Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah Sembuh dari Covid-19, Apa Saja Efek Badai Sitokin pada Tubuh?

Kompas.com - 22/08/2021, 16:00 WIB
Artika Rachmi Farmita

Penulis

KOMPAS.comBadai sitokin ialah suatu reaksi imun berat di mana tubuh memproduksi dan melepaskan sitokin ke darah dengan sangat cepat dan banyak. Akibat banyaknya sitokin, kemudian timbul reaksi inflamasi hebat pada tubuh.

Sitokin adalah protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh untuk melakukan berbagai fungsi penting dalam penanda sinyal sel.

Saat SARS-CoV-2 memasuki tubuh, sel-sel darah putih akan merespons dengan memproduksi sitokin.

Sitokin lalu bergerak menuju jaringan yang terinfeksi dan berikatan dengan reseptor sel tersebut untuk memicu reaksi peradangan.

Kondisi perburukan setelah seseorang dinyatakan sembuh dari Covid-19, maupun adanya gejala 'long covid', bisa terjadi karena badai sitokin.

Bisa pula akibat munculnya auto imun pada pasien Covid-19 yang terbentuk autoantibodi pada tubuhnya.

Baca juga: Mengenal Badai Sitokin yang Bisa Sebabkan Kematian pada Pasien Covid-19

Untuk menghindari kondisi memburuk setelah seseorang dinyatakan sembuh dari Covid-19, dokter Adam Prabata mengingatkan agar kita tetap waspada meski telah dinyatakan sembuh.

"Konsultasi ke fasilitas kesehatan terdekat bila gejala tidak membaik atau bahkan memburuk," ujar dokter umum yang juga kandidat PhD bidang Medical Science di Kobe University itu kepada Kompas.com, Minggu (9/5/2021).

Lalu, apa saja efek yang ditimbulkan badai sitokin pada tubuh kita?

Picu brain fog pada otak

Ketika mulai mempelajari brain frog atau kabut otak, para peneliti tak menduga bahwa penyebabnya adalah badai sitokin. Awalnya mereka berpikir, bahwa virus corona itu sendiri yang berdampak pada otak.

Salah satu dari berbagai gejala tidak biasa yang muncul pada pasien Covid-19 adalah kondisi yang disebut brain fog atau kabut otak.

Gejala ini menyebabkan delirium yang ditandai dengan kebingungan, sakit kepala, dan kehilangan ingatan jangka pendek. Bahkan jika kasusnya parah, dapat menyebabkan psikosis dan bahkan kejang.

Biasanya gejala delirium muncul beberapa minggu setelah seseorang pertama kali dinyatakan positif Covid-19.

Baca juga: Sebabkan Kematian Pasien Covid-19, Bagaimana Meredam Badai Sitokin?

 

Studi dalam makalah Cancer Cell ini berfokus pada 18 pasien yang dirawat di rumah sakit di MSK dengan Covid-19 dan mengalami masalah neurologis yang parah.

Semua pasien kemudian menjalani pemeriksaan neurologi lengkap, termasuk pemindaian otak seperti MRI, CT, dan pemantauan elektroensefalogram (EEG), untuk mencoba menemukan penyebab delirium mereka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com