Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah Siapkah dengan Pertanyaan Kapan Menikah dan Kapan Punya Anak? Begini Saran Psikolog

Kompas.com - 22/04/2022, 18:30 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Salah satu hal yang mungkin dikhawatirkan sebagian besar orang ketika momen lebaran adalah dipojokkan dengan pertanyaan-pertanyaan pribadi yang berkaitan dengan status.

Seperti pertanyaan kapan menikah, kapan punya anak, kapan lulus kuliah, sudah bekerja atau belum, dan sebagainya.

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini kerap kali muncul ketika berkumpul dengan keluarga di momen Idul Fitri terutama ketika bertemu dengan keluarga yang sudah lama tidak berjumpa.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin bisa menimbulkan rasa baper (terbawa perasaan), hingga menimbulkan rasa sedih bahkan marah.

Lantas bagaimana menyikapi pertanyaan-pertanyaan semacam itu saat momen Lebaran agar tidak baper?

Baca juga: Sebentar Lagi Lebaran, Siapkah dengan Pertanyaan Kapan Menikah?

Penerimaan diri

Terkait hal tersebut Kompas.com menghubungi Psikolog Klinis sekaligus Co-Founder Ohana Space, Veronica Adesla, M.Psi.

Saat dihubungi, Veronica menjelaskan terkait dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut maka seseorang memiliki pilihan apakah akan menjawab dengan guyonan, atau menjawab dengan cara lain seperti berbagai tips yang banyak bertebaran di internet.

Namun dirinya menekankan, sebelum seseorang memikirkan akan menjawab apa atas seluruh pertanyaan-pertanyaan itu, yang paling penting menurutnya adalah adanya penerimaan pada diri sendiri.

“Tapi yang pasti, sebelum mikirin jawaban apa, yang baiknya dilakukan adalah apakah kita sendiri sudah berdamai dengan status-status kita tersebut, misal single belum punya anak dan sebagainya,” kata Vero ketika dihubungi Kompas.com, Jumat (22/4/2022).

Vero menjelaskan, saat seseorang belum menerima status dirinya sendiri maka hal inilah yang biasanya memicu baper.

Seseorang mungkin akan menjadi sedih berlarut-larut jika pertanyaan tersebut adalah sesuatu yang memang berat bagi dirinya.

Bahkan pertanyaan-pertanyaan soal status itu bisa memicu baper ke arah marah jika yang ditanyakan adalah hal yang diri sendiri sedang sangat stres dan frustasi dalam menghadapi dan menerimanya, atau belum menemukan jawaban atas apa yang harus dilakukan.

Pertanyaan soal status juga bisa memicu baper jika pertanyaan itu adalah hal yang sebenarnya sangat ingin dicapai namun tak kunjung bisa tercapai.

Baca juga: Panduan Puasa dan Lebaran bagi Ibu Hamil, Apa yang Boleh dan Tak Boleh Dilakukan

Vero menyarankan untuk bisa menghindari baper maka seseorang harus bisa merefleksi dirinya dulu dengan bertanya, "Apakah diri sendiri sudah berdamai? Apakah tidak apa-apa dengan status-status tersebut?"

Pihaknya menyarankan agar seseorang yang tengah khawatir mendapat pertanyaan berkaitan dengan status, mulai untuk membuat jurnal guna merumuskan mengenai pikiran dan perasaannya.

Serta untuk menuliskan goal yang akan dicapai disertai perencanaan mengenai apa yang akan dilakukan untuk mencapainya.

Hal lain yang perlu dituliskan adalah mengenai hal-hal yang saat ini bisa dilakukan, serta apa saja yang saat ini tengah menjadi prioritas.

Menurutnya, journaling semacam ini akan membantu seseorang untuk siap dengan berbagai pertanyaan terkait statusnya.

Hal ini karena seseorang tersebut tahu mengenai rencana, tujuan, alasan dan prioritasnya.

Namun jika seseorang masih belum juga berdamai dengan status-status yang tengah melekat pada dirinya, maka menurutnya yang bisa dilakukan adalah mengalihkan pembicaraan.

“Triknya, dialihkan (pembicaraan) kemudian jawab dengan tenang, nggak panjang lebar,” ungkapnya.

Baca juga: Manfaat Puasa bagi Kesehatan Mental, Apa Saja?

Penyebab lain baper

Vero mengatakan, ada banyak alasan mengenai seseorang bisa menjadi baper dengan pertanyaan-pertanyaan terkait status.

Selain belum adanya penerimaan dengan diri sendiri, faktor eksternal juga sangat mempengaruhi.

Faktor eksternal tersebut bermacam-macam. Bisa karena terus-terusan menjadi bahan gosip, adanya tekanan dari keluarga, banyak judgement, penyampaian yang menyakitkan atau dibanding-bandingkan dengan orang lain.

“Sehingga sarannya jawab saja singkat. Nggak usah ngegas, tenang, alihkan ke pembicaraan lain, atau berpindah ngobrol dengan orang lain,” pungkas Vero.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com