Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Tragedi Penembakan Mahasiswa Trisakti 12 Mei 1998

Kompas.com - 12/05/2022, 09:30 WIB
Taufieq Renaldi Arfiansyah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Akibatnya, para mahasiswa tercerai berai karena panik. Sebagian besar melarikan diri dan berlindung di Universitas Trisakti.

Karena aparat tidak berhentik melakukan tembakan, satu persatu korban mulai berjatuhan dan dilarikan ke Rumah Sakit Sumber Waras.

Selain tembakan yang dilakukan aparat keamanan dihadapat para mahasiswa, juga terdapat tembakan yang berasal dari atas fly over Grogol dan jembatan penyeberangan.

Aparat keamanan tidak hanya menembaki mereka dengan peluru karet, tetapi juga menggunakan peluru tajam.

Insiden tersebut menewaskan enam orang korban dan dipastikan bahwa empat diantaranya adalah mahasiswa Trisakti.

Misteri pelaku penembakan

Setelah Tragedi Trisakti yang mengakibatkan beberapa korban tewas, pihak berwenang kemudian melakukan penyelidikan lebih lanjut.

Pada saah satu korban yang bernama Hery Hertanto ditemukan serpihan peluru kaliber 5,56 mm di tubuhnya.

Tim Pencari Fakta ABRI yang mengungkapkan hasil yang sama ketika melakukan otopsi pada korban.

Namun, Kapolri yang menjabat saat itu, Jenderal Pol Dibyo Widodo membantah jika anak buahnya menggunakan peluru tajam.

Kapolda Metro Jaya Hamami Nata juga menyatakan bahwa polisi hanya menggunakan tongkat pemukul, peluru kosong, peluru karet, dan gas air mata.

Persidangan terhadap enam terdakwa beberapa tahun kemudian juga tidak dapat menjawab siapa yang menjadi pelaku di balik peristiwa nahas tersebut.

Sampai saat ini, misteri penembakan tersebut masih terus menyelimuti sejarah kelam Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998.

Akan tetapi, empat mahasiswa yang tewas dalam Tragedi 12 Mei 1998 in dikenang sebagai Pahlawan Reformasi oleh pihak kampus.

Nama empat mahasiswa itu diabadikan menjadi nama jalan di Kampus Usakti, Nagrak, dan Bogor.

(Sumber: Kompas.com/ Nur Fitriatus Shalihah, Verelladevanka Adryamarthanino | Editor: Sari Hardiyanto, Nibras Nada Nailufar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com