Awalnya, pasien itu mendapat informasi dari influencer dengan pengikut lebih dari 1 juta yang menyatakan bahwa mencuci rambutnya setiap hari tidak baik untuk kulit kepala dan rambut.
Sebaliknya, influence Tik Tok tersebut menyarankan agar menggunakan minyak zaitun.
"Saya berkata, 'Itulah mengapa Anda gatal-gatal,'" terang Kung.
"Anda tidak menghilangkan keringat, minyak rambut, dan polusi udara. Anda menjebak semua itu dengan minyak zaitun. Dan minyak zaitun yang mengenai wajah menyebabkan munculnya jerawat," jelasnya.
Kasus seperti ini semakin umum terjadi, di mana pasien datang dengan keluhan beragam. Namun saat ditelusuri, mereka mengaku menerima saran perawatan kulit dari influencer, bukan dari profesional atau orang yang memiliki latar belakang medis.
Baca juga: Viral, Takaran Pakai Sunscreen 2 Jari atau 2 Ruas Jari, Ini Kata Dokter
Beberapa pembuat konten mendapatkan penghasilan dari kegemaran mereka membuat rekomendasi video skin care di media sosial.
Mereka acap kali memamerkan berbagai produk, mendidik pemirsa tentang bahan-bahan umum, dan mempromosikan berbagai merek melalui kesepakatan sponsor.
Ledakan informasi ini terjadi di media sosial, seperti TikTok, Instagram, hingga Youtube.
Di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pada 2022 mencatat, 95% pengguna internet mengakses media sosial, sebagaimana dikutip dari Kontan.
TikTok, Instagram, dan Youtube termasuk ke dalam lima media sosial yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia.
Sayangnya, informasi yang diberikan di media sosial tersebut, tidak selamanya benar. Bahkan, informasi yang disampaikan berpotensi salah karena sifat media video yang mengandalkan visual.
Salah satunya, penggunaan-penggunaan produk kecantikan yang direkomendasikan dalam jumlah yang banyak.
Baca juga: Cara Membersihkan Produk Kosmetik agar Lipstik dan Bedak Bebas Kuman
"Ketika melihat influencer ini mendemonstrasikan penggunaan produk, mereka mengeluarkan produk dalam jumlah banyak. Jadi Anda melihat gumpalan besar krim atau pembersih," jelas Kung.
Padahal, banyak sedikitnya produk kecantikan tersebut semestinya disesuaikan dengan ukuran wajah dan kebutuhan jenis kulit penggunanya.
Sebaliknya, penggunaan jumlah produk yang sedikit justru dianggap merugikan pihak pembuat konten. Pasalnya, produk yang digunakan dalam ukuran sedikit terlihat tidak menarik di kamera.