Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Badai Sitokin, Waspadai Kondisi Ini saat Alami Covid-19

Kompas.com - 22/08/2021, 18:30 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Presenter Dedy Corbuzer mengatakan bahwa dirinya sempat mengalami Badai Sitokin saat terinfeksi virus corona.

Ia mengaku sempat positif virus corona setelah merawat keluarganya yang lebih dahulu positif virus corona.

Dedi mengatakan dirinya kecewa bisa positif padahal ia merasa sehat, cukup vitamin D dan Zink.

"Kenapa ada orang yang kena, baik-baik saja yang tidak lebih sehat dari saya. Kenapa saya lebih sehat, saya bisa kena badai sitokin?," ujar Deddy dalam podcastnya.

Hadir sebagai bintang tamu, Dokter Gunawan menyebut secara teori seharusnya pada orang yang sehat hal tersebut tak terjadi apa-apa.

Namun, ia mengatakan, beberapa teori menyebut terkadang orang yang sehat memiliki respon imun yang berlebihan.

Lantas sebenarnya apa itu badai sitokin?

Baca juga: Mengenal Apa Itu Badai Sitokin yang Dialami Deddy Corbuzier

Penjelasan dokter

Dokter Umum dan kandidat PhD bidang medical science di Kobe University Adam Prabata sebelumnya menjelaskan bahwa definisi sederhana dari badai sitokin adalah reaksi imun berat di mana tubuh memproduksi dan melepaskan sitokin ke darah dengan sangat cepat dan banyak.

"Jadi nanti sesuai alurnya karena sitokin banyak, jadi respons sel imun juga akan jadi masif," ujar Adam, seperti dikutip dari Kompas.com, Minggu (9/5/2021).

Ia menyebut, karena banyaknya sitokin inilah, kemudian timbul reaksi inflamasi dalam tubuh.

Adam mengatakan, badai sitokin bisa muncul pada penderita Covid-19 baik rawat inap, maupun yang sudah sembuh.

Sehingga, harus selalu waspada meskipun dinyatakan sembuh.

Ia menyarankan agar menghubungi fasilitas kesehatan apabila mengalami kondisi berikut:

  • Sesak napas
  • Nyeri dada, berdebar
  • Lemah sebelah, tidak sadar
  • Nyeri kepala hebat
  • Kondisi gawat darurat lain

Dikutip dari Kompas.com, Minggu (9/5/2021), badai sitokin adalah reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh pada penyakit seperti Covid-19 maupun influenza.

Kondisi ini bisa juga muncul dari penyakit pernapasan lain, seperti SARS dan MERS.

Badai sitokin juga berkaitan dengan penyakit non-infeksi seperti multiple sclerosis dan pankreatitis.

Baca juga: Mengenal Badai Sitokin pada Pasien Covid-19, Penyebab dan Gejalanya

Reaksi sistem kekebalan tubuh

Dikutip dari Kompas.com, 16 Mei 2020, Penanggungjawab Logistik dan Perbekalan Farmasi RSUP Dr Kariadi Semarang Mahirsyah Wellyan TWH., S.Si., Apt., Msc., menjelaskan badai sitokin atau cytokine strom merupakan reaksi berlebih sistem kekebalan tubuh.

Saat SARS-CoV-2 memasuki tubuh, sel-sel darah putih merespon dengan memproduksi sitokin.

Sitokin merupakan protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh guna melakukan berbagai fungsi penting dalam penanda sinyal sel.

Sitokin tersebut kemudian bergerak menuju jaringan yang terinfeksi dan berikatan dengan reseptor sel guna memicu reaksi peradangan.

“Pada kasus Covid-19, sitokin bergerak menuju jaringan paru-paru untuk melindunginya dari serangan SARS-CoV-2,” jelas Mahirsyah.

Secara normal sitokin akan berhenti sebentar saat merespon kekebalan di daerah infeksi.

Namun, saat kondisi badai sitokin, sitokin akan terus mengirimkan sinyal sehingga sel-sel kekebalan tubuh akan terus berdatangaan dan bereaksi di luar kendali.

Akibatnya, paru-paru dapat mengalami peradangan yang parah, karena sistem kekebalan tubuh berusaha keras untuk membunuh virus.

Saat peradangan, sistem imun juga akan melepas molekul bersifat racun bagi virus dan jaringan paru-paru.

Saat itulah, jika tak ditangani dengan tepat, maka fungsi paru-paru akan menurun, hingga pasien sulit bernapas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jarang Diketahui, Ini Manfaat Jalan Kaki Kurang dari 5.000 Langkah Per Hari

Jarang Diketahui, Ini Manfaat Jalan Kaki Kurang dari 5.000 Langkah Per Hari

Tren
Kapan Waktu Sarapan Terbaik dan Terburuk untuk Penderita Diabetes? Ini Kata Ahli

Kapan Waktu Sarapan Terbaik dan Terburuk untuk Penderita Diabetes? Ini Kata Ahli

Tren
Peneliti Temukan Bahan Legging Olahraga Bisa Picu Kanker, Apa Itu?

Peneliti Temukan Bahan Legging Olahraga Bisa Picu Kanker, Apa Itu?

Tren
Daftar 12 Instansi Pusat yang Sudah Umumkan Formasi CPNS dan PPPK 2024

Daftar 12 Instansi Pusat yang Sudah Umumkan Formasi CPNS dan PPPK 2024

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Juni 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Mukesh Ambani Tak Lagi Jadi Orang Terkaya Asia | Kalori yang Terbakar Usai Jalan Kaki 30 Menit

[POPULER TREN] Mukesh Ambani Tak Lagi Jadi Orang Terkaya Asia | Kalori yang Terbakar Usai Jalan Kaki 30 Menit

Tren
Soroti Kasus Viral Ibu dan Anak Baju Biru di Tangsel, KPAI: Memori Buruk Dapat Melekat pada Korban

Soroti Kasus Viral Ibu dan Anak Baju Biru di Tangsel, KPAI: Memori Buruk Dapat Melekat pada Korban

Tren
Ramai soal Tren Pernikahan Tanpa Rasa Cinta dan Hasrat Seksual di Jepang, Apa Itu?

Ramai soal Tren Pernikahan Tanpa Rasa Cinta dan Hasrat Seksual di Jepang, Apa Itu?

Tren
Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Irak, Bakal Duel di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Irak, Bakal Duel di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Tren
Kronologi Bupati Halmahera Utara Ancam Demonstran Pakai Parang, Berujung Dilaporkan ke Polisi

Kronologi Bupati Halmahera Utara Ancam Demonstran Pakai Parang, Berujung Dilaporkan ke Polisi

Tren
Bukan Mewakili Jumlah Anggota, Ini Makna 12 Bintang Emas yang Ada di Bendera Uni Eropa

Bukan Mewakili Jumlah Anggota, Ini Makna 12 Bintang Emas yang Ada di Bendera Uni Eropa

Tren
Pendaftaran PPDB SD Surabaya 2024 Jalur Zonasi Kelurahan Dibuka, Klik Sd.ppdbsurabaya.net/pendaftaran

Pendaftaran PPDB SD Surabaya 2024 Jalur Zonasi Kelurahan Dibuka, Klik Sd.ppdbsurabaya.net/pendaftaran

Tren
Mengenal Robot Gaban 'Segede Gaban', Sebesar Apa Bentuknya?

Mengenal Robot Gaban "Segede Gaban", Sebesar Apa Bentuknya?

Tren
Motif Ibu di Tangsel Rekam Video Cabuli Anak Sendiri, Mengaku Diancam dan Dijanjikan Rp 15 Juta

Motif Ibu di Tangsel Rekam Video Cabuli Anak Sendiri, Mengaku Diancam dan Dijanjikan Rp 15 Juta

Tren
Perang Balon Berlanjut, Pembelot Korea Utara Ancam Kirim 5.000 USB Berisi Drama Korea Selatan

Perang Balon Berlanjut, Pembelot Korea Utara Ancam Kirim 5.000 USB Berisi Drama Korea Selatan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com