Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Penyebab Cuaca Dingin yang Berlangsung hingga Agustus, Ini Penjelasan BMKG

Kompas.com - 12/06/2022, 14:15 WIB
Alinda Hardiantoro,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAs.com - Video mengenai penyebab cuaca dingin di sejumlah wilayah Indonesia yang berlangsung hingga Agustus ramai di media sosial Tik Tok. Video tersebut diunggah oleh akun ini pada Selasa (7/5/2022).

Video tersebut berisi pesan panjang yang menguraikan tentang penyebab cuaca dingin belakangan ini. Bahkan cuaca dingin itu dikatakan lebih dingin dari sebelumnya.

Di akhir pesan tersebut, pengunggah mengungkapkan bahwa cuaca dingin akan berdampak terhadap kondisi kesehatan yang memburuk, seperti meriang, flu, sesak nafas, dan lain-lain.

Berikut narasi di dalam unggahan video tersebut:

"Mulai besok jam 05.27 kita akan mengalami FENOMENA APHELION, dimana letak Bumi akan sangat jauh dari Matahari. Kita tidak bisa melihat fenomena tsb, tp kita bisa merasakan dampaknya. Ini akan berlangsung sampai bulan Agustus. Kita akan mengalami cuaca yg dingin melebihi cuaca dingin sebelumnya, yang akan berdampak kepada yg memiliki kesehatan agak menurun/drop/ kurang sehat, yaitu akan meriang/demam, flu, batuk-pilek, sesak nafas dll. Oleh karena itu mari kita semua tingkatkan imun," tulis pesan di dalam video itu.

Hingga Minggu (12/6/2022), video tersebut telah ditonton oleh 3,3 juta pengguna akun Tik Tok dan disukai oleh 132.000 warganet.

Lantas, apakah informasi di dalam video tersebut benar?

Baca juga: Analisis BMKG soal Penyebab Gempa Pacitan M 5,3 Hari Ini

Penjelasan BMKG

Sub Koordinator Hubungan Pers dan Media Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwi Rini Endra Sari menanggapi bahwa pesan di dalam video tersebut tidak benar atau hoaks.

Rini mengatakan cuaca dingin di sejumlah wilayah di Indonesia tidak berkaitan dengan fenomena Aphelion.

"Suhu dingin itu bukan pengaruh dari aphelion. Memang suhu udara terasa lebih dingin, itu karena wilayah indonesia sebagian besar akan memasuki puncak musim kemarau," jelas Rini kepada Kompas.com, Jumat (12/6/2022).

Puncak musim kemarau terjadi setiap tahun pada Agustus dan akan dirasakan oleh sebagian besar wilayah di Indonesia. Akibatnya, suhu cuaca terasa lebih dingin dari sebelumnya.

"Umumnya ini berlangsung dari bulan Juli hingga September. Nah, suhunya itu terasa lebih dingin yang dipengaruhi oleh adanya dinamika dan atmosfirtisis dekat permukaan bumi," imbuhnya.

Suhu dingin di puncak musim kemarau ini biasanya akan terasa di wilayah dataran tinggi seperti Dieng, dan daerah pegunungan lainnya. Bahkan, di puncak musim dingin, wilayah tersebut berpotensi terjadi embun es yang kerap dikira salju oleh masyarakat.

Baca juga: Penjelasan BMKG soal Ramalan Gempa di Indonesia: Jangan Percaya!

Embun es muncul di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu (26/6/2020) pagi.KOMPAS.COM/DOK DINAS PARIWISATA DAN KEBUDATAAN BANJARNEGARA Embun es muncul di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu (26/6/2020) pagi.

Aphelion tidak berpengaruh pada suhu

Seperti yang sudah dijelaskan, cuaca dingin hingga Agustus itu terjadi lantaran sejumlah wilayah di Indonesia memasuki puncak musim kemarau, bukan karena fenomena Aphelion.

"Kalau masalah fenomena Aphelion, itu tidak mempengaruhi suhu udara di indonesia. Karena kalau Aphelion itu merupakan fenomena astronomi yang terjadi setahun sekali yang terjadi pada kisaran bulan Juli," terang Rini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com