Keabsahan cuti menstruasi dan cuti hamil hanya bisa dipahami dengan logika gender perempuan sementara tuntutan kaum lelaki atas cuti menghamili menjadi absurd apabila dipaksakan dengan menggunakan logika gender lelaki maupun perempuan apalagi wadam.
Tentang apa yang disebut sebagai kehidupan juga nisbi terkait pada tafsir berdasar logika planet bumi atau logika planet lain yang jelas sangat tidak mustahil akibat sangat beda satu dengan lainnya.
Logika surga dan neraka berdasarkan pemahaman agama Timur Tengah beda dengan pemahaman agama Asia dan Afrika.
Dalam berdebat lazimnya para pendebat yakin bahwa logika yang benar adalah logika dirinya sendiri bukan logika lawan debatnya maka dalam berdebat sebenarnya mustahil ada yang kalah selama tidak ada yang sudi mengalah.
Bagi yang ingin dan berani makin bingung tentang apa yang disebut sebagai logika silakan mempelajari pemikiran Aristoteles, Leibniz, Boole, Carroll, Cantor, Frege, Russel, Hilbert, Goedel, tentang logika.
Pemikiran para mahapemikir Barat tentang logika ternyata saling beda satu dengan lainnya, mirip sekelompok tunanetra berusaha mendefinisikan bentuk seekor gajah tergantung bagian tubuh gajah yang sedang mereka raba. Yang sedang meraba ekor bilang gajah kecil, yang meraba perut bilang gajah besar, yang meraba belalai bilang gajah panjang, yang meraba telinga bilang gajah tipis.
Sadar atas kedangkalan daya pikir apalagi daya tafsir diri sendiri maka saya memilih untuk mematuhi ajaran ayah dan ibu saya agar saya berpikir secara tidak perlu sok muluk-muluk keren akademis seperti “logika” tetapi cukup sederhana saja yaitu “nalar”.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.