Menurut Dicky, hal itu perlu ia sampaikan, karena kabar baik ini sebisa mungkin tidak memicu euforia pandemi Covid-19 akan segera berakhir.
"Yang akan sangat bermanfaat adalah kita tahu bahwa vaksinasi ini digencarkan. Tapi kan tidak semua keburu divaksin, keburu sakit. Nah ini perlu obat," ujar dia.
"Kemudian juga tidak semua orang bisa divaksin. Ada orang yang karena kondisi tubuhnya tidak bisa divaksin. Nah itu perlu obat ketika sakit," lanjutnya.
Baca juga: Muncul Klaster Sekolah, Apa yang Harus Dilakukan Saat Terinfeksi Covid-19 di PTM?
Tak hanya itu, saat ini juga muncul ancaman dari varian baru virus corona SARS-CoV-2 yang menurunkan efikasi vaksin.
"Di sinilah peran dari si obat ini. Artinya obat ini posisinya di hilir," kata Dicky.
"Pesan pentingnya lagi adalah, mau ada obat ini, mau ada vaksin, ya 3T 5M harus terus dilakukan. Tidak bisa tidak. Karena kalau tidak ya akan jadi banyak kasus. Walapun ada obatnya, kan kita harus pahami namanya infeksi Covid-19 ini ada sepertiga dari yang pulih itu berpotensi mengalami Long Covid-19," katanya lagi.
Menurut Dicky, 70 persen dari sepertiga pasien pulih yang mengalami Long Covid-19 berpotensi menderita kerusakan organ tubuh, seperti jantung, ginjal, hati, dan paru-paru.
"Sehingga upaya mencegah orang terinfeksi itu menjadi utama," kata Dicky.
Baca juga: Soal Penularan Covid-19 di Sekolah, Menkes: Itu Bukan Klaster
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.