Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pfizer Memprediksi Pandemi Covid-19 Akan Selesai 2024, Ini Alasannya

Kompas.com - 20/12/2021, 19:00 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perusahaan farmasi Pfizer memprediksi bahwa pandemi Covid-19 belum akan berlalu, setidaknya hingga 2024.

Melansir Reuters, Sabtu (18/12/2021) Chief Scientific Officer Pfizer Mikael Dolsten mengatakan, pihaknya memperkirakan sejumlah wilayah masih akan mengalami pandemi Covid-19 dalam setahun hingga dua tahun ke depan.

Pada periode yang sama, sejumlah negara juga diperkirakan akan mengalami transisi dari pandemi menjadi endemi, dengan kasus infeksi yang lebih terkendali.

Baca juga: Kapan Pandemi Covid-19 Berakhir? Simak, Ini Tanda-tandanya...

Dolsten mengatakan, perusahaan memperkirakan bahwa pandemi Covid-19 akan sepenuhnya berubah menjadi endemi di seluruh dunia pada 2024.

"Kapan dan bagaimana tepatnya ini terjadi akan tergantung pada evolusi penyakit, seberapa efektif penyebaran vaksin dan pengobatan kepada masyarakat, dan distribusi yang adil ke tempat-tempat di mana tingkat vaksinasi rendah," kata Dolsten.

"Munculnya varian baru juga dapat berdampak pada bagaimana pandemi terus berlanjut," imbuhnya.

Dampak Omicron terhadap pandemi

Prediksi Pfizer muncul setelah kemunculan varian Omicron bulan lalu, yang memiliki lebih dari 50 mutasi dibandingkan dengan virus versi asli.

Omicron diketahui mengurangi efektivitas dua dosis vaksin melawan infeksi, dan memicu ketakutan akan penyebaran yang cepat ke seluruh dunia.

Melansir Reuters, Jumat (17/12/2021) penyebaran varian Omicron di Eropa dan Amerika Serikat menyebabkan para pakar mengkaji ulang ekspektasi mereka terhadap situasi pandemi Covid-19 tahun depan.

Pada saat yang sama, banyak negara kembali menerapkan langkah-langkah pembatasan yang sebelumnya dilonggarkan, yaitu membatasi perjalanan, mewajibkan masker, dan menyarankan agar pertemuan besar tidak dilakukan selama liburan musim dingin.

Baca juga: Mengenal Varian Omicron, Karakter, Gejala, hingga Cara Mencegahnya

 

Target vaksinasi

Angela Rasmussen, ahli virologi di Vaccine and Infectious Disease Organization di University of Saskatchewan di Kanada mengatakan, meski kembalinya langkah-langkah pembatasan itu tidak bisa diartikan sebagai kemunduran, namun ia mengungkapkan bahwa banyak negara masih harus mengejar target vaksinasi atau kekebalan untuk melewati pandemi.

"Orang-orang muak dengan pandemi dan saya juga begitu, tetapi kecuali kita bisa mendapatkan urgensi untuk memaksa para pemimpin kita mengambil tindakan, saya benar-benar melihat kondisi 2022 masih sama seperti yang kita lihat pada 2021," kata Rasmussen.

Sementara itu, Amesh Adalja, ahli penyakit menular di Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins, mengatakan, bahkan setelah Covid-19 menjadi endemi, varian baru masih akan menelurkan wabah dan lonjakan musiman selama bertahun-tahun yang akan datang.

"Akan selalu ada kasus Covid-19, rawat inap, dan kematian. Banyak orang belum menerima itu," kata Adalja.

Baca juga: Kapan Pandemi Covid-19 Akan Berakhir?

Peringatan WHO soal Omicron

Diberitakan Kompas.com, Sabtu (18/12/2021) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mewanti-wanti penyebaran virus corona varian Omicron yang terus meluas.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus bahkan mengatakan, vaksin saja tidak cukup untuk menghadapi varian Omicron.

Hal ini ia katakan saat merespons semakin banyaknya laporan dari negara-negara terkait temuan kasus Covid-19 varian Omicron.

"Saya harus sangat jelas: vaksin saja tidak akan membuat negara mana pun keluar dari krisis," kata Tedros

Per 15 Desember 2021, kata dia, sudah ada 77 negara yang melaporkan temuan kasus varian Omicron. Akan tetapi, Tedros mengatakan, ada kemungkinan varian Omicron sudah menyebar di lebih banyak negara di dunia, namun belum terdeteksi.

"77 negara kini sudah melaporkan kasus Omicron dan kenyataannya bahwa Omicron mungkin ada di sebagian besar negara, meskipun belum terdeteksi," ungkap Tedros.

Baca juga: Ini Prediksi-prediksi Kapan Pandemi Covid-19 Berakhir

 

Gejala Omicron

Tedros juga mengaku bahwa ia khawatir jika orang-orang menganggap remeh Omicron karena gejala yang ditimbulkan tidak terlalu parah.

Kendati demikian, setiap lonjakan kasus bisa berimbas pada sistem kesehatan. Tidak semua negara memiliki sistem kesehatan yang siap untuk menghadapi lonjakan kasus yang bisa terjadi akibat varian ini.

"Kami khawatir orang-orang menganggap Omicron sebagai hal yang ringan. Apalagi jika omicron memang menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah, jumlah kasus yang begitu banyak sekali lagi dapat membanjiri sistem kesehatan yang tidak siap," jelas Tedros.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com