Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Terjadi Jika Covid-19 Tidak Hilang? Begini kata Ilmuwan

Kompas.com - 01/08/2021, 08:32 WIB
Muhamad Syahrial

Penulis

Sumber Kompas.com

Dengan begitu, kasus-kasus berat karena Covid-19 akan berkurang. Tingkat pelayanan rumah sakit serta tingkat kematian pun tidak akan setinggi saat ini.

Akan tetapi, menurut Heyman, mutasi virus Corona dapat sangat mengkhawatirkan. Meski begitu, seiring munculnya cara lain, kekhawatiran tersebut dapat berkurang.

"Virus juga bisa berkurang virulensi (keparahannya), baik karena mutasi atau karena sebagian besar populasi telah divaksin," ujarnya.

Baca juga: 14 Negara Ini Masih Nol Kasus Covid-19 sejak Awal Pandemi

Apakah manusia harus divaksinasi berulang kali?

Para ilmuwan masih belum tahu berapa lama imunitas dari vaksin Covid-19 yang ada sekarang bisa bertahan.

Penyebabnya, vaksin yang ada saat ini masih baru dan para peneliti masih menganalisis respons imun tubuh pada tipe vaksin yang berbeda.

"Belum ada yang tahu apakah kita butuh vaksin secara terus-menerus," ujar Heymann.

"Covid-19 adalah virus yang berbeda dengan flu, dan merupakan kesalahan membuat orang berpikir sebaliknya pada saat ini," imbuhnya.

Apakah lockdown akan menjadi hal biasa?

Menurut para ahli, masih ada atau tidaknya karantina wilayah di masa depan bergantung pada keberhasilan program vaksinasi.

"Sejauh yang memungkinkan, karantina wilayah akan menjadi bagian dari langkah penting bagi pemerintah sebuah negara dalam menghadapi penyebaran kasus," ujar Nicholas Thomas, profesor di bidang keamanan kesehatan di City University Hong Kong, kepada Bloomberg.

Baca juga: Mencari Keteladanan di Masa Pandemi Covid-19

Apakah masih harus menggunakan masker?

Para ilmuwan sepakat, penggunaan masker sangat penting untuk menekan penyebaran Covid-19, bahkan di wilayah dengan jumlah vaksinasi tinggi.

Menurut ahli perilaku publik dari University of Copenhagen, Christina Gravert, menggunakan masker jauh lebih baik ketimbang harus melakukan karantina wilayah akibat lonjakan kasus Covid-19.

"Sangat masuk akal untuk terus mengimbau orang-orang yang sakit untuk menjauh dari transportasi publik dan bekerja dari rumah, atau setidaknya memakai masker saat berada di sekitar orang lain," terangnya.

Aturan perjalanan internasional

Setiap negara tentu memiliki aturan berbeda tentang perjalanan internasional. Akan tetapi, banyak negara ini mewajibkan pelaku perjalanan membawa sertifikat vaksin Covid-19.

Meski begitu, Heymann mengatakan, distribusi vaksin yang tidak merata membuat WHO tidak akan merekomendasikan "paspor vaksin", walaupun saat ini sudah banyak negara yang menerapkannya.

"Tentu tidak etis mewajibkan sertifikat vaksinasi bila orang-orang tidak bisa melakukan perjalanan, apalagi jika mereka tidak bisa divaksin karena alasan tertentu," ujar Heymann.

Baca juga: Pandemi Covid-19, Kematian Necropolitics dan Harapan Baru

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Negara yang Tak Punya Bandara, Bagaimana Cara ke Sana?

5 Negara yang Tak Punya Bandara, Bagaimana Cara ke Sana?

Tren
Kata Media Asing soal Indonesia Vs Guinea, Ada yang Soroti Kartu Merah Shin Tae-yong

Kata Media Asing soal Indonesia Vs Guinea, Ada yang Soroti Kartu Merah Shin Tae-yong

Tren
Manfaat Buah dan Sayur Berdasar Warnanya, Merah Bisa Cegah Kolesterol Tinggi

Manfaat Buah dan Sayur Berdasar Warnanya, Merah Bisa Cegah Kolesterol Tinggi

Tren
16 Negara yang Lolos Berlaga di Sepak Bola Olimpiade Paris 2024, Termasuk Guinea

16 Negara yang Lolos Berlaga di Sepak Bola Olimpiade Paris 2024, Termasuk Guinea

Tren
Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Tren
Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Tren
Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Tren
Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

Tren
Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Tren
Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Tren
Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Tren
Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com