum era internet?

Tahukah Anda bahwa sebelum internet muncul, kedai kopi digunakan sebagai medium pertukaran informasi, networking dan juga berdiskusi. Itu terjadi terutama di Eropa sejak abad ke-17.

Pada zaman tersebut, akademisi, pedagang, pelaut, broker dan orang-orang dari beragam profesi berkumpul di kedai kopi bukan hanya untuk minum kopi.

Mereka menggunakan kedai kopi sebagai tempat untuk melahirkan ide inovasi, diskusi-diskusi sehat berdasarkan pemikiran logis (reasoning) dan memperluas jaringan pertemanan (networking).

Ada banyak bukti yang bisa disimak. Misalnya, kita tahu buku Principia karangan Isaac Newton termasuk salah satu buku termasyhur dalam sejarah ilmu pengetahuan. Akan tetapi, apakah Anda tahu bahwa buku ini lahir sebagai hasil pemikiran setelah diskusi yang dimulai di kedai kopi?

Ilmuwan Inggris lain seperti Christopher Wren (arsitek Gereja Katedral St. Paul), Edmon Halley penemu komet yang dinamai seturut namanya, Robert Hooke dan lainnya juga kerap mengunjungi kedai kopi untuk sekadar bertukar pikiran dengan sesama ilmuwan.

Bukan hanya di Inggris, kedai kopi di Perancis pun merupakan tempat berdiskusi dan menghasilkan beberapa kumpulan pemikiran (Encyclopedie).

Berbicara tentang inovasi, tidak perlu diragukan lagi bahwa internet adalah salah satu hasilnya.

Pada tahun 1969, akademisi di UCLA berusaha mengakses jaringan rekannya di Universitas Stanford melalui ARPANET (jaringan milik Departemen Pertahanan Amerika yang mendasari internet sekarang).

Meskipun hanya dua kata "Lo" terkirim dan sistem komputer kemudian crash, namun ini adalah langkah awal perkembangan internet.

Jika dihitung dari momen kegagalan tersebut, internet mengalami perubahan pesat dalam waktu singkat.

Vint Cerf dan Robert Kahn, penggagas aturan pertukaran data antarjaringan (protokol) TCP/IP menerbitkan paper mereka pada tahun 1974.

Kira-kira sepuluh tahun setelahnya, TCP/IP menjadi protokol wajib agar komputer bisa terkoneksi di internet.

Sebagai catatan, mereka juga lah yang menggagas terminologi "internet", dasarnya dari "inter-networking of networks".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com