KOMPAS.com – Presenter Dedy Corbuzer mengatakan bahwa dirinya sempat mengalami Badai Sitokin saat terinfeksi virus corona.
Ia mengaku sempat positif virus corona setelah merawat keluarganya yang lebih dahulu positif virus corona.
Dedi mengatakan dirinya kecewa bisa positif padahal ia merasa sehat, cukup vitamin D dan Zink.
"Kenapa ada orang yang kena, baik-baik saja yang tidak lebih sehat dari saya. Kenapa saya lebih sehat, saya bisa kena badai sitokin?," ujar Deddy dalam podcastnya.
Hadir sebagai bintang tamu, Dokter Gunawan menyebut secara teori seharusnya pada orang yang sehat hal tersebut tak terjadi apa-apa.
Namun, ia mengatakan, beberapa teori menyebut terkadang orang yang sehat memiliki respon imun yang berlebihan.
Lantas sebenarnya apa itu badai sitokin?
Baca juga: Mengenal Apa Itu Badai Sitokin yang Dialami Deddy Corbuzier
Dokter Umum dan kandidat PhD bidang medical science di Kobe University Adam Prabata sebelumnya menjelaskan bahwa definisi sederhana dari badai sitokin adalah reaksi imun berat di mana tubuh memproduksi dan melepaskan sitokin ke darah dengan sangat cepat dan banyak.
"Jadi nanti sesuai alurnya karena sitokin banyak, jadi respons sel imun juga akan jadi masif," ujar Adam, seperti dikutip dari Kompas.com, Minggu (9/5/2021).
Ia menyebut, karena banyaknya sitokin inilah, kemudian timbul reaksi inflamasi dalam tubuh.
Adam mengatakan, badai sitokin bisa muncul pada penderita Covid-19 baik rawat inap, maupun yang sudah sembuh.
Sehingga, harus selalu waspada meskipun dinyatakan sembuh.
Ia menyarankan agar menghubungi fasilitas kesehatan apabila mengalami kondisi berikut:
Dikutip dari Kompas.com, Minggu (9/5/2021), badai sitokin adalah reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh pada penyakit seperti Covid-19 maupun influenza.
Kondisi ini bisa juga muncul dari penyakit pernapasan lain, seperti SARS dan MERS.
Badai sitokin juga berkaitan dengan penyakit non-infeksi seperti multiple sclerosis dan pankreatitis.
Baca juga: Mengenal Badai Sitokin pada Pasien Covid-19, Penyebab dan Gejalanya
Dikutip dari Kompas.com, 16 Mei 2020, Penanggungjawab Logistik dan Perbekalan Farmasi RSUP Dr Kariadi Semarang Mahirsyah Wellyan TWH., S.Si., Apt., Msc., menjelaskan badai sitokin atau cytokine strom merupakan reaksi berlebih sistem kekebalan tubuh.
Saat SARS-CoV-2 memasuki tubuh, sel-sel darah putih merespon dengan memproduksi sitokin.
Sitokin merupakan protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh guna melakukan berbagai fungsi penting dalam penanda sinyal sel.
Sitokin tersebut kemudian bergerak menuju jaringan yang terinfeksi dan berikatan dengan reseptor sel guna memicu reaksi peradangan.
“Pada kasus Covid-19, sitokin bergerak menuju jaringan paru-paru untuk melindunginya dari serangan SARS-CoV-2,” jelas Mahirsyah.
Secara normal sitokin akan berhenti sebentar saat merespon kekebalan di daerah infeksi.
Namun, saat kondisi badai sitokin, sitokin akan terus mengirimkan sinyal sehingga sel-sel kekebalan tubuh akan terus berdatangaan dan bereaksi di luar kendali.
Akibatnya, paru-paru dapat mengalami peradangan yang parah, karena sistem kekebalan tubuh berusaha keras untuk membunuh virus.
Saat peradangan, sistem imun juga akan melepas molekul bersifat racun bagi virus dan jaringan paru-paru.
Saat itulah, jika tak ditangani dengan tepat, maka fungsi paru-paru akan menurun, hingga pasien sulit bernapas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.