"Terkadang Anda menang, dan sering kali Anda kalah," kata Bastian.
Sebaliknya, Delta memiliki perlindungan dengan mempunyai kilang minyak di Pennsylvania, AS. Walaupun masih gagal berupa menjualnya.
Baca juga: Beredar Kabar Maskapai Citilink Berhenti Terbang Mulai 6-17 Mei, Benarkah?
Pergerakan harga minyak mentah pada awal Januari masih berada di bawah 80 dollar AS per barrel, namun sekarang sudah mencapai 130 dollar AS per barrel.
Hal tersebut terjadi karena pemerintah AS dan Inggris mengatakan akan mengakhiri penggunaan minyak dari Rusia.
Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional Fatih Birol menyebut perubahan harga minyak dapat terjadi dalam jangka pendek.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Bikin Harga Minyak Naik, Ini Dampaknya bagi Harga BBM di Indonesia
Meningkatnya harga minyak dalam jangka pendek tersebut akan berdampak di segala bidang ekonomi global.
"Saya pikir (minyak) 100 dollar AS yang kita alami hari ini mungkin bukan tingkat harga tertinggi yang akan kita lihat dalam beberapa minggu ke depan," katanya.
Ketika biaya transportasi mengalami kenaikan, maka juga akan membuat biaya pemanas dan listrik akan lebih mahal.
Hal ini memperburuk krisis biaya hidup yang dihadapi banyak negara.
Dia juga ingin negara-negara Timur Tengah termasuk Arab Saudi untuk meningkatkan produksi minyaknya.
Baca juga: Saat Satu Per Satu Negara Arab Jatuh ke Pelukan Israel...
Bastian melihat di masa depan akan ada inisiatif untuk mengatasi perubahan iklim dengan memotong emisi karbon pada penerbangan, yang berarti membuat harga minyak dapat menjadi turun.
"Teknologi bahan bakar fosil dan bahan bakar jet yang ada harus pergi, dan kita perlu melakukan investasi itu untuk masa depan menuju masa depan yang berkelanjutan," ujar Bastian.
Hal ini dapat membuat penerbangan memilih bahan bakar yang berkelanjutan seperti biofuel atau alternatif sintetis yang dibuat melalui proses kimia.