Syech Nawawi Al-Bantani lahir pada 1813 di Kampung Tanara, Desa Tanara, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Banten.
Ayahnya bernama Syech Umar bin Arabi Al-Bantani merupakan ulama di Banten, sedangkan ibunya bernama Zubaedah.
Ia memiliki nama Muhammad Nawawi bin 'Umar bin 'Arabi al-Bantani yang merupakan anak sulung dari tujuh bersaudara.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Dibukanya Makam Raja Tutankhamen di Mesir
Syech Nawawi hanya bertahan selama kurang lebih dua tahun mengajar di pondok pesantren, Tanara. Pondok pesantren tersebut adalah milik ayahnya.
Ia kemudian pergi ke Mekkah untuk belajar agama Islam di pusat pengajarannya langsung, yaitu di Masjidil Haram.
Baca juga: Detik-detik Sebuah Mobil Melaju Kencang Tabrak Gate 89 Masjidil Haram
Di Mekkah, Syech Nawawi belajar kepada banyak ulama ternama di Arab, seperti Sayyid Ahmad An-Nahrawi, Syech Muhammad Khatib Al-Hanbali, Sayyid Ahmad Zaini, dan Sayyid Ahmad Ad-Dimyati.
Di Mekkah, Syech Nawawi hanya bertahan selama tiga tahun untuk belajar.
Ia kemudian kembali ke Tanara dan mengajar di pondok pesantren ayahnya.
Baca juga: Cara Daftar Bantuan untuk Pondok Pesantren, LPQ, dan MDT dari Kemenag
Begitu sampai di Banten, Syech Nawawi sangat geram melihat kondisi masyarakat berada di bawah belenggu penjajahan Belanda.
Ia kemudian memanfaatkan mimbar-mimbar untuk ceramah mengobarkan semangat perjuangan. Syiarnya mengutuk penjajahan Belanda dan mengajak masyarakat lepas dari penjajahan.
Sikapnya terhadap penjajahan Belanda yang keras membuatnya diawasi dengan ketat oleh para pejabat kolonial Belanda maupun pejabat lokal.
Pengawasan ketat yang dilakukan kepada Syech Nawawi membuatnya tidak betah.
Ia kemudian kembali meninggalkan Tanah Air dan bertolak ke Mekkah untuk menuntut ilmu.
Syech Nawawi begitu betah tinggal di Mekkah. Diperkirakan, ia menetap di sana dari 1830 hingga meninggal dunia.
Setelah tinggal di Mekkah untuk kedua kalinya, ilmu yang didapatkan oleh Syech Nawawi berkembang.