Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Analisis BMKG Terkait Banjir Alor dan Banjir Bandang Kota Batu

Kompas.com - 06/11/2021, 15:05 WIB
Mela Arnani,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Kondisi cuaca Indonesia

Kondisi cuaca di beberapa wilayah Indonesia beberapa hari terakhir menunjukkan peningkatan intensitas, yang secara umum dipicu aktifnya dinamika atmosfer skala global La Nina.

Ini menyebabkan kondisi atmosfer di wilayah Indonesia relatif menjadi lebih basah.

"Keadaan tersebut diperkuat dengan adanya aktivitas fenomena gelombang atmosfer, yaitu MJO (Madden Jullian Oscillation), Gelombang Kelvin, Gelombang Rossby yang saat ini aktif di wilayah Indonesia hingga sepekan ke depan," kata Guswanto.

Baca juga: Banjir Bandang di Jerman, Apa Saja yang Menjadi Penyebabnya?

Selain itu, lanjut dia, kondisi dinamika atmosfer skala lokal yang tidak stabil dengan potensi konvektifitas yang cukup tinggi turut berkontribusi signifikan pada pembentukan awan hujan yang menjadi faktor pemicu cuaca ekstrem.

Sebagai informasi, MJO, gelombang Rossby Ekuatorial, dan gelombang Kelvin merupakan fenomena dinamika atmosfer, mengindikasikan adanya potensi pertumbuhan awan hujan dalam skala luas di sekitar wilayah fase aktif yang dilewatinya.

Fenomena MJO dan gelombang Kelvin bergerak dari arah Samudra Hindia ke arah Samudra Pasifik melewati wilayah Indonesia dengan siklus 30-40 hari pada MJO, sedangkan pada Kelvin skala harian.

Baca juga: Fenomena Hujan Salju di Gurun Sahara, Keempat Kalinya Sepanjang Sejarah

Potensi curah hujan dengan intensitas tinggi

Sebaliknya, fenomena Gelombang Rossby bergerak dari arah Samudra Pasifik ke arah Samudra Hindia dengan melewati wilayah Indonesia.

"Sama halnya seperti MJO maupun Kelvin, ketika Gelombang Rossby aktif di wilayah Indonesia maka dapat berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia," ujar Guswanto.

Berdasarkan kondisi tersebut, diperkirakan potensi curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang untuk periode hingga 11 Nopember 2021, secara umum dapat berpotensi terjadi di 34 provinsi di Indonesia, sehingga kewaspadaan perlu ditingkatkan.

Baca juga: Banjir Semarang Disebut karena Hujan Ekstrem, Ahli: Kurang Tepat

Sementara itu, berdasarkan prakiraan cuaca berbasis dampak, wilayah yang berpotensi dampak banjir dan banjir bandang dengan kategori siaga hingga 7 November, sebagai berikut:

  1. Jambi
  2. Sumatera Selatan
  3. Kepulauan Bangka Belitung
  4. Lampung
  5. Banten
  6. DKI Jakarta
  7. Jawa Barat
  8. Jawa Tengah
  9. Jawa timur
  10. Kalimantan Barat
  11. Kalimantan Selatan
  12. Kalimantan Timur
  13. Kalimantan Tengah

Informasi lebih rinci hingga level kecamatan untuk potensi dampak banjir/bandang dapat diakses di laman web signature.bmkg.go.id.

Baca juga: Waspada, Berikut Prediksi Cuaca Ekstrem dan Daerah Potensi Rawan Longsor di Jawa Tengah

Waspada bencana hidrometeorologi

Rumah warga di empat Kecamatan Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan direndam banjir usai diguyur hujan deras, Selasa (2/11/2021).DOK.BPBD SUMSEL Rumah warga di empat Kecamatan Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan direndam banjir usai diguyur hujan deras, Selasa (2/11/2021).

BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem pada periode sepekan ke depan, hujan intensitas lebat-sangat lebat dan dapat disertai petir dan angin kencang, yang berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor, terutama untuk masyarakat yang berada dan tinggal di wilayah rawan bencana hidrometeorologi.

Pada saat musim hujan, diharapkan pihak-pihak terkait melakukan persiapan seperti:

  1. Memastikan kapasitas dan tata kelola air siap untuk menampung peningkatan curah hujan dan memastikan saluran air atau drainase tidak tersumbat.
  2. Melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon dengan tidak terkontrol.
  3. Melakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh, dan menguatkan tegakan tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang, serta melakukan penghijauan secara lebih masif.
  4. Lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antar pihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometrorologi.
  5. Menggencarkan secara lebih masif sosialisasi, edukasi dan literasi untuk meningkatkan pemahaman, kepedulian kapasitas pemerintah daerah, masyarakat dan pihak terkait dalam pencegahan risiko bencana hidrometeorologi (banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung dan gelombanh tinggi).
  6. Terus memonitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG, secara lebih rinci dan detail untuk tiap kecamatan di seluruh wilayah Indonesia.

Pemantauan ini dapat dilakukan melalui laman resmi BMKG, akun media sosial resmi @infobmkg, aplikasi "Info BMKG", atau dapat langsung menhubungi kantor BMKG terdekat.

Baca juga: Analisis BMKG soal Video Viral Hujan Turun Hanya di Satu Mobil

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Cara membersihkan rumah setelah banjir

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com