Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Istanbul, Byzantium, dan Konstantinopel: Kota di Dua Benua

Kompas.com - 05/01/2022, 09:00 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Turki menyimpan segudang sejarah kedigdayaan berbagai bangsa di masa lalu.

Di Istanbul, misalnya, banyak bangunan dan peninggalan masa lalu yang masih bisa dinikmati sampai saat ini. Inilah salah satu alasan mengapa banyak wisatawan dari penjuru dunia mengunjungi kota tersebut.

Selain itu, Istanbul juga menjadi satu-satunya kota di dunia yang terletak di dua benua, yaitu Asia dan Eropa.

Bagi kalian yang bermimpi mengunjungi Istanbul, tentu akan lebih baik jika dibekali dengan sejarah kota itu.

Baca juga: Tak Cuma Istanbul, 4 Kota di Turki untuk Destinasi Wisata

Era Romawi

John Freely dalam bukunya Istanbul: The Imperial City (1998) mencatat, kota ini mulanya dikenal sebagai Byzantium.

Istanbul sudah berusia seribu tahun ketika Konstantin Agung menjadikannya sebagai ibu kota Kekaisaran Romawi pada 330 Masehi.

Sejak saat itu, Istanbul dinamai Konstantinopel atau kota Konstantin.

Konstanti Agung bahkan menyebut kota itu sebagai Roma Baru. Konstantinopel kemudian tumbuh menjadi kota besar dan terkuat di Eropa.

Museum Hagia Sophia di Istanbul, Turki.SHUTTERSTOCK Museum Hagia Sophia di Istanbul, Turki.

Melansir Britannica, masa pemerintahan Justinian (527-565 M) menjadi puncak kejayaan Konstantinopel.

Karena itu, populasi penduduk di awal pemerintahannya mencapai sekitar 500.000 orang.

Namun, kebakaran besar melanda kota itu pada 532 M serta banyaknya pemberontakan mengakibatkan penduduknya terbunuh dalam jumlah besar.

Pembangunan kembali Konstantinopel memberi Justinian kesempat untuk terlibat langsung dalam proyek megah yang peninggalannya masih bisa dilihat hingga kini.

Di masa ini juga, Hagia Sophia dibangun dengan arsitektur yang menakjubkan.

Hagia Sophia atau Aya Sofya adalah sebuah tempat ibadah di Istanbul yang dibangun pada tahun 537 M sampai 1453 M. Bangunan ini merupakan Katedral Ortodoks. 

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh @_nature_studio_

Pada tahun 542 M, kota Konstantinopel dilanda wabah yang disebut telah membunuh tiga dari setiap lima penduduk.

Tak hanya Konstatinopel, tetapi Kekaisaran Romawi secara umum juga ikut terdampat dengan proses pemulihan yang sangat lambat hingga abad ke-9.

Selama periode ini, kota tersebut diserang oleh Persia dan Avar (626 M), Arab (674-678 M dan 717-718 M), Bulgar (813 M dan 913 M), Rusia (860 M, 941, M, dan 1043 M), dan Pecheneg (1090-1091 M).

Namun, semuanya gagal menaklukan Konstantinopel.

Dalam abad-abad selanjutnya, kota itu menjadi saksi bisu pertarungan politik dan perebutan kekuasaan dari berbagai pihak hingga akhirnya dikuasai oleh Turki Utsmani.

Baca juga: Sejarah Cappadocia, Saksi Bisu Kehidupan Era Byzantium

 

Era Turki Utsmani

Lukisan yang menggambarkan pertempuran sebelum jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Ottoman.Wikimedia Commons Lukisan yang menggambarkan pertempuran sebelum jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Ottoman.

Percobaan pertama Turki Utsmani untuk menguasai Konstatinopel berlangsung pada 1422 M oleh Sultan Murad II, tetap upaya itu gagal.

Tiga puluh tahun kemudian, Sultan Mehmed II melanjutkan upaya itu dengan memblokade Selat Bosporus yang dimulai pada April 1453 M.

Turki tidak hanya memiliki keunggulan jumlah pasukan yang luar biasa tetapi juga meriam yang menembus tembok kuno.

Serangan pamungkas dilakukan pada 29 Mei 1453 dan menewaskan pemimpin terakhir Byzantium Constantine XI.

Mehmed II kemudian memindahkan populasi dari daerah taklukakan lainnya, seperti Peloponnese, Salonika, dan pulau-pulau di Yunani.

Sekitar 1480 M, populasi Istanbul meningkat menjadi antara 60.000 dan 70.000 orang.

Hagia Sophia dan gereja-gereja Bizantium lainnya diubah menjadi masjid. Meski demikian, Patriarkat Yunani dipertahankan, tetapi dipindahkan ke Gereja Pammakaristos, kemudian berpindah di kawasan Fener.

Setelah Mehmed II, Istanbul mengalami periode pertumbuhan damai yang panjang, hanya terganggu oleh bencana alam, seperti gempa bumi, kebakaran, dan wabah.

Periode paling cemerlang dari konstruksi Turki Utsmani bertepatan dengan pemerintahan Suleyman (1520-1566 M).

Perubahan besar berikutnya dalam sejarah Istanbul terjadi pada awal abad ke-19, ketika mendekati kehancuran Kekaisaran Ottoman.

Periode ini dikenal sebagai era reformasi internal (Tanzimat) yang disertai sejumlah gangguan serius.

Di masa Sultan Mahmud II, westernisasi Istanbul dimulai dengan begitu cepat. Ini ditandai dengan arus pengunjung Eropa yang terus meningkat sejak 1830-an.

Pada 1839, Sultan Abdulmecid I mengeluarkan piagam yang menjamin semua rakyatnya, apa pun agama, keamanan hidup, dan kekayaan mereka.

Bagian akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 ditandai dengan pengenalan berbagai layanan publik, seperti jalur kereta api pada awal 1870-an.

Baca juga: Mengapa Rambut Kepala Tumbuh Lebih Panjang dari Bagian Tubuh Lain?

 

Era modern

Sisa-sisa benteng Konstantinopel yang masih berdiri sampai sekarang.SHUTTERSTOCK/ALP AKSOY Sisa-sisa benteng Konstantinopel yang masih berdiri sampai sekarang.

Pada kuartal pertama abad ke-20 terjadi berbagai gangguan yang menandai runtuhnya era Turki Utsmani dan lahirnya Turki modern.

Sepanjang Perang Dunia I, kota ini berada di bawah blokade. Setelah berakhirnya Gencatan Senjata (1918), Istanbul berada di bawah pendudukan Inggris, Perancis, dan Italia yang berlangsung hingga 1923.

Dengan kemenangan kaum Nasionalis di bawah Mustafa Kemal Ataturk, kesultanan Turki Utsmani dihapuskan. Sultan terakhirnya, Mehmed VI melarikan diri dari Istanbul.

Pada tanggal 29 Oktober 1923 Republik Turki diproklamasikan.

Setelah Perang Dunia II, populasi Istanbul meningkat secara dramatis karena migrasi penduduk desa ke kota untuk mencari pekerjaan.

Baca juga: Apa Itu Cappadocia, Impian Kinan yang Viral di Serial Layangan Putus?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com