Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta Termasuk Kota dengan Kualitas Udara Terburuk di Dunia

Kompas.com - 17/06/2022, 12:30 WIB
Taufieq Renaldi Arfiansyah,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - DKI Jakarta sempat menempati posisi pertama sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia pada Rabu (15/6/2022).

Hasil tersebut dipublikasikan oleh situs IQ Air yang mengoperasikan informasi kualitas udara real-time gratis terbesar di dunia.

Dikutip dari Kompas TV, indeks kualitas udara di DKI Jakarta mencapai angka 185 AQI US pukul 10.00 WIB yang menyebabkan masuk ke dalam kategori merah atau tidak sehat.

Kemudian indeks kualitas udara tersebut mulai menurun ke angka 165 AQI US pada pukul 12.00 WIB dan terus menurun ke kategori sedang di angka 65 AQI US pukul 17.00 WIB.

Humas Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Yogi Ikhwan mengungkapkan, penyebab buruknya kualitas udara di DKI Jakarta karena kelembapan tinggi dan suhu yang rendah.

Kualitas udara yang buruk tersebut diperparah dengan kontribusi polusi udara dari kendaraan bermotor di jalanan DKI Jakarta.

"Berdasarkan data dari Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) yang dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta pada tanggal 15 Juni 2022 sejak dini hari kelembapan tinggi, sedangkan suhunya rendah. Akibatnya, polutan pencemar udara terakumulasi di lapisan troposfer," kata Yogi, dikutip dari Kompas.com, Rabu (15/6/2022).

Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Hari Ini Terburuk Sedunia, Ini Penyebabnya

Daftar 10 kota dengan kualitas udara terburuk

Pada Jumat (17/5/2022) pukul 10.00 WIB, DKI Jakarta berada diposisi kedua sebagai kota dengan kondisi terburuk di dunia.

Indeks kualitas udara berada di angka 169 AQI US dengan konsentrasi polutan utama PM2.5.

Angka polutan utama tersebut setara dengan 18.2 kali di atas nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Sedangkan diposisi pertama adalah Kota Johannesburg di Afrika Selatan dengan indeks kualitas udara berada di angka 192 AQI US.

Berikut daftar kota dengan kualitas terburuk, dilansir dari IQ Air pada Jumat (17/5/2022) pukul 10.00 WIB:

  1. Johannesburg, Afrika Selatan 192 AQI US
  2. Jakarta, Indonesia 169 AQI US
  3. Dubai, Uni Emirat Arab 161 AQI US
  4. Riyadh, Arab Saudi 157 AQI US
  5. Jerusalem, Israel 156 AQI US
  6. Sao Paulo, Brasil 151 AQI US
  7. Santiago, Chile 137 AQI US
  8. Beijing, China 126 AQI US
  9. Ho Chi Minh, Vietnam 116 AQI US
  10. Kuala Lumpur, Malaysia 114 AQI US

Sedangkan untuk 5 kota dengan kualitas udara paling tercemar pada 2021 adalah sebagai berikut:

  1. New Delhi, India
  2. Dhaka, Bangladesh
  3. N'Djamena, Chad
  4. Dushanbe, Tajikistan
  5. Muscat, Oman.

Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Hari Ini Terburuk Sedunia, Ini Penyebabnya

Upaya pemerintah kendalikan pencemaran udara

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berupaya agar perkembangan perekonomian tidak dibarengi dengan dampak lingkungan yang negatif.

"Baik dari kualitas udara maupun dampak keluaran emisi bagi risiko perubahan iklim," ungkap Yogi kepada Kompas.com, Kamis (16/6/2022).

Di 2022, Pemprov DKI Jakarta sudah menyusun strategi utama untuk mengendalikan pencemaran udara di masa depan.

Berbagai kebijakan tersebut, di antaranya:

  1. Penguatan pemantauan.
  2. Melakukan berbagai kajian pendukung.
  3. Penyusunan peraturan yang mendukung implementasi kebijakan
  4. Serta aksi-aksi nyata lain untuk memperbaiki kualitas udara.

Nantinya pihak Pemprov akan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengurangi sumber-sumber polusi udara di DKI Jakarta.

Selain itu, dalam hal perubahan iklim. juga terdapat target untuk mencapai net zero emissions atau nol emisi karbon pada tahun 2050.

"khususnya melalui kebijakan sustainable mobility, yaitu melalui pembangunan yang masif untuk pengembangan pedestrian, jalur sepeda, integrasi transportasi public multimoda, dan target elektrifikasi 50 persen armada TransJakarta pada tahun 2025," ujar Yogi.

Agenda tersebut juga menyangkut pengendalian pencemaran udara, terutama untuk polutan PM2.5.

Berdasarkan kajian yang dilakukan, kontributor terbesar penghasil polutan terdapat pada sektor transportasi sebesar 67,03 persen.

"Selain itu, sektor industri manufaktur sebagai kontributor polutan terbesar kedua juga menjadi perhatian utama kami," jelas Yogi.

Baca juga: Indeks Kualitas Udara Kota Jakarta Hari Ini

Cara melindungi diri dari polusi udara

Konsentrasi polutan utama DKI Jakarta berada di angka PM2.5, angka tersebut dinyatakan sebagai tingkat polusi udara yang tidak sehat.

PM2.5 dikenal sebagai polusi partikel halus yang umumnya dikategorikan sebagai polutan udara paling berbahaya dan dapat berdampak untuk kondisi kesehatan.

Efek kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah asma, stroke, penyakit jantung dan paru-paru. Selain itu,  PM2.5 juga telah menyebabkan jutaan kematian dini setiap tahun.

Masyarakat yang tinggal di DKI Jakarta dapat melindungi diri dari polusi udara tersebut.

Berikut caranya:

  1. Hindari aktivitas di luar ruangan.
  2. Memakai masker jika beraktivitas di luar ruangan.
  3. Tutup jendala untuk menhindari udara luar yang kotor masuk ke dalam rumah.
  4. Nyalakan permurni udara agar udara dalam ruangan tetap jernih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Tren
Tema Met Gala dari Masa ke Masa, 'Sleeping Beauties: Reawakening Fashion' Jadi Tajuk 2024

Tema Met Gala dari Masa ke Masa, "Sleeping Beauties: Reawakening Fashion" Jadi Tajuk 2024

Tren
Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Tren
Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Tren
Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Tren
Kronologi Fortuner Polda Jabar Picu Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ, Diselesaikan secara Kekeluargaan

Kronologi Fortuner Polda Jabar Picu Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ, Diselesaikan secara Kekeluargaan

Tren
Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil Terjadi di Pasuruan, 3 Orang Meninggal Dunia

Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil Terjadi di Pasuruan, 3 Orang Meninggal Dunia

Tren
Kisah Pemuda China, Rela Hidup Hemat demi Pacar tapi Berakhir Tragis

Kisah Pemuda China, Rela Hidup Hemat demi Pacar tapi Berakhir Tragis

Tren
6 Alasan Mengapa Anjing Peliharaan Menatap Pemiliknya, Apa Saja?

6 Alasan Mengapa Anjing Peliharaan Menatap Pemiliknya, Apa Saja?

Tren
Pacitan Diguncang Gempa M 5,0 Selasa Pagi, Ini Wilayah yang Merasakannya

Pacitan Diguncang Gempa M 5,0 Selasa Pagi, Ini Wilayah yang Merasakannya

Tren
Analisis Gempa Pacitan M 5,0 Selasa Pagi, Disebabkan Deformasi Batuan di Lempeng Indo-Australia

Analisis Gempa Pacitan M 5,0 Selasa Pagi, Disebabkan Deformasi Batuan di Lempeng Indo-Australia

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com