Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Ketika Harga PCR Lebih Mahal dari Harga Tiket Pesawat

Kompas.com - 26/10/2021, 11:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PAGI ini saya menerima pesan WA di salah satu grup WA yang sangat menarik perhatian. Pesannya sangat singkat, “Terbang dari Jakarta ke Surabaya harga tiketnya Rp 475 ribu dan PCR nya Rp 495 ribu.”

 

Harga PCR lebih mahal dari harga tiket.

Beberapa hari ini memang tengah heboh soal test PCR yang “hanya” wajib bagi para penumpang angkutan udara saja.

Sulit rasanya memahami kebijakan seperti ini meski pemerintah tentu punya pertimbangan yang matang.

Tapi, masyarakat punya logikanya sendiri. Di tengah situasi yang serba sulit di masa pandemi Covid-19, masyarakat menjadi sangat sensitif untuk segala urusan yang merogoh kocek lebih dalam. 

Maka, di masa sulit seperti ini, seyogianya keputusan soal PCR wajib bagi para penumpang pesawat terbang dijelaskan lebih dulu supaya tidak menimbulkan gejolak.

Pandangan bahwa kebijakan ini diskriminatif sulit dihindari. Penumpang moda transportasi darat dan laut tidak perlu PCR sementara udara harus PCR. Tak heran banyak yang protes. Jika kebijakan ini lebih dulu dijelaskan, kemungkinan besar protes akan lebih mudah di redam.

Pengguna jasa angkutan udara menjadi lebih sensitif karena kita baru saja menikmati situasi kondusif untuk bepergian. Angka penularan Covid-19 melandai.

Demikian pula para penyelenggara transportasi udara. Setelah sekian lama operasional penerbangan terhambat kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), kini mereka boleh bernapas lega dan penuh harap menyambut para penumpang. 

Masyarakat juga menjadi lebih sensitif karena banyak yang tengah mempersiapkan masa liburan akhir tahun yang ditunggu-tunggu.

Sebelum keputusan PCR berkembang menjadi lelucon yang tidak lucu, selayaknya pihak berwenang segera menjelaskan apa sebenarnya yang melatarbelakangi keputusan PCR yang sulit dicerna oleh akal sehat tersebut.

Saya yakin pula bila penjelasan dari pihak berwenang adalah untuk tujuan kebaikan kita bersama, maka akan didukung oleh semua pihak.

Jika pemerintah tidak bisa menjelaskan dengan baik kenapa harga PCR lebih mahal dari harga tiket pesawat, tentu keputusan ini akan dianggap sebagai keputusan Abu Nawas.

Padahal ada teori Abu Nawas lain yang lebih canggih. Tetapkan saja harga tiket Jakarta-Surabaya Rp 970 ribu include PCR gratis, tentu akan lebih diterima oleh semua pihak sesuai dengan agama dan kepercayaan masing masing.

Bon Voyage! Selamat Berlibur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com