Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Internet is Dead?

Sebagai pecinta musik, saya juga tercenung ketika Gene Simmons bassist grup rock Kiss mengatakan "Rock is Dead".

Ungkapan "kematian" menggunakan diksi "dead", memang lebih menggetarkan hati dibandingkan dengan "die".

Sekarang, bagaimana perasaan atau pendapat Anda jika saya menirunya dengan mengucapkan "Internet is Dead"?

Sebelum membahas lebih jauh perihal "kematian" internet, saya ingin mengajak Anda menelusuri sejarah dunia sebelum kelahiran internet.

Internet sebagai buah inovasi, saat ini menjadi tempat berkumpulnya orang dari berbagai macam profesi, umur, maupun latar belakang sosial, tanpa batasan lokasi (geografis).

Dengan kata lain, orang di benua Afrika, mudah berinteraksi dengan orang dari benua lain, misalnya benua Asia.

Selain tempat berkumpul, internet digunakan sebagai medium untuk berdiskusi, pertukaran informasi, dan networking (jaringan pertemanan).

Lalu, bagaimana atau dengan cara apa orang melakukan semua itu sebelum era internet?

Tahukah Anda bahwa sebelum internet muncul, kedai kopi digunakan sebagai medium pertukaran informasi, networking dan juga berdiskusi. Itu terjadi terutama di Eropa sejak abad ke-17.

Pada zaman tersebut, akademisi, pedagang, pelaut, broker dan orang-orang dari beragam profesi berkumpul di kedai kopi bukan hanya untuk minum kopi.

Mereka menggunakan kedai kopi sebagai tempat untuk melahirkan ide inovasi, diskusi-diskusi sehat berdasarkan pemikiran logis (reasoning) dan memperluas jaringan pertemanan (networking).

Ada banyak bukti yang bisa disimak. Misalnya, kita tahu buku Principia karangan Isaac Newton termasuk salah satu buku termasyhur dalam sejarah ilmu pengetahuan. Akan tetapi, apakah Anda tahu bahwa buku ini lahir sebagai hasil pemikiran setelah diskusi yang dimulai di kedai kopi?

Ilmuwan Inggris lain seperti Christopher Wren (arsitek Gereja Katedral St. Paul), Edmon Halley penemu komet yang dinamai seturut namanya, Robert Hooke dan lainnya juga kerap mengunjungi kedai kopi untuk sekadar bertukar pikiran dengan sesama ilmuwan.

Bukan hanya di Inggris, kedai kopi di Perancis pun merupakan tempat berdiskusi dan menghasilkan beberapa kumpulan pemikiran (Encyclopedie).

Berbicara tentang inovasi, tidak perlu diragukan lagi bahwa internet adalah salah satu hasilnya.

Pada tahun 1969, akademisi di UCLA berusaha mengakses jaringan rekannya di Universitas Stanford melalui ARPANET (jaringan milik Departemen Pertahanan Amerika yang mendasari internet sekarang).

Meskipun hanya dua kata "Lo" terkirim dan sistem komputer kemudian crash, namun ini adalah langkah awal perkembangan internet.

Jika dihitung dari momen kegagalan tersebut, internet mengalami perubahan pesat dalam waktu singkat.

Vint Cerf dan Robert Kahn, penggagas aturan pertukaran data antarjaringan (protokol) TCP/IP menerbitkan paper mereka pada tahun 1974.

Kira-kira sepuluh tahun setelahnya, TCP/IP menjadi protokol wajib agar komputer bisa terkoneksi di internet.

Sebagai catatan, mereka juga lah yang menggagas terminologi "internet", dasarnya dari "inter-networking of networks".

Pada awalnya, internet mewarisi spirit kedai kopi yang marak pada abad ke-17 sebagai media untuk inovasi, reasoning dan networking. Akan tetapi, Vint dan Kahn sebagai penggagas TCP/IP yang menjadi pondasi internet sampai detik ini, mungkin tidak membayangkan bahwa sekarang internet sudah mulai berubah dan jauh dari spirit yang mereka idamkan sejak awal.

Selain teknologi inti seperti protokol, pesatnya perkembangan internet dapat kita simak melalui berbagai momen perkembangan teknologi penunjang seperti berikut.

Email pertama berhasil dikirim pada tahun 1971. Dua puluh tahun setelahnya, yaitu tahun 1991, Web page pertama berhasil dibuat oleh Sir Tim Berners-Lee.

Kemudian tidak menunggu lama, tahun 1995 Amazon mulai menggunakan internet untuk kegiatan bisnis. Disusul oleh Google pada tahun 1997 dan Facebook (Meta) pada tahun 2004.

Kita tahu bahwa sekarang, Google, Amazon dan Meta merupakan raksasa besar di dunia internet. Dengan tambahan perusahaan Apple, empat raksasa digital (orang menyebutnya Big Tech) tersebut dahulu dijuluki GAFA.

Aplikasi penunjang esensial di internet seperti browser, juga berevolusi secara cepat. Browser pertama, yaitu NCSA Mosaic, dibuat oleh Marc Andreessen dan dirilis pada tahun 1992.

Setelah itu, karena satu dan lain hal, Mosaic dikembangkan melalui nama lain, yaitu Netscape. Sebelum kemunculan Internet Explorer (IE), Netscape merupakan merupakan browser yang banyak digunakan pada berbagai sistem operasi komputer.

IE muncul pada tahun 1995, kemudian sampai era 2000-an menduduki posisi teratas dunia browser. Meskipun dalam perjalanannya IE sempat tersangkut beberapa masalah. Misalnya tuduhan monopoli dengan alasan IE adalah browser yang "secara paksa" ter-install saat orang menggunakan sistem operasi Windows.

Setelah mengalami pasang surut, akhirnya pada tanggal 15 Juni 2022 lalu, Microsoft mengumumkan penghentian support IE. Saat ini ada beberapa browser lain yang menjadi favorit, seperti Chrome dan Firefox. Microsoft juga telah merilis browser pengganti IE, yaitu Edge.

Internet dan aplikasi yang digunakan memang sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. Mungkin tidak banyak disadari bahwa ada beberapa persoalan yang dihadapi internet sekarang. Misalnya saja masalah privasi data.

Dari definisinya, data merupakan sekumpulan angka (maupun nilai riil), biasanya direpresentasikan mengunakan bilangan biner (0 atau 1) di komputer. Data ini belum mempunyai arti apa-apa.

Ketika struktur ditambahkan pada data, maka keteraturan atau pola tertentu akan terjadi. Dengan begitu orang bisa memaknainya. Pada momen ini, data berubah menjadi informasi.

Bagi pengguna intenet, mungkin secara tidak sadar mereka tidak peduli atas data, misalnya ketika dia berbelanja atau kerap mengakses portal tertentu di internet. Kebanyakan orang menganggap bahwa data-data itu tanpa makna.

Akan tetapi melalui perkembangan teknologi, beragam data yang orang pikir "tanpa makna" itu mudah diolah dengan cara ditambah data lain yang diperoleh ketika orang menggunakan internet. Orang tidak sadar bahwa dalam waktu sekejap, data dapat berubah menjadi informasi.

Kalau diselisik lebih jauh lagi, informasi mempunyai hubungan erat dengan bisnis (dalam hal ini, uang).

Hampir sebagaian besar reklame yang bermunculan pada gawai ketika bermain di internet, adalah hasil dari proses mengumpulkan data yang berserakan, kemudian menghubungkannya antara satu dengan lain.

Jangan terkejut ketika Anda mendapati banyak iklan serupa yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan aktivitas Anda misalnya, bermunculan di gawai/komputer ketika berselancar di internet.

Tanpa disadari, data sudah tersebar dan terekam sehingga mudah untuk menebak, siapa, apa hobi dan kebiasaan Anda, bahkan lokasi pun mudah diketahui.

Oleh sebab itu maka di era digital, privasi data terutama data pribadi, mutlak diperlukan. Meskipun bisa menjadi buah simalakama jika privasi diberlakukan terlalu ketat.

Contoh buruknya, (bisnis) reklame bisa menjadi mati. Dengan kata lain, terlalu ketatnya pemberlakuan privasi bisa bedampak pada tertahannya pergerakan roda bisnis.

Eropa sudah menggalakkan perlindungan data pribadi melalui General Data Protection Regulation yang disetujui oleh otoritas Eropa pada tahun 2016.

Indonesia juga sudah mempunyai Permen Kominfo tentang Perlindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronik yang dirilis pada tahun 2016.

Meskipun dalam pelaksanaanya, saya tidak tahu sampai dimana keefektifan Permen Kominfo ini. Apalagi kita tahu bahwa terkadang data pribadi bisa dengan mudah ditemukan di internet.

Masyarakat tentu berharap peran lebih aktif pemerintah untuk mengatur dan membuat solusi bagi perlindungan data pribadi.

Selain persoalan privasi data, sekarang internet menjadi medium "kurang sehat" bagi kehidupan bermasyarakat. Internet penuh dengan berita hoax, ujaran kebencian, gosip politik, pelecehan terutama menyangkut SARA, dan lainnya yang bisa Anda tambahkan sendiri.

Itu semua merupakan musuh yang harus diperangi bersama, demi menjaga kerukunan dan keutuhan bangsa kita yang majemuk.

Tidak perlu saya tuliskan secara panjang lebar bahwa even lima tahunan seperti Pilkada dan Pilpres, biasanya menjadi momen untuk saling caci, menggunakan media favorit yang tidak lain dan tidak bukan adalah internet.

Lebih memprihatinkan lagi, "kegaduhan" tidak hanya terjadi di dunia maya saja. Dipicu oleh "keramaian" dunia maya, maka konfrontasi antarkubu bisa merembet pada kehidupan nyata!

Jika melihat tujuan awal internet, terutama sebagai kelanjutan spirit kedai kopi era abad ke-17 untuk inovasi, reasoning dan networking, maka yang terjadi saat ini (meskipun tidak semuanya) jauh berbeda dengan apa yang didambakan. Maka tidak berlebihan kan jika saya mengatakan, internet sudah "mati"!

Berubahnya tujuan awal bukan satu-satunya alasan. Ada beberapa alasan lain, misalnya teknologi TCP/IP yang menjadi pondasi internet juga sudah lawas, dan saatnya diganti. Sebagai catatan, tahun depan TCP/IP akan genap berusia setengah abad!

Lain dengan dahulu, kebanyakan orang zaman sekarang mengakses internet dengan cara nirkabel. Ini menambah beban pada TCP/IP karena protokol ini diciptakan dengan dasar asumsi mula-mula, koneksi internet melalui kabel.

Salah satu usaha untuk menjawab persoalan itu, saat ini para ilmuwan sedang mengkaji sistem yang lebih menitikberatkan pada isi (konten). Sistem yang sedang dikaji adalah Information Centric Network (ICN).

Cara kerja ICN dibandingkan dengan sistem yang dipakai sekarang, dapat kita selisik misalnya ketika ingin makan nasi goreng. Pada sistem sekarang, pertama Anda perlu googling di mana lokasi rumah makan yang menjual nasi goreng. Lebih-lebih jika ingin makan nasi goreng terenak di area tertentu.

Setelah menemukan restoran, Anda mencari di mana lokasinya menggunakan Google Map. Pengguna dapat mengaktifkan aplikasi pemesanan, agar nasi goreng bisa dibeli kemudian diantar langsung ke rumah.

Dengan ICN, Anda tidak usah susah payah menjalankan beberapa tahap seperti itu demi makan nasi goreng. Kita hanya memasukkan keinginan, kemudian informasi rumah makan yang menjual nasi goreng akan dikirim, bahkan nasi goreng dapat diantar langsung ke rumah.

Ada catatan yang perlu ditambah mengenai ICN. Sistem ini dalam tahap pengembangan, sehingga sekarang masih banyak kendala sebelum ICN bisa benar-benar digunakan.

Teknologi khususnya yang berhubungan dengan internet akan terus berkembang. Selain sisi positif perkembangan teknologi, yaitu orang akan lebih mudah menggunakan dan memanfaatan internet, tentu ada sisi negatif yang perlu diantisipasi sejak dini.

Satu hal terpenting, secanggih apapun teknologi internet nantinya, pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk menggunakannya bagi kepentingan bersama adalah syarat mutlak dan tidak boleh dilupakan.

Terlebih internet merupakan sumber daya terbatas, sehingga harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kita tentu tidak mau internet menjadi "mati".

Internet harus tetap hidup dan menghidupi. Kita harus menggunakan internet sebaik-baiknya, dan meninggalkan warisan kepada penerus bangsa, sebagai bangsa beradab pengguna internet.

Sehingga bukan kematian internet yang terjadi, melainkan kita semua dapat lantang meneriakkan "Long Live The Internet"!

https://www.kompas.com/tren/read/2022/08/03/063000965/internet-is-dead-

Terkini Lainnya

Manfaat Daun Gatal Papua, Diklaim Ampuh Atasi Pegal dan Lelah

Manfaat Daun Gatal Papua, Diklaim Ampuh Atasi Pegal dan Lelah

Tren
Prakiraan Cuaca BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, Petir, dan Kilat 26-27 April 2024

Prakiraan Cuaca BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, Petir, dan Kilat 26-27 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan | Kenaikan UKT Unsoed

[POPULER TREN] Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan | Kenaikan UKT Unsoed

Tren
Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Tren
Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Tren
Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Tren
Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Tren
Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Tren
Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Tren
Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Tren
20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

Tren
Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Tren
14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke