Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konjen Jepang di AS Bikin Origami Burung Bangau Selama 355 Hari, Doakan Kesehatan Semua Orang

Kompas.com - 11/08/2021, 20:30 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Ada satu hari di mana Inagaki tidak mengunggah videonya, tepatnya pada 3 Maret 2021.

"Saya mengalami error di Instagram," kata Inagaki di Instagramnya.

Rutinitas Inagaki ini pun menarik perhatian warganet di Twitter. Akun @MattCKnight mengenalkan akun Instagram Inagaki di Twitter.

Hingga Rabu (11/8/2021), ada sekitar 423 orang meretweetnya dan 1,5 ribu orang menyukai unggahannya di Twitter. Jumlah yang jauh lebih banyak dibanding follower Inagaki di Instagram.

Baca juga: Syarat Terbaru Naik Pesawat PPKM Level 4, Bisa Pakai Rapid Antigen

Makna orizuru

Melipat origami burung bangkau disebut juga orizuru.

Pada Olimpiade Tokyo 2020 lalu, ada kampanye untuk beramai-ramai membuat orizuru demi mempromosikan dunia yang bebas dari perang dan konflik, yang disebut juga "Gencatan Senjata Olimpiade".

Mengutip laman resmi Olimpiade, Gencatan Senjata Olimpiade atau ekecheira merupakan tradisi Yunani kuno di mana semua konflik berhenti selama periode gencatan senjata.

Untuk mencapai dunia tanpa konflik, Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi yang mendesak negara-negara anggota untuk mematuhi Gencatan Senjata Olimpiade selama Olimpiade dan Paralimpiade

Gencatan Senjata Olimpiade dimulai sejak pelaksanaan Olimpiade di Lillehammer pada 1994.

Adapun tradisi melipat orizuru ini ada sejak Era Heian (periode sekitar 400 tahun, ketika ibu kota Jepang didirikan di Kyoto).

Seiring berjalannya waktu, orang Jepang mulai menjadikan bangau kertas sebagai mengungkapkan doa, kebahagiaan atau keberuntungan.

Baca juga: Belajar dari Tsunami, Kota di Jepang Berhasil Vaksinasi Covid-19 Mayoritas Penduduknya

Halaman:

Terkini Lainnya

Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Tren
Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Tren
Alasan Kapolri Buka Peluang Pengungkapan Kasus Meninggalnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Alasan Kapolri Buka Peluang Pengungkapan Kasus Meninggalnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Tren
Kasus KIP Kuliah, Undip: Mahasiswi Rela Mundur untuk Digantikan yang Lebih Butuh

Kasus KIP Kuliah, Undip: Mahasiswi Rela Mundur untuk Digantikan yang Lebih Butuh

Tren
2 Cara Indonesia Lolos Olimpiade 2024 Paris

2 Cara Indonesia Lolos Olimpiade 2024 Paris

Tren
Pertandingan Timnas Indonesia Vs Irak Malam Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Timnas Indonesia Vs Irak Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Penjelasan Wakil Wali Kota Medan soal Paman Bobby Jadi Plh Sekda

Penjelasan Wakil Wali Kota Medan soal Paman Bobby Jadi Plh Sekda

Tren
Daftar Juara Piala Thomas dan Uber dari Masa ke Masa, Indonesia dan China Mendominasi

Daftar Juara Piala Thomas dan Uber dari Masa ke Masa, Indonesia dan China Mendominasi

Tren
Video Viral Pria Ditusuk hingga Meninggal karena Berebut Lahan Parkir, Ini Kata Polisi

Video Viral Pria Ditusuk hingga Meninggal karena Berebut Lahan Parkir, Ini Kata Polisi

Tren
Ramai soal Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah, Ini Alasan KIPK Bisa Dicabut

Ramai soal Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah, Ini Alasan KIPK Bisa Dicabut

Tren
Ramai Dibicarakan, Apa Itu KIP Kuliah? Berikut Syarat, Keunggulan, dan Jangka Waktunya

Ramai Dibicarakan, Apa Itu KIP Kuliah? Berikut Syarat, Keunggulan, dan Jangka Waktunya

Tren
Terungkap, Begini Kronologi Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang

Terungkap, Begini Kronologi Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang

Tren
Buku-buku Kuno Memiliki Racun dan Berbahaya jika Disentuh, Kok Bisa?

Buku-buku Kuno Memiliki Racun dan Berbahaya jika Disentuh, Kok Bisa?

Tren
Kronologi Kericuhan yang Diduga Libatkan Suporter Sepak Bola di Stasiun Manggarai

Kronologi Kericuhan yang Diduga Libatkan Suporter Sepak Bola di Stasiun Manggarai

Tren
Apakah Masih Relevan Meneladani Ki Hadjar Dewantara?

Apakah Masih Relevan Meneladani Ki Hadjar Dewantara?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com