Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Darwin Darmawan

Pendeta GKI, Mahasiswa doktoral ilmu politik Universitas Indonesia

Pandemi Covid-19, Kematian Necropolitics dan Harapan Baru

Kompas.com - 23/07/2021, 08:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DI ruang ICU sebuah rumah sakit, ada 5 pasien covid 19. Mereka adalah direktur bank, dokter, mahasiswa, menteri dan seorang pengangguran.

Saturasi oksigen kelimanya di bawah 85. Semuanya memiliki komorbid. Sayangnya, cadangan oksigen hanya cukup untuk empat orang. Siapa yang akan mendapatkan oksigen?

Jawab atas pertanyaan tersebut mencerminkan siapa yang hidupnya dianggap lebih berharga. Jika situasi tersebut ditarik dalam kehidupan yang lebih luas, kebijakan yang diambil pemerintah tidak selalu untuk seluruh rakyat.

Sebab, kepentingan dan aspirasi rakyat beragam. Pemerintah tidak mungkin memenuhi semuanya. Pemerintah perlu memilih, kelompok mana yang mendapat prioritas untuk dilindungi dan diperhatikan.

Karena ada kelompok yang diprioritaskan, ada kelompok yang kurang atau tidak prioritas. Achille Mbembe, ilmuwan politik dan poskolonial asal Kamerun, memakai istilah necropolitics untuk menjelaskan hal tersebut.

Menurutnya, necropolitics adalah kuasa untuk menentukan siapa yang dianggap penting dan tidak, siapa yang perlu diprioritaskan dan tidak. Dasarnya kalkulasi untung rugi.

Di negara-negara Afrika Selatan, kebijakan lockdown sangat bias kepentingan kelas menengah.

Contohnya Zimbabwe. Sebagian besar masyarakatnya bekerja di sektor informal dan pengangguran. Mereka tidak mungkin dibatasi aktivitasnya. Sebab mereka perlu makan.

Kebijakan kerja dari rumah hanya mungkin bagi mereka yang memiliki rumah dan penghasilan bulanan.

Karena itu, kebijakan lockdown di Zimbabwe adalah necropolitics. Pemerintah menghendaki keselamatan orang tertentu dengan mengorbankan sekelompok lainnya yang lebih lemah.

Di luar ada kemungkinan politisasi, penolakan sebagian kelompok terhadap kebijakan PPKM darurat di Indonesia adalah hal yang masuk akal.

Jika pemerintah tidak memberikan uang atau kebutuhan makan kepada mereka, kebijakan PPKM tidak pernah akan berhasil. Selain itu, PPKM tanpa bantuan finansial kepada rakyat miskin hanya akan mematikan mereka.

Kematian politik kematian (necropolitics)

Saat ini, semua orang menghadapi badai covid 19. Tetapi, kesiapan dan kemampuan tiap orang berbeda-beda.

Di Amerika, Inggris dan Wales, orang kulit hitam yang meninggal karena covid 19 jumlahnya jauh lebih banyak dibanding orang kulit putih.

Di Amerika, jumlah penduduk kulit berwarna yang sudah divaksinasi lebih rendah dari pada orang kulit putih.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com