KOMPAS.com - Sejumlah daerah di Indonesia dilaporkan mengalami bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan banjir bandang.
Dalam tiga hari terakhir, terjadi bencana banjir di wilayah Kecamatan Alor Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang menyebabkan lahan persawahan dan pemukiman penduduk terendam.
Selain itu, terjadi banjir bandang di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Malang, Jawa Timur.
Baca juga: Update Banjir Bandang di Kota Batu dan Penyebabnya
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memprediksi curah hujan berbagai wilayah Indonesia mengalami kenaikan di bulan ini, sejalan dengan menguatnya La Nina dan Monsun Asia, bahkan dapat disertai dengan terjadinya berbagai fenomena labilitas atmosfer yang bersifat lebih lokal dan dalam durasi yang lebih singkat.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menyampaikan, hal-hal tersebut berpotensi terhadap meningkatnya risiko terjadi bencana hidrometeorologi.
Menurut dia, bencana hidrometeorologi di Alor dan Kota Batu secara umum turut dipicu oleh kondisi cuaca ekstrem.
Baca juga: Video Viral Awan Mirip Ombak Tsunami di Makassar, Ini Penjelasannya
Analisis kondisi cuaca di wilayah Alor menunjukkan bahwa kejadian bencana banjir di wilayah tersebut secara umum turut dipicu oleh adanya curah hujan intensitas lebat-sangat lebat disertai kilat/petir.
“Curah hujan terukur di sekitar Pailelang mencapai intensitas 103 mm dalam periode 24 jam,” kata Guswanto dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (6/11/2021).
Adapun kondisi cuaca ekstrem di wilayah Alor dipicu pertumbuhan awan hujan jenis Cb (Cumulonimbus) yang cukup intens dan merata sehingga menimbulkan curah hujan sedang-lebat yang terjadi dalam durasi cukup lama.
Baca juga: Foto Viral Awan Melingkar Mirip Cincin di Kediri, Awan Apa Itu?
Berdasarkan hasil analisis cuaca BMKG, curah hujan yang terjadi di wilayah Kota Batu, Malang termasuk kategori sangat lebat.
“Dengan intensitas curah hujan mencapai 80,3 mm yang terjadi dalam periode sekitar 2 jam (pengukuran jam 13.55-16.05 WIB),” papar dia.
Analisis citra satelit dan radar cuaca menunjukkan adanya pertumbuhan awan hujan dengan jenis Cb (Cumulonimbus) yang cukup intens dengan sebaran hujan potensi lebat hingga sangat lebat di wilayah Kota Batu, Malang.
Guswanto menyampaikan bahwa telah ada peringatan dini terkait potensi cuaca ekstrem yang dapat terjadi di kedua wilayah ini.
“Diseminasi potensi cuaca ekstrem untuk wilayah Provinsi Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur telah didiseminasikan sejak sejak 2 hari sebelumnya, yang kemudian diperkuat dengan informasi peringatan dini sejak 1-2 jam sebelum kejadian dikedua wilayah tersebut,” tutur dia.
Baca juga: Klaim Cuaca Panas di Sejumlah Daerah di Indonesia, Apa Penyebabnya?
Kondisi cuaca di beberapa wilayah Indonesia beberapa hari terakhir menunjukkan peningkatan intensitas, yang secara umum dipicu aktifnya dinamika atmosfer skala global La Nina.
Ini menyebabkan kondisi atmosfer di wilayah Indonesia relatif menjadi lebih basah.
"Keadaan tersebut diperkuat dengan adanya aktivitas fenomena gelombang atmosfer, yaitu MJO (Madden Jullian Oscillation), Gelombang Kelvin, Gelombang Rossby yang saat ini aktif di wilayah Indonesia hingga sepekan ke depan," kata Guswanto.
Baca juga: Banjir Bandang di Jerman, Apa Saja yang Menjadi Penyebabnya?
Selain itu, lanjut dia, kondisi dinamika atmosfer skala lokal yang tidak stabil dengan potensi konvektifitas yang cukup tinggi turut berkontribusi signifikan pada pembentukan awan hujan yang menjadi faktor pemicu cuaca ekstrem.
Sebagai informasi, MJO, gelombang Rossby Ekuatorial, dan gelombang Kelvin merupakan fenomena dinamika atmosfer, mengindikasikan adanya potensi pertumbuhan awan hujan dalam skala luas di sekitar wilayah fase aktif yang dilewatinya.
Fenomena MJO dan gelombang Kelvin bergerak dari arah Samudra Hindia ke arah Samudra Pasifik melewati wilayah Indonesia dengan siklus 30-40 hari pada MJO, sedangkan pada Kelvin skala harian.
Baca juga: Fenomena Hujan Salju di Gurun Sahara, Keempat Kalinya Sepanjang Sejarah
Sebaliknya, fenomena Gelombang Rossby bergerak dari arah Samudra Pasifik ke arah Samudra Hindia dengan melewati wilayah Indonesia.
"Sama halnya seperti MJO maupun Kelvin, ketika Gelombang Rossby aktif di wilayah Indonesia maka dapat berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia," ujar Guswanto.
Berdasarkan kondisi tersebut, diperkirakan potensi curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang untuk periode hingga 11 Nopember 2021, secara umum dapat berpotensi terjadi di 34 provinsi di Indonesia, sehingga kewaspadaan perlu ditingkatkan.
Baca juga: Banjir Semarang Disebut karena Hujan Ekstrem, Ahli: Kurang Tepat
Sementara itu, berdasarkan prakiraan cuaca berbasis dampak, wilayah yang berpotensi dampak banjir dan banjir bandang dengan kategori siaga hingga 7 November, sebagai berikut:
Informasi lebih rinci hingga level kecamatan untuk potensi dampak banjir/bandang dapat diakses di laman web signature.bmkg.go.id.
Baca juga: Waspada, Berikut Prediksi Cuaca Ekstrem dan Daerah Potensi Rawan Longsor di Jawa Tengah
BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem pada periode sepekan ke depan, hujan intensitas lebat-sangat lebat dan dapat disertai petir dan angin kencang, yang berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor, terutama untuk masyarakat yang berada dan tinggal di wilayah rawan bencana hidrometeorologi.
Pada saat musim hujan, diharapkan pihak-pihak terkait melakukan persiapan seperti:
Pemantauan ini dapat dilakukan melalui laman resmi BMKG, akun media sosial resmi @infobmkg, aplikasi "Info BMKG", atau dapat langsung menhubungi kantor BMKG terdekat.
Baca juga: Analisis BMKG soal Video Viral Hujan Turun Hanya di Satu Mobil