Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Duduk 8 Jam Sehari Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung dan Kematian

Kompas.com - 25/06/2022, 12:45 WIB
Taufieq Renaldi Arfiansyah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah penelitian menunjukkan bahwa duduk selama 8 jam atau lebih per hari dapat berisiko 20 persen lebih tinggi terkena penyakit jantung atau kematian dini. 

Sementara duduk selama 6-8 jam setiap hari akan berisiko kematian dini 12 persen dan risiko penyakit jantung 13 persen lebih tinggi.

Hasil riset tersebut berdasarkan penelitian dari 105.677 koresponden di 21 negara yang dipublikasikan Jamal Network pada Rabu (15/6/2022).

Baca juga: Duduk Terlalu Lama Picu Penyakit Jantung dan Kematian Dini

Tidak aktif beraktivitas berisiko 50 persen

Data penelitian tersebut berlaku untuk orang yang tinggal di negara penghasilan tinggi, menengah dan rendah.

Selain itu terdapat perbedaan risiko terkena penyakit dan kematian dini antara orang yang aktif dengan yang tidak aktif beraktivitas.

Penelitian menyebutkan jika manfaat kesehatan dari aktivitas fisik dapat mempengaruhi presentase risiko penyakit jantung dan kematian dini.

Orang yang banyak duduk dan tidak aktif beraktivitas memiliki risiko tertinggi hingga 50 persen.

Sedangkan orang yang banyak duduk namun aktif beraktivitas hanya memiliki risiko sebesar 17 persen.

Harlan Krumholz dari Yale School of Medicine mengatakan jika duduk terlalu lama tanpa diimbangi aktivitas fisik berhubungan dengan kematian dini dan penyakit jantung.

"Ketika masyarakat kita semakin beralih ke lebih banyak waktu di depan layar dan lebih sedikit aktivitas fisik, kita perlu mempertimbangkan efek apa yang mungkin terjadi pada kesehatan dan fungsi jangka panjang kita," katanya.

Baca juga: Henti Jantung Bisa Sebabkan Gangguan Mental, Begini Gejalanya

Pemicu penyakit kardiovaskular

Duduk terlalu lama dapat berkaitan dengan peningkatan semua penyebab kematian, terutama penyakit kardiovaskular pada jantung.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan untuk seseorang yang sering duduk agar melakukan aktivitas fisik.

Dengan beraktivitas fisik dinilai efektif untuk mengurangi dampak risiko kesehatan yang disebabkan duduk terlalu lama.

Selain itu, melalui peningkatan aktivitas fisik juga merupakan strategi penting untuk mengurangi beban kematian dini dan kardiovaskulat secara global.

Sama berbahayanya dengan merokok

Peneliti dari Simon Fraser University, Profesor Scott Lear, mengatakan bahwa kombinasi waktu duduk yang lama dengan tidak adanya aktivitas fisik sangat berbahaya.

Bahkan keadaan tersebut hampir sama berbahaya dengan risiko bahaya merokok.

Apabila sering duduk terlalu lama, seseorang dapat mengimbanginya dengan meningkatkan aktivitas fisik seperti berolah raga.

Sehingga dengan adanya aktivitas fisik memungkinkan dapat menurangi risiko bahaya duduk terlalu lama.

"Jika Anda harus duduk, berolah raga dengan porsi lebih banyak di lain waktu terutama siang hari dapat mengimbangi risikonya," kata Lear dikutip dari WebMD, Senin (20/6/2022).

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Benarkah Infus 'Whitening' Bisa Membahayakan Ginjal? Ini Kata Dokter

Benarkah Infus "Whitening" Bisa Membahayakan Ginjal? Ini Kata Dokter

Tren
Jam Berapa Pertandingan Thomas Cup 2024 Indonesia Vs India? Simak Jadwalnya

Jam Berapa Pertandingan Thomas Cup 2024 Indonesia Vs India? Simak Jadwalnya

Tren
Ada Efek Samping Langka, Bagaimana Nasib Orang yang Sudah Disuntik Vaksin AstraZeneca?

Ada Efek Samping Langka, Bagaimana Nasib Orang yang Sudah Disuntik Vaksin AstraZeneca?

Tren
Ini Alasan Pertamina Tidak Menaikkan Harga BBM Mei 2024

Ini Alasan Pertamina Tidak Menaikkan Harga BBM Mei 2024

Tren
Beredar Dugaan Penyalahgunaan Dana KIP Kuliah Undip, Status Penerima Bisa Dicabut

Beredar Dugaan Penyalahgunaan Dana KIP Kuliah Undip, Status Penerima Bisa Dicabut

Tren
Profil Wasit di Laga Indonesia Vs Irak, Sivakorn Pu-Udom Akan Jadi Asisten VAR

Profil Wasit di Laga Indonesia Vs Irak, Sivakorn Pu-Udom Akan Jadi Asisten VAR

Tren
Perbandingan Harga BBM Pertamina, Shell, dan BP AKR per 1 Mei 2024

Perbandingan Harga BBM Pertamina, Shell, dan BP AKR per 1 Mei 2024

Tren
Melihat Tiga Jenis Artefak Indonesia Peninggalan Majapahit yang Dikembalikan AS

Melihat Tiga Jenis Artefak Indonesia Peninggalan Majapahit yang Dikembalikan AS

Tren
Sumur Tua Berusia 3.000 Tahun Ditemukan di Jerman, Simpan 'Harta Karun'

Sumur Tua Berusia 3.000 Tahun Ditemukan di Jerman, Simpan 'Harta Karun'

Tren
Gempa Berkekuatan M 4,2 Guncang Bandung, Ini Daerah yang Merasakan

Gempa Berkekuatan M 4,2 Guncang Bandung, Ini Daerah yang Merasakan

Tren
Gempa Berkekuatan M 4,2 Guncang Kabupaten Bandung, Jawa Barat

Gempa Berkekuatan M 4,2 Guncang Kabupaten Bandung, Jawa Barat

Tren
Berapa Kali BPJS Kesehatan Bisa Digunakan untuk Mengakses Layanan Rumah Sakit dalam Sehari?

Berapa Kali BPJS Kesehatan Bisa Digunakan untuk Mengakses Layanan Rumah Sakit dalam Sehari?

Tren
Mengintip Surat Terakhir George Mallory, Ditulis 100 Tahun Lalu Sebelum 'Ditelan' Everest

Mengintip Surat Terakhir George Mallory, Ditulis 100 Tahun Lalu Sebelum "Ditelan" Everest

Tren
Resmi, Inilah Harga BBM Pertamina per 1 Mei 2024

Resmi, Inilah Harga BBM Pertamina per 1 Mei 2024

Tren
Kisah Petugas Kebersihan Pesawat Jadi Pilot di Nigeria, Penantian 24 Tahun Terwujud

Kisah Petugas Kebersihan Pesawat Jadi Pilot di Nigeria, Penantian 24 Tahun Terwujud

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com