Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Menyelisik "Radiocarbon Dating"

Kompas.com - 11/04/2022, 09:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

GURU Besar ilmu kimia di Universitas Chicago, Amerika Serikat (AS), Willard Frank Libby, terinspirasi gagasan fisikawan Serge Korff dari Universitas New York yang menengarai neutron muncul ketika atmosfer dibombardir sinar kosmik mulai melakukan riset terhadap apa yang kemudian dikenal sebagai radiocarbon dating (penanggalan radiokarbon).

Secara brilian, Libby tersadar bahwa carbon-14 di atmosfer menemukan jalan sendiri untuk menjadi makhluk hidup terkait dengan isotop radioaktif. Secara teoretis, dapat disimpulkan bahwa manusia dapat mengukur usia suatu benda dengan mengukur kadar pembusukan isotop.

Baca juga: Karbon Purba Planet Mars Ditemukan Curiosity NASA, Seperti Apa?

Tahun 1949, Prof Libby memublikasikan teori radiocarbon dating yang kemudian memperoleh anugerah Nobel bidang kimia tahun 1960.

Pada hakikatnya, radiocarbon dating membuktikan bahwa dating bukan terbatas urusan romantisme pacaran belaka. Secara kelirumologis, radiocarbon dating sangat berdaya guna untuk mengoreksi kekeliruan para arkeolog masa lalu dalam menentukan usia artefak.

Misalnya bahwa bangunan tholos alias makam berstruktur sarang tawon di Yunani semula diduga lebih tua ketimbang bangunan serupa di Skotlandia maka Yunani dianggap sebagai cikal-bakal peradaban masyarakat Eropa.

Berdasar radiocarbon dating ternyata bangunan makam neolitikum dengan struktur sarang tawon di Maeshove, Skotlandia, berusia ribuan tahun lebih tua ketimbang bangunan serupa di Yunani.

Memang radiocarbon dating menyatakan bahwa Dead Sea Scrolls berasal dari masa awal kalender Masehi. Namun, Turin Shroud yang dianggap sebagai kain kafan jenazah Jesus Kristus sebelum bangkit ternyata berasal dari Abad Pertengahan.

Demikian pula lukisan dinding gua Chauvel berdasar radiocarbon dating ternyata jauh lebih muda usia ketimbang yang semula diklaim oleh para arkeolog.

Mohon dimaafkan bahwa saya hanya bisa menulis naskah tentang Prof Willard Frank Libby berserta mahakarya radiocarbon dating sekedar terbatas berdasar masukan informasi dari berbagai sumber, alias apa kata orang lain, tanpa mampu membuktikan kebenaran maupun ketidakbenarannya. Maka, sama sekali bukan mustahil bahwa di masa mendatang akan tampil sistem dating yang lebih akurat ketimbang radiocarbon dating.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Penjelasan UI soal UKT yang Mencapai Rp 161 Juta

Penjelasan UI soal UKT yang Mencapai Rp 161 Juta

Tren
Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Setelah Makan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Setelah Makan?

Tren
Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Tren
Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Tren
Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Tren
Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Tren
Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com