KOMPAS.com - Kehilangan seseorang atau sesuatu yang kita sayang pasti akan menimbulkan rasa sakit dan duka yang begitu berat.
Banyak pihak akan menyarankan untuk mengikhlaskan apa yang pergi agar hidup terasa lebih ringan. Tapi praktiknya tidak pernah semudah teorinya.
Secara psikologis pun disebutkan, bahwa untuk bisa menerima duka atau kehilangan dalam kehidupan, seseorang akan membutuhkan proses di mana di dalamnya terdapat sejumlah tahapan yang sulit terhindarkan.
Setidaknya ada 5 fase kehilangan, sebagaimana dikutip dari Cruse Bereavement Support:
Di hari-hari pertama kehilangan, biasanya seseorang akan mengalami mati rasa. Beberapa orang masih belum bisa mencerna secara utuh apa yang sedang ia hadapi, sehingga seolah tidak ada hal apapun yang terjadi.
Bukan berarti kita tidak tahu bahwa seseorang telah meninggal dan pergi. Kita tahu, tapi kita masih menyangkalnya. Kita masih tidak percaya bahwa realita adalah realita.
Hal ini karena sulit untuk menyadari bahwa orang yang penting dalam hidup kita telah pergi dan tak akan pernah kembali.
Di masa-masa ini, sangat mudah bagi seseorang untuk merasakan kehadiran orang yang telah meninggal, baik suaranya, atau bahkan visualnya.
Baca juga: Untuk Penderita Anxiety, Ini Cara Meredakan Kecemasan di Tengah Kabar Duka
Tahap kehilangan selanjutnya adalah fase marah. Marah adalah emosi natural yang sangat alamiah terjadi pada manusia ketika baru saja ditinggal mati/pergi oleh orang yang dicinta.
Kematian dirasa begitu jahat dan tidak adil. Terutama bagi orang-orang yang memiliki mimpi atau rencana bersama di masa depan, sehingga kematian dirasa datang terlalu cepat, jauh lebih cepat daripada semestinya.
Di fase ini, seseorang biasanya akan merasa marah. Baik marah kepada ia yang pergi, atau marah pada diri sendiri mengapa selagi orang itu masih hidup kita tidak melakukan atau justru melakukan hal-hal tertentu kepadanya.
Baca juga: 6 Bunga yang Melambangkan Kesedihan
Memasuki tahap ketiga dari kehilangan, seseorang biasanya akan mulai berpikir realistis di tengah rasa sakit yang masih begitu terasa.
Mereka mulai mencari jawaban, tidak adakah hal lain yang bisa dilakukan untuk mengubah suasana atau kondisi pilu ini menjadi lebih baik?
Seseorang mulai melakukan sesuatu dan meyakini sesuatu itu mampu membawa perubahan yang positif.
Tak jarang seseorang juga akan berandai-andai tentang hal-hal di masa lalunya dan bertanya-tanya mungkin jika sesuatu tidak dilakukan sebagaimana yang sudah dilakukan dulu, kehilangan ini tidak akan sampai terjadi.
Baca juga: Mengenal Beda Depresi dan Kesedihan