Penanaman jahe dilakukan dengan bibit yang telah disemai terlebih dahulu maupun langsung dari rimpang yang baru saja dipanen.
Penanaman rimpang dapat dilakukan langsung ke dalam lubang tanam, sedangkan bibit semai harus melewati proses penyemaian terlebih dahulu sebelum ditanam di lubang tanam.
Kelebihan menanam jahe langsung dari rimpang yaitu pengadaan dan pengangkutan lebih mudah, sebab hanya perlu menanam kembali rimpang yang baru saja ditanam tanpa perlu menyemai ulang bibit, sehingga prosesnya lebih praktis.
Sementara itu, penanaman dengan sistem ini dapat membuat rimbang lebih mudah busuk atau rusak jika disimpan dengan tidak hati-hati.
Jika ditanam dari rimpang berkualitas jelek, akan menghasilkan tumbuhan yang tidak bagus dan tanaman belum memiliki kepastian dapat tumbuh sempurna dan waktu budidaya pun lebih lama.
Baca juga: 6 Rempah untuk Mengatasi Peradangan, Jahe hingga Ginseng
Melansir situs nad.litbang.pertanian.go.id, tanaman jahe membutuhkan tanah yang peredaran udara dan air dapat berjalan baik, sehingga tanah harus digemburkan.
Untuk pemupukan secara organik, dapat menggunakan pupuk kompos organik atau pupuk kandang.
Pemberian pupuk kompos organik dilaukan di awal pertanaman saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar yang ditebar dan dicampur tanah olahan.
Saat berumur 2-4 bulan, dapat diberikan pupuk organik dan pupuk buatan seperti urea 20 gram/pohon, TSP 10 gram/pohon, ZK 10 gram/pohon, pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha).
Sedangkan pupuk P diberika saat awal tanam, pupuk N dan K diberikan 1/3 dosis pada awal tanam dan sisanya (2/3 dosis) saat tanaman berumur 2 dan 4 bulan.
Baca juga: Jahe Merah: Khasiat, Saran Pengolahan, dan Cara Menyimpan