Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Viral Kontrasepsi dengan Koyo KB, Apa Itu? Ini Penjelasan Ahli

Kompas.com - 16/11/2021, 12:30 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Sebuah unggahan video mengenai alat kontrasepsi berupa koyo KB, viral di media sosial TikTok.

Postingan tersebut diunggah oleh akun TikTok ini pada 13 November 2021. 

“Udah pernah denger tentang koyo KB belum?” tulis akun tersebut.

Baca juga: Video Viral Pemotor Terobos Palang Pintu dan Berhenti di Antara Dua Kereta, Ini Kata KAI

Dalam sebuah video ditunjukkan cara penggunaan koyo KB yang ditempelkan pada kulit seseorang.

Koyo KB itu kandungannya sama dengan pil KB kombinasi, yaitu estrogen dan progesterone,” ujar akun tersebut.

Dalam unggahan juga dijelaskan bahwa koyo KB bisa ditempel pada bagian lengan bagian atas, punggung, perut atau pantat. 

Postinga tersebut saat ini sudah disaksikan sebanyak 1,7 juta kali. 

@ease.id

Udah pernah denger tentang Koyo KB belum? ##samasamabelajar ##kesehatan ##pilkb ##kesehatanwanita

? She Share Story (for Vlog) - ????

Respons warganet

Beragam komentar muncul terkait postingan tersebut.

“Aman ngk si.. tkt sekali kebobolan.. anak masi bayi,” tulis akun dengan nama akun Endduuttguee.

“Ada efek samping nya ga pake ini?” tanya akun Anitt.

Baca juga: Video Viral Kereta Api Barang Bawa 22 Rangkaian Anjlok di Sumsel, Apa Penyebabnya?

 

Penjelasan ahli

Terkait unggahan koyo KB tersebut, Guru Besar Farmasi UGM, Prof. Zullies Ikawati menjelaskan bahwa koyo KB, suntik atau pil KB sama kegunaannya, yaitu sebagai alat kontrasepsi. 

Termasuk juga kandungan bahan-bahan di dalamnya. Perbedaan dari alat kontrasepsi tersebut adalah pada cara pemakaiannya. 

“Secara umum isinya sama yaitu hormon estrogen dan progestin,” kata Zullies saat dihubungi Kompas.com, Minggu (14/11/2021).

Pihaknya mengatakan, koyo dalam istilah farmasi disebut dengan patch yakni bentuk sediaan transdermal di mana obat akan masuk ke dalam tubuh melalui kulit dan nantinya akan masuk ke pembuluh darah.

Karena kandungannya sama, Zullies mengatakan, keamanan dan efektivitasnya sama dengan alat kontrasepsi lainnya. Dengan catatan, selama digunakan sesuai dengan aturannya. 

Baca juga: Pentingnya Alat Kontrasepsi untuk Cegah Kehamilan! Yuk, Ketahui Jenis-jenisnya

Kenyamanan penggunaan

Zullies juga mengatakan, dari segi kenyamanan penggunaan, sejumlah orang ada yang lebih memilih memakai koyo yang ditempel dan diganti seminggu sekali (tergantung aturan pakainya) jika dibandingkan harus minum pil KB setiap hari.

Dia memastikan, selama pemakaian tepat dan melekat dengan kuat maka hormon akan dilepaskan pelan-pelan dan masuk melalui kulit serta bisa memberikan efek kontrasepsi.

Meski demikian dia mengingatkan, pemilihan jenis kontrasepsi untuk pertama kalinya sebaiknya berkonsultasi dengan dokter ahli.

Hal ini karena harus disesuaikan dengan kondisi pengguna atau akseptor KB.

“Jadi penggunaan pertama, termasuk pil KB, adalah dengan resep dokter. Untuk selanjutnya dapat dibeli di apotek dan perlu berkonsultasi dengan apoteker terkait dengan penggunaannya,” ujar dia.

Baca juga: Fakta Unik Kondom, Alat Kontrasepsi Paling Populer

 

Lebih lanjut ia mengingatkan penggunaan koyo KB perlu berhati-hati.

Sebab meskipun bentuknya seperti obat luar yang hanya ditempelkan, namun bisa bersifat sistemik karena obat akan masuk ke pembuluh darah dan akan beredar ke seluruh tubuh.

“Jika ada orang-orang yang dikontraindikasikan terhadap kontrasepsi hormonal, juga akan dikontraindikasikan (tidak boleh menggunakan) dengan bentuk koyo ini,” jelasnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com