Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Heryadi Silvianto
Dosen FIKOM UMN

Pengajar di FIKOM Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan praktisi kehumasan.

Puasa Medsos Hari Lebaran, Pasti Bisa!

Kompas.com - 01/05/2022, 10:01 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Mencabut kabel membantu mengisi ulang baterai dan kembali fokus pada hal terpenting dalam hidup.

Lebaran adalah waktu yang tepat untuk me-restart aktivitas media sosial kita, kemudian mengisinya dengan beragam aktivitas fisik.

Batasi medsos, tingkatkan silaturahim

Perjalanan yang panjang dan melelahkan jangan sampai disia-siakan untuk berinteraksi dengan orangtua dan kerabat di kampung.

Selepas swa foto dan selfie bersama keluarga, maka lepaskan diri untuk tenggelam dalam obrolan tentang masa lalu, saat ini dan masa depan.

Belajarlah dari mereka yang hidup di sana dengan segala kearifan lokal, kenal tetangga dari depan rumah hingga berbeda dusun. Setiap lekuk gang dan siapa yang menempati rumah-rumahnya.

Perbanyaklah interaksi dengan keluarga, menjaga diri dari media sosial maka kita akan lebih mudah merasakan manfaatnya.

Gali pengetahuan, kenalkan pengalaman dan ambil nilai-nilai bijak yang bertebaran di kampung halaman. Dari mulai gotong royong, tenggang rasa hingga tepo seliro.

Ada sejumlah langkah yang bisa dilakukan di saat Hari Raya Lebaran atau liburan, merujuk dari artikel Cone Health sebuah jaringan perawatan kesehatan nirlaba ada beberapa hal yang cukup relevan bisa dilakukan dengan sejumlah penyesuaian pada hari Lebaran.

Hubungan antara kesehatan dan media sosial sangatlah kompleks. Di satu sisi, media sosial membantu kita mempertahankan hubungan sosial yang penting dengan teman dan anggota keluarga yang jauh.

Tetapi pada saat yang sama, beberapa konten media sosial dapat meningkatkan perasaan cemas dan depresi.

Saat itu terjadi, maka kemauan dan kemampuan kita membatasi media sosial menjadi prasyarat penting.

Kita bisa balas pesan yang masuk ke medsos dalam respons yang lambat dengan menyampaikan bahwa tidak dapat cepat membalas karena lebih fokus bersilaturahim.

Pasti akan mengerti dan memahami, bahkan bisa jadi menginspirasi bagi orang lain.
Fokus pada teman-teman kehidupan nyata.

Media sosial bisa menjadi cara yang bagus untuk mengikuti apa yang sedang dilakukan teman jarak jauh dan keluarga.

Namun, aktivitas suka (loves) dan komentar di media sosial tidak selalu memberikan hubungan interpersonal yang sama seperti percakapan melalui telepon, obrolan video, atau bahkan pesan teks.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com