Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Garin Nugroho

Lebih dari 65 penghargaan film diraihnya dari berbagai festival international dan Indonesia. Karyanya meluas dari film, teater, dance hingga instalasi Art .

Garin mendapatkan penghargaan peran budaya tertinggi dari berbagai negara: pemerintah Perancis (Ordre des Arts et des Lettres), Italia (Stella D'Italia Cavaliere) hingga Presiden Indonesia dan Honorary Award Singapura International Film Festival, Life Achievement Award dari Bangkok International Festival, walikota kota Roma hingga Vaseoul - Perancis hingga kota Yogyakarta.

Tercatat sebagai pelopor generasi film pasca 1990. Selain berkarya, ia menumbuhkan beragam festival seni, menulis buku, kolom Kompas dan Tempo maupun menumbuhkan NGO untuk demokrasi.

Ia pengajar S2 dan S3 di ISI Solo dan Yogyakarta.

"Di Tepi Sejarah", Memaknai Tafsir yang Tidak Tunggal

Kompas.com - 16/08/2021, 20:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

SEJARAH sering dikisahkan dalam tonggak peristiwa besar. Namun sering hanya jadi hafalan anak sekolah. Sesungguhnya sejarah manjadi nilai humaniora justru ketika diberi ruang tafsir terlebih pada aspek-aspek kecil personal tokoh menghadapi peristiwa besar. “

Catatan di atas  perlu saya garisbawahi terkait dengan pemutaran di kanal youtube “budayasaya"  (18-25 Agustus 2021) saat memperingati kemerdekaan, yakni pemutaran karya-karya monolog bertajuk “Di Tepi Sejarah“ dengan produser Happy Salma dan Yulia Evinabhara dengan dukungan Kementerian Pendidikan Nasional.

Empat seri monolog ini terdiri dari “Amir, Akhir Sebuah Syair“ dengan pemeran Chicco serta sutradara Iswadi.

“Sepinya Sepi“ dengan pemain Laura Basuki disutradarai Haliana Sinaga.

“Radio Ibu” pemain Arswendy disutradarai Yustiansyah dan “Nusa yang Hilang “,  pemain Chelsea Islan, sutradara Kamila Andini.

Saya perlu menggarisbawahi pementasan di saat pandemi dan penayangannya mengingat kerja ini membawa beragam perspektif yang penting terkait tafsir sejarah dan seni pertunjukan juga sastra.

Aspek pertama, seri monolog ini menjadi ruang mendewasakan keberagaman tafsir sejarah lewat sudut pandang tertentu. Sesuatu yang sering menjadi tabu karena khawatir melukai sejarah itu sendiri.

Padahal, justru peristiwa sejarah dan tokohnya adalah peristiwa kompleks yang tidak habis ditafsir, bahkan jika hanya ditafsir dalam tafsir tunggal formal, maka ia dimatikan. Sejarah akan kehilangan daya hidupnya untuk terus digali.

Sesungguhnya, peristiwa sejarah beserta tokohnya ibarat oasis di gurun pasir, menjadi sumber yang tidak habis guna menyiram keringnya tafsir pada kehidupan berbangsa.

Aspek ke dua, dalam rentang cukup lama, monolog sebagai gabungan tradisi lisan dan teater kehilangan cerita-cerita terkait peristiwa sejarah dengan tokohnya lewat tafsir personal.

Padahal, sejarah kebangsaan menunjukkan, para sastrawan hingga teaterwan menumbuhkan karya-karyanya ketika nasionalisme bertumbuh dan makna kemanusiaan ditafsir dan dikumandangkan.

Simak karya-karya di komedian stamboel dari awal abad 19 yang menjadi tonil hingga sandiwara seperti Miss Tjitjih yang banyak mengangkat tema-tema revolusi dengan beragam kisah -kisah kecil .

Sebutlah kisah tentang Nyai yang dipenuhi paradoks cinta, nasionalisme, ekonomi hingga Agama. Atau bahkan di film. Lihatlah karya “Lewat Jam Malam“ hingga “ Pagar Kawat Berduri “ menjadi sudut pandang lain terkait sejarah.

Demikian pula novel-novel yang memperolok kisah-kisah propaganda revolusi, sejarah menjadi lebih manusiawi dalam beragam perspektif guna ditemukan maknanya bagi peradaban

Aspek ketiga, era hiburan OTT (over the top) lewat Internet yang langsung masuk rumah seperti Netlix hingga Disney menjadikan dunia rumah dewasa ini mampu menikmati beragam film dunia dengam beragam tafsir. Demikian juga terkait sejarah dan tokohnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com