Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Udara di Jawa Semakin Dingin, BMKG: Menuju Puncak Musim Kemarau

Kompas.com - 30/06/2022, 20:15 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa hari terakhir, suhu udara di sebagian wilayah Pulau Jawa terasa lebih dingin.

Tak hanya dingin, di kawasan Dieng, Jawa Tengah, udara bahkan mencapai suhu beku dan menyebabkan terbentuknya lapisan es tipis yang menyelimuti permukaan tanah, atau yang disebut sebagai embun upas.

Soal udara dingin ini banyak disampaikan oleh masyarakat melalui unggahan berbagai media sosialnya.

"Akhir-akhir ini dingin banget ga sih," tulis sebuah akun Twitter.

"Perasaan beberapa hari ini udara dingin banget meskipun siang2 cerah.." tulis yang lain.

Terkait hal itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasannya.

Baca juga: Daerah yang Berpotensi Terjadi Fenomena Embun Es seperti Dieng

Koordinator Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Miming Saepudin menyebut Jawa dan Nusa Tenggara Timur tengah menuju puncak musim kemarau.

"Saat ini wilayah Pulau Jawa hingga NTT menuju periode puncak musim kemarau," kata Miming, Kamis (30/6/2022).

Ia menyebut, hal ini lumrah terjadi dan biasanya berlangsung di bulan-bulan puncak kemarau, yakni Juli-September.

Adapun periode puncak musim kemarau ini ditandai dengan adanya pergerakan angin dari arah timur, yang berasal dari Benua Australia.

"Pada bulan Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin. Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin," jelas Miming.

"Sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara) terasa juga lebih dingin," lanjutnya.

Baca juga: Suhu Dieng Minus Sebabkan Munculnya Embun Upas, Apa Itu?

Hal lain, berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara juga mempengaruhi suhu yang terbentuk, khususnya suhu dingin yang menjadi ketika malam hari.

"Tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh Bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer. Tak hanya itu, langit yang cenderung bersih awannya (clear sky) akan menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepas ke atmosfer luar sehingga kemudian membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin terutama pada malam hingga pagi hari," ujar dia.

Faktor-faktor itulah yang menyebabkan udara akhir-akhir ini terasa lebih dingin.

Jika di kebanyakan daerah puncak musim kemarau hanya menyebabkan udara terasa lebih dingin, namun di dataran tinggi seperti Dieng, dampak yang ditimbulkan bisa berbeda.

Yakni berpotensi menimbulkan embun es atau embun upas yang sebagian orang mengira sebagai salju.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

Tren
Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

Tren
Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Tren
Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Tren
Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com