KOMPAS.com - Demonstrasi besar-besaran menentang pemerintahan Orde Baru terjadi pada 12 Mei 1998 atau 24 tahun yang lalu.
Kejadian tersebut lalu dikenal dengan Tragedi Trisakti, karena terdapat empat mahasiswa dari Universitas Trisakti yang meninggal dunia dalam peristiwa itu.
Keempat mahasiswa tersebut tewas tertembak di dalam kampus saat mengikuti demonstrasi yang menuntut turunnya Soeharto dari jabatan presiden.
Kekejaman aparat dalam meredakan demonstrasi para aktivis waktu itu mendapat sorotan dan hingga kini keadilan bagi keluarga korban Tragedi Trisakti pun masih dinanti.
Akibat kejadian tersebut membuat perlawanan mahasiswa dalam menuntut reformasi semakin besar.
Puncaknya pada 21 Mei 1998, Presiden Soeharto resmi mengundurkan diri dari jabatannya, serta menandai akhir dari rezim Orde Baru yang berkuasa selama 32 tahun.
Lantas, bagaimana kronologi kejadian Tragedi Trisakti dan siapa saja korbannya?
Korban Tragedi Trisakti
Dilansir dari Kompas.com (12/5/2020), demonstrasi yang dilakukan mahasiswa Trisakti adalah rangkaian dari aksi mahasiswa yang menuntut reformasi sejak awal 1998.
Aksi tersebut semakin terbuka menyusul pengangkatan Soeharto menjadi presiden untuk ketujuh kalinya lewat Sidang Umum MPR pada 10 Maret 1998.
Para aktivis menilai jika pemerintahan Orde Baru telah melakukan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), hingga menyeret negara ke dalam krisis moneter.
Sehari setalah Tragedi Trisakti pada 13 Mei 1998, Rektor Universitas Trisakti Prof Dr Moedanton Moertedjo mengumumkan mahasiswanya yang tewas ketika mengikuti demonstrasi.
Harian Kompas, Rabu (13/5/1998) menurunkan berita dengan judul Insiden di Universitas Trisakti: Enam Mahasiswa Tewas.
Moedanton menyebut jika terdapat enam mahasiswa yang tewas sewaktu berada di dalam kampus akibat berondongan peluru yang ditembakkan aparat.
Salah satu tembakan tersebut juga berasal dari jalan layang Grogol (Grogol fly over).
Dalam jumpa pers yang dilakukan, pihak Univeristas Trisakti menyebutkan ada enam korban terwas, namun dipastikan bahwa empat di antaranya adalah mahasiswa Trisakti.
Berikut ini adalah korban Tragedi Trisakti:
Selain dari korban yang tewas, terdapat puluhan mahasiswa lainnya yang menderita luka berat dan ringan.
Dilansir dari Kompas.com (7/7/2021), pada awal tahun 1998 perekonomian di Indonesia terganggu akibat adanya krisis finansial Asia sepanjang 1997 sampai 1999.
Pada 12 Mei 1998, para mahasiswa termasuk mahasiswa Trisakti kemudian melakukan aksi demonstrasi besar-besaran ke Gedung Nusantara.
Mahasiswa Trisakti melakukan aksi damai dari Kampus Trisakti menuju Gedung Nusantara pukul 12.30 WIB.
Namun, aksi tersebut dihalangi olek pihak kepolisian yang disusul oleh kedatangan militer. Beberapa perwakilan mahasiswa kemudian melakukan negosiasi dengan polisi terkait aksi tersebut.
Pada pukul 17.15 WIB, para mahasiswa bergerak mundur dengan diikuti majunya pergerakan aparat keamanan.
Aparat keamanan memukul mundur mahasiswa dengan menembakkan peluruh ke arah para mahasiswa.
Akibatnya, para mahasiswa tercerai berai karena panik. Sebagian besar melarikan diri dan berlindung di Universitas Trisakti.
Karena aparat tidak berhentik melakukan tembakan, satu persatu korban mulai berjatuhan dan dilarikan ke Rumah Sakit Sumber Waras.
Selain tembakan yang dilakukan aparat keamanan dihadapat para mahasiswa, juga terdapat tembakan yang berasal dari atas fly over Grogol dan jembatan penyeberangan.
Aparat keamanan tidak hanya menembaki mereka dengan peluru karet, tetapi juga menggunakan peluru tajam.
Insiden tersebut menewaskan enam orang korban dan dipastikan bahwa empat diantaranya adalah mahasiswa Trisakti.
Setelah Tragedi Trisakti yang mengakibatkan beberapa korban tewas, pihak berwenang kemudian melakukan penyelidikan lebih lanjut.
Pada saah satu korban yang bernama Hery Hertanto ditemukan serpihan peluru kaliber 5,56 mm di tubuhnya.
Tim Pencari Fakta ABRI yang mengungkapkan hasil yang sama ketika melakukan otopsi pada korban.
Namun, Kapolri yang menjabat saat itu, Jenderal Pol Dibyo Widodo membantah jika anak buahnya menggunakan peluru tajam.
Kapolda Metro Jaya Hamami Nata juga menyatakan bahwa polisi hanya menggunakan tongkat pemukul, peluru kosong, peluru karet, dan gas air mata.
Persidangan terhadap enam terdakwa beberapa tahun kemudian juga tidak dapat menjawab siapa yang menjadi pelaku di balik peristiwa nahas tersebut.
Sampai saat ini, misteri penembakan tersebut masih terus menyelimuti sejarah kelam Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998.
Akan tetapi, empat mahasiswa yang tewas dalam Tragedi 12 Mei 1998 in dikenang sebagai Pahlawan Reformasi oleh pihak kampus.
Nama empat mahasiswa itu diabadikan menjadi nama jalan di Kampus Usakti, Nagrak, dan Bogor.
(Sumber: Kompas.com/ Nur Fitriatus Shalihah, Verelladevanka Adryamarthanino | Editor: Sari Hardiyanto, Nibras Nada Nailufar)
https://www.kompas.com/tren/read/2022/05/12/093000965/sejarah-tragedi-penembakan-mahasiswa-trisakti-12-mei-1998