Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anies Ganti Ulang Tahun DKI Jadi Jakarta Hajatan, Alasan dan Kata Ahli

Kompas.com - 26/05/2022, 07:30 WIB
Taufieq Renaldi Arfiansyah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengganti istilah ulang tahun DKI Jakarta menjadi Jakarta Hajatan.

Istilah Jakarta Hajatan akan mulai digunakan pada perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-495 DKI Jakarta.

"Tahun ini kita mulai gunakan istilah menggantikan nama dari ulang tahun, tapi menjadi Jakarta Hajatan, dan hajatan itu istilah yang sangat Betawi. Ini adalah istilah kita di masyarakat Betawi," ujar Anies di Pulau Bidadari, Selasa (24/5/2022).

Baca juga: Alasan Anies Gunakan Tema Jakarta Hajatan untuk HUT Ke-495 Ibu Kota

Anies beralasan, hajatan merupakan istilah yang digunakan masyarakat untuk merayakan momen atau peristiwa tertentu, khususnya oleh warga Betawi.

"Hajatan itu adalah celebration, perayaan. Kita pilih untuk sekarang mulai mengatakan istilah Jakarta hajatan karena ini adalah perayaan kita, celebration kita atas apa yang kita jalani selama ini," ujar Anies dikutip dari Kompas.com, Selasa (24/5/2022).

Jakarta Hajatan

Peneliti Ahli Pertama bidang Ilmu Sejarah di Pusat Riset Masyarakat dan Budaya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Muhammad Luthfi Khair mengatakan jika istilah Jakarta Hajatan perlu diresmikan terlebih dahulu.

"Terkait dengan penetapan, mungkin pertama yang perlu kita ketahui dulu apakah kemudian rencana penggunaan nama hajatan kemudian dimasukkan ke SK Gubernur sebagai salah satu perubahan yang penting dan resmi," katanya Luthfi kepada Kompas.com, Rabu (25/5/2022).

Menurutnya, perumusan ide penggunaan istilah Jakarta Hajatan pastinya sudah dilakukan secara matang oleh pihak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Artinya tidak serta merta kemudian istilah itu muncul begitu saja, kemudian bisa menggantikan istilah ulang tahun DKI Jakarta.

Luthfi menilai, jika dalam istilah Jakarta Hajatan tidak tedapat tendensi tertentu yang berkaitan dengan politik.

"Meskipun kata hajatan ini berasal dari budaya Islami dari Arab, namun kata hajatan ini telah ratusan tahun digunakan oleh masyarakat Nusantara," ujarnya. 

Baca juga: Gelar HUT Ke-495 Ibu Kota, Pemprov DKI Usung Tema Jakarta Hajatan

 

Istilah hajatan

Menurut Luthfi, istilah hajatan sudah sejak lama digunakan oleh masyarakat di Nusantara, khususnya warga Betawi di DKI Jakarta.

Dalam sejarahnya, Kota Batavia (sekarang DKI Jakarta) merupakan pusat ekonomi perdagangan di wilayah Hindia Belanda.

Warga Melayu yang tinggal di Batavia menyerap kata hajatan yang berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti keinginan atau kemauan.

"Makanya kemudian lengkapnya adalah shohibul hajat yang artinya orang yang memiliki keinginan atau kemauan," jelas Luthfi.

Kata hajatan juga menurutnya merepresentasikan suatu kegiatan yang dibuat oleh shohibul hajat atau orang yang memiliki keinginan untuk mencapai niatnya tersebut melalui hajatan.

Secara memori kolektif warga Betawi sudah biasa melakukan hajatan, seperti hajatan pernikahan, hajatan sunatan, atau hajatan syukuran.

Ketika melakukan hajatan, orang zaman dahulu akan mengundang warga sekitar untuk berbagi makanan dan menampilkan pertunjukan seni.

Selain itu, juga dipanjatkan doa-doa dari warga yang diundang agar niat acara hajatan tersebut tercapai atau terkabul.

Dalam prosesnya, perkembangan budaya masyarakat Betawi menerima banyak unsur dari Arab, Tiongkok, Eropa di dalam kebudayaan Betawi.

Semua unsur itu berakulturasi yang mewujud menjadi kebudayaan masyarakat Betawi seperti yang sekarang.

Masyarakat multikultural

Tidak hanya di masyarakat Betawi di DKI Jakarta saja yang menggunakan kata hajatan, daerah lain juga menggunakan kata tersebut.

"Berabad-abad masyarakat kita mengenal kata tersebut, dan wajar saja menggunakan kata itu, dan digunakan bersama," ujar Luthfi.

Di kawasan DKI Jakarta yang masih kental dengan budaya Betawi, acara hajatan sering kali dijumpai dengan adanya tradisi petasan.

Salah satunya pada waktu hajatan Maulid Nabi Muhammad yang di beberapa wilayah Betawi identik dengan penggunaan petasan.

 

Kejadian tersebut membuat masyarakat Betawi sejak dahulu merupakan masyarakat yang multikultural.

"Karena ini merupakan dua kebudayaan yang bertemu, di satu sisi itu perayaan Maulid Nabi, di satu sisi itu menggunakan petasan dari budaya Tiongkok untuk memeriahkan suasana," ungkap Luthfi.

Tidak hanya acara keagamaan Islam, masyarakat Betawi di Kampung Syawal, Bekasi yang mayoritas nasrani juga suka menggunakan kata hajatan.

"Jadi benar, memang saat ini kata hajatan tidak mengenal suku, agama, golongan mana pun karena sudah menjadi bagian memori kolektif masyarakat Betawi, karena memang pas-pas saja digunakan dalam perayaan ulang tahun DKI Jakarta," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[POPULER TREN] Media Korsel Soroti Shin Thae-yong, Thailand Dilanda Suhu Panas

[POPULER TREN] Media Korsel Soroti Shin Thae-yong, Thailand Dilanda Suhu Panas

Tren
Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com