Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah dan Peringatan Hari Toleransi Internasional 16 November

Kompas.com - 16/11/2021, 13:30 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Pada 16 November 1996, Majelis Umum PBB mengundang negara-negara anggota PBB untuk memperingati Hari Toleransi Internasional dengan kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk lembaga pendidikan dan masyarakat luas.

Ban Ki Moon, Sekretaris Jenderal PBB pada saat itu, menyampaikan pesan bahwa masyarakat semakin beragam, tetapi intoleransi tumbuh di banyak tempat.

Di jantung banyak konflik, munculnya ekstremisme kekerasan, pelanggaran hak asasi manusia besar-besaran, dan pembantaian budaya. Ia mengatakan, ini krisis terbesar sejak Perang Dunia II karena melahirkan kebencian dan xenofobia terhadap pengungsi dan lainnya.

Ban Ki Moon mengajak negara-negara untuk terlibat dalam mewujudkan toleransi, dengan memperkuat dialog, kohesi sosial, dan saling pengertian.

"Ini berarti membangun masyarakat yang didasarkan pada penghormatan terhadap hak asasi manusia, di mana ketakutan, ketidakpercayaan, dan marginalisasi digantikan oleh pluralisme, partisipasi, dan penghormatan terhadap perbedaan," pesan Ban Ki Moon.

Baca juga: VIDEO Cek Fakta: Hoaks! 13 Siswa di Afrika Selatan Meninggal Dunia Setelah Disuntik Vaksin

Cara melawan intoleransi

Mengkampanyekan toleransi melibatkan banyak pihak. Salah satunya dengan berhenti menyebarkan kebencian dan melawan intoleransi.

Melansir laman PBB, terdapat beberapa cara yang dilakukan untuk melawan intoleransi. Berikut diantaranya:

  • Hukum: pemerintah bertanggung jawab untuk menegakkan hukum hak asasi manusia, untuk melarang dan menghukum kejahatan kebencian dan diskriminasi serta memastikan akses yang sama untuk penyelesaian sengketa.
  • Pendidikan: hukum diperlukan tetapi tidak cukup untuk melawan intoleransi, penekanan yang lebih besar perlu diberikan pada pendidikan yang lebih banyak dan lebih baik.
  • Akses informasi: cara paling efisien untuk membatasi pengaruh para penyebar kebencian adalah dengan mempromosikan kebebasan pers dan pluralisme pers, agar publik dapat membedakan antara fakta dan opini.
  • Kesadaran individu: intoleransi melahirkan intoleransi lainnya. Maksudnya, untuk memerangi intoleransi, individu harus menyadari hubungan antara perilaku mereka dan lingkaran setan ketidakpercayaan dan kekerasan di masyarakat.
  • Solusi lokal: ketika dihadapkan pada eskalasi intoleransi di sekitar kita, kita tidak boleh menunggu pemerintah dan lembaga bertindak sendiri. Kita semua adalah bagian dari solusi.

Baca juga: Daftar Wilayah Level 1, 2, dan 3 PPKM Jawa-Bali 16-29 November 2021

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Buku Karya Arthur Conan Doyle di Perpustakaan Finlandia Baru Dikembalikan setelah 84 Tahun Dipinjam, Kok Bisa?

Buku Karya Arthur Conan Doyle di Perpustakaan Finlandia Baru Dikembalikan setelah 84 Tahun Dipinjam, Kok Bisa?

Tren
8 Fenomena Astronomi Sepanjang Juni 2024, Ada Parade Planet dan Strawberry Moon

8 Fenomena Astronomi Sepanjang Juni 2024, Ada Parade Planet dan Strawberry Moon

Tren
4 Provinsi Gelar Pemutihan Pajak Kendaraan Juni 2024, Catat Jadwalnya

4 Provinsi Gelar Pemutihan Pajak Kendaraan Juni 2024, Catat Jadwalnya

Tren
7 Cara Cek Pemadanan NIK-NPWP Sudah atau Belum, Klik ereg.pajak.go.id

7 Cara Cek Pemadanan NIK-NPWP Sudah atau Belum, Klik ereg.pajak.go.id

Tren
Perbandingan Rangking Indonesia Vs Tanzania, Siapa yang Lebih Unggul?

Perbandingan Rangking Indonesia Vs Tanzania, Siapa yang Lebih Unggul?

Tren
Kenali Beragam Potensi Manfaat Daun Bawang untuk Kesehatan

Kenali Beragam Potensi Manfaat Daun Bawang untuk Kesehatan

Tren
Mempelajari Bahasa Paus

Mempelajari Bahasa Paus

Tren
7 Potensi Manfaat Buah Gandaria, Apa Saja?

7 Potensi Manfaat Buah Gandaria, Apa Saja?

Tren
Dortmund Panen Kecaman setelah Disponsori Rheinmetall, Pemasok Senjata Perang Israel dan Ukraina

Dortmund Panen Kecaman setelah Disponsori Rheinmetall, Pemasok Senjata Perang Israel dan Ukraina

Tren
Murid di Malaysia Jadi Difabel setelah Dijemur 3 Jam di Lapangan, Keluarga Tuntut Sekolah

Murid di Malaysia Jadi Difabel setelah Dijemur 3 Jam di Lapangan, Keluarga Tuntut Sekolah

Tren
Sosok Calvin Verdonk, Pemain Naturalisasi yang Diproyeksi Ikut Laga Indonesia Vs Tanzania

Sosok Calvin Verdonk, Pemain Naturalisasi yang Diproyeksi Ikut Laga Indonesia Vs Tanzania

Tren
Awal Kemarau, Sebagian Besar Wilayah Masih Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang, Mana Saja?

Awal Kemarau, Sebagian Besar Wilayah Masih Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang, Mana Saja?

Tren
Mengenal Gerakan Blockout 2024 dan Pengaruhnya pada Palestina

Mengenal Gerakan Blockout 2024 dan Pengaruhnya pada Palestina

Tren
Korea Utara Bangun 50.000 Rumah Gratis untuk Warga, Tanpa Iuran seperti Tapera

Korea Utara Bangun 50.000 Rumah Gratis untuk Warga, Tanpa Iuran seperti Tapera

Tren
Menggugat Moralitas: Fenomena Perselingkuhan di Kalangan ASN

Menggugat Moralitas: Fenomena Perselingkuhan di Kalangan ASN

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com