Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lonjakan Kasus Covid-19 di Eropa, Alarm bagi Indonesia

Kompas.com - 16/11/2021, 12:00 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah negara Eropa tengah menghadapi ancaman gelombang baru virus corona.

Jerman, Belanda, Australia mencatatkan rekor kasus baru Covid-19 dalam beberapa hari terakhir. Meski demikian, angka kematian jauh lebih rendah dibandingkan tahun lalu.

Belanda bahkan memutuskan untuk kembali ke penguncian parsial selama tiga minggu sejak Sabtu (13/11/2021).

Secara keseluruhan, kasus virus corona baru menurun di sebagian besar dunia, tetapi naik 7 persen di Eropa dan 3 persen di Afrika.

Keragu-raguan vaksin, berkurangnya kekebalan di antara pembatasan, dan pelonggaran,  dianggap sebagai faktor dalam gelombang baru Covid-19 ini.

Baca juga: Eropa Alami Gelombang Baru Covid-19, Beberapa Negara Kembali Lockdown

Waspada gelombang baru pandemi Covid-19

Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, ada tiga kombinasi maut kemunculan gelombang baru pandemi Covid-19.

Pelonggaran mobilitas dan interaksi yang tak terkendali merupakan kombinasi pertama.

Hal ini diperparah dengan adanya pergerakan melibatkan mayoritas masyarakat yang tidak memiliki imunitas.

Dalam hal ini, masyarakat yang tidak memiliki imunitas adalah mereka yang belum divaksin Covid-19.

Selanjutnya, adanya varian Delta yang memiliki kemampuan dalam menginfeksi, masih menjadi ancaman besar bagi semua negara.

"Jangankan 40 persen Indonesia belum divaksin, penduduk Singapura yang 18 persennya belum divaksin penuh saja sudah menjadi bahan bakar yang lebih dari cukup untuk membuat ledakan kasus Covid-19," kata Dicky kepada Kompas.com, Senin (15/11/2021).

Baca juga: 5 Negara yang Kembali Dilanda Lonjakan Kasus Covid-19

Pemerintah harus antisipasi

Oleh karena itu, upaya untuk mengantisipasinya juga harus menyasar tiga hal tersebut.

Misalnya, pemerintah bisa membatasi aktivitas masyarakat dengan cara hanya mengizinkan mereka yang sudah divaksin penuh dan menunjukkan hasil tes negatif Covid-19.

Dicky juga menyarankan, pemerintah memperketat kriteria masyarakat yang akan bepergian keluar kota.

"Kemudian juga sangat disarankan aktivitasnya di kota rayanya. Kalau pun keluar kota, ya betul-betul yang memenuhi syarat, kriteria orang yang pergi juga jangan lansia atau punya komorbid," jelas dia.

Baca juga: Pandemi Belum Usai, Epidemiolog: China Lockdown, Belum Lagi Eropa...

Pandemi belum usai

Selain upaya mitigasi, ia berharap pemerintah daerah agar terus meningkatkan literasi publik bahwa pandemi Covid-19 belum berakhir.

Karena belum berakhir, masyarakat diharapkan tidak abai dan tetap taat protokol kesehatan.

Menurutnya, pemerintah juga harus memberi opsi solutif terkait penghapusan libur panjang Natal dan Tahun Baru.

"Karena tidak bisa dipungkiri, masyarakat juga pengen liburan. Nah, liburan yang aman bagaimana, itu yang harus dipikirkan," ujar dia.

"Dalam artian misalnya di satu wilayah dibikin satu daftar mana lokasi yang outdor dan aman, mana juga yang rawan. Ini untuk memberi literasi pada publik," sambung dia.

Baca juga: Apakah Gelombang Ketiga Akan Terjadi meski Tren Kasus Covid-19 Turun?

Tingkatkan 3T, 5M, dan vaksinasi

Selain itu, upaya 3T (testing, tracing, treatment), 5M, dan vaksinasi harus terus ditingkatkan.

Dicky mengingatkan, Indonesia harus belajar dari negara-negara yang terlalu cepat melakukan pelonggaran, sehingga muncul ledakan kasus Covid-19.

"Kita harus belajar dari Singapura, terlalu cepat melakukan pelonggaran, ya meledak. Yang rugi ya kita semua. Kita sudah menikmati perbaikan-perbaikan ini, tapi jangan sampai kita kembali (kasus Covid-19 tinggi) karena kita yang abai," tutup Dicky.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com