Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Kisah Derita Pribumi Australia

Kompas.com - 09/05/2022, 05:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TERSEDIA aneka ragam teori antropologis atau arkeologis mau pun paleontologis saling beda satu dengan lainnya tentang asal muasal masyarakat pribumi Australia yang juga disebut sebagai aborigin.

Namun dapat disepakati secara tak terbantahkan bahwa penguasa yang berkuasa de facto sosio ekonomi politis di Australia pada masa kini pasti bukan masyarakat pribumi Australia yang sudah terlebih dahulu bermukim di bumi benua Australia dan sekitarnya.

Masyarakat pribumi Australia sudah bermukim di Australia minimal 50.000 tahun sebelum kaum pendatang dari Eropa pada awal abad XVII merambah lalu menjajah bumi Australia.

Nasib masyarakat pribumi Australia mirip masyarakat pribumi Amerika meski sudah terlebih dahulu bermukim, namun kemudian digusur bahkan dibinasakan agar tanah masyarakat pribumi dapat dikuasai oleh masyarakat pendatang yang datang dari benua Eropa demi memperluas Lebensraum alias ruang hidup yang menyempit di benua Eropa.

Cara kaum non-pribumi memusnahkan kaum pribumi Australia juga mirip cara kaum non-pribumi memusnahkan kaum pribumi Amerika, yaitu dengan bedil, penyakit dan agama seperti yang dikisahkan oleh film The Mission.

Menarik adalah beda dari Amerika Serikat, pemerintah Australia masa kini telah resmi mengakui angkara murka dosa masa lalu yang dilakukan oleh kaum pendatang dari Eropa maka resmi memohon maaf kepada masyarakat pribumi Australia.

Suatu sikap kesatria jauh lebih selaras sila kemanusiaan yang adil dan beradab.

Apa pun dalihnya, jelas bahwa sikap pemerintah Australia jauh lebih beradab ketimbang sikap arogan dengan logika terbalik tokoh politik kerajaan Belanda, Geert Wilders beserta para pendukung die hard-nya.

Geert Wilders antusias didukung para pendukungnya garang sesumbar menuntut agar bangsa Indonesia secara resmi minta maaf sambil secara nyata membayar ganti rugi kepada bangsa Belanda yang telah terbukti ratusan tahun menjajah demi menghisap kemahakayarayaan rempah kawasan Nusantara yang kemudian diberi nama sebagai Hindia-Belanda sebelum diproklamasikan sejak 17 Agustus 1945 sebagai Republik Indonesia.

Sungguh keterlaluan angkara murka arogansi keblinger kaum penjajah!

Insya Allah, pemerintah Indonesia masa kini juga akan kesatria ikhlas mengakui bahwa telah terjadi pembinasaan sekian banyak rakyat tak berdosa pada masa tragedi G-30-S dan Mei 1998.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com