Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kerangka Pasangan Kekasih Sedang Berpelukan Berusia 1.500 Tahun

Kompas.com - 29/08/2021, 18:30 WIB
Maya Citra Rosa

Penulis

KOMPAS.com - Sebuah penemuan sisa kerangka sepasang kekasih berusia 1500 tahun lalu telah ditemukan di China utara. Menariknya, kerangka sepasang kekasih tersebut ditemukan dengan posisi berpelukan.

Peneliti menganalisis bahwa kerangka perempuan adalah yang mengorbankan dirinya agar bisa dimakamkan bersama kekasihnya yang sudah terdahulu.

"Ini adalah pasangan pertama yang ditemukan dalam kondisi berpelukan seperti ini di China," ungkap Qian Wang.

Mengutip Live Science, Sabtu (28/8/2021) arkeolog menemukan kerangka pasangan kekasih tersebut pada Juni 2020 dalam sebuah eskavasi kuburan di Provinsi Shanxi.

Berikut ini fakta-fakta terkait penemuan kerangka pasangan kekasih tersebut.

Makam unik yang akan di museumkan

Pemakaman itu berisi sekitar 600 kuburan Xianbei, kelompok nomaden kuno di China Utara yang berasimilasi dengan budaya China Han.

Baca juga: Kerangka Sepasang Kekasih Berusia 1.500 Tahun Ditemukan di China, Masih Berpelukan

Berhubung kuburan sepasang kekasih di China itu unik, para arkeolog memutuskan untuk tak menggali sisa-sisa kerangka sepenuhnya.

Sebagai gantinya, tim membiarkan mereka tetap berpelukan sehingga keduanya bisa tampilkan bersama di museum di masa depan.

Ciri-ciri fisik kerangka laki-laki dan perempuan

Dari analisis, peneliti menemukan jika pasangan laki-laki memiliki tinggi sekitar 161,5 cm dan mengalami beberapa luka.

Termasuk di antaranya adalah patah lengan, bagian jari hilang di tangan kanannya serta bagian tulang di kaki kanannya.

Perkiraan laki-laki meninggal antara usia 29 dan 35 tahun. Sedangkan, pasangan perempuannya justru cukup sehat ketika ia meninggal.

Tingginya sekitar 157,1 cm dan hanya memiliki beberapa masalah gigi seperti gigi berlubang. Ia kemungkinan meninggal antara usia 35 dan 40 tahun.

Cincin di jari tangan perempuan

Saat kuburan sepasang kekasih di China ini ditemukan, peneliti juga menemukan jika pada kerangka tangan perempuan tersebut tampak mengenakan cincin di jari manisnya.

Para peneliti menduga, kemungkinan hal itu karena pengaruh kebiasaan dari wilayah barat dan sekitarnya melalui Jalur Sutra, serta asimilasi orang-orang Xianbei.

Hal tersebut mencerminkan integrasi budaya China dan Barat. Siapa pun yang menguburkan pasangan itu juga melakukannya dengan hati-hati.

Posisi tubuh laki-laki yang memeluk perempuan

Tubuh laki-laki itu melengkung ke arah perempuan. Lengan kirinya terletak di bawah tubuhnya dan lengan kanan memeluknya dengan tangan bertumpu dipinggangnya. Lalu tubuh perempuan dalam posisi dipeluk.

Baca juga: Terkubur 7.000 Tahun di Sulawesi, Kok Bisa Kerangka Ini Masih Utuh?

Kepalanya menghadap sedikit ke bawah yang berarti wajahnya akan bersandar ke tubuh laki-laki.
Kemungkinan adegan itu merupakan cerminan dedikasi pasangan satu sama lain selama mereka hidup.

"Pesannya jelas, pasangan kekasih yang saling berpelukan demi cinta abadi hingga akhirat," tulis peneliti dalam studi.

Lebih lanjut, tim peneliti memiliki beberapa ide tentang bagaimana pasangan itu bisa berakhir di kuburan yang sama.

Misteri siapa yang mengorbankan diri

Menurut peneliti tak mungkin kekasih meninggal pada saat yang sama karena kekerasaan, penyakit, atau keracunan, karena belum ada bukti dari hal ini.

Sang laki-laki bisa saja meninggal terlebih dahulu dan perempuan mengorbankan dirinya agar mereka bisa dimakamkan bersama.

Akan tetapi asumsi lainya, perempuan itu meninggal lebih dahulu dan pria mengorbankan dirinya sendiri.

Hanya saja kemungkinannya kecil karena perempuan tampaknya memiliki kesehatan yang lebih baik dari pasangannya.

Baca juga: Pentingnya Temuan Kerangka Manusia Berusia 7.000 Tahun di Sulawesi bagi Indonesia

Meski kuburan pasangan ini masih menjadi misteri namun itu menjadi sebuah pertunjukan unik dari emosi manusia dan menawarkan pandangan mengenai cinta, kehidupan, kematian, dan kehidupan setelah kematian.

Studi dipublikasikan secara daring di International Journal of Osteoarchaeology.

(Sumber: Kompas.com Penulis Kontributor Sains, Monika Novena | Editor Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com