Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gempa M 8,1 Guncang Semenanjung Alaska, Adakah Dampak bagi Indonesia?

Kompas.com - 29/07/2021, 18:06 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gempa bermagnitudo 8,1 mengguncang wilayah Perryville, semenanjung Alaska pada Kamis (29/7/2021) pukul 13.15 WIB.

Menurut laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pusat gempa terletak pada koordinat 55,325 derajat lintang utara, dan 157,841 derajat bujur barat atau tepatnya di laut pada jarak 104 km arah tenggara Perryville, Alaska.

Adapun gempa yang terjadi termasuk gempa dangkal dengan kedalaman hiposenter 36 km.

Hingga Kamis (29/7/2021) pukul 16.30 WIB, belum ada laporan adanya kerusakan atau korban jiwa yang diakibatkan oleh gempa bumi tersebut.

Baca juga: Mengapa Indonesia Kerap Dilanda Gempa Bumi?

Lalu, apakah gempa besar ini berdampak pada Indonesia?

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami dari BMKG, Daryono menyebutkan bahwa gempa ini merupakan gempa dangkal akibat aktivitas subduksi lempeng di zona megathrust Alaskan-Aleutian.

"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault)," ujar Daryono saat dihubungi Kompas.com, Kamis (29/7/2021).

Menurut catatan BMKG, hingga Kamis (29/7/2021) pukul 16.30 WIB, telah terjadi lebih dari 25 kali aktivitas gempabumi susulan (aftershock) dengan magnitudo kurang dari 6,0.

Baca juga: Berkaca dari Gempa Ambon, Ini yang Harus Dilakukan Ketika Terjadi Gempa Bumi

Alaska keluarkan peringatan dini tsunami

Lantaran memiliki guncangan yang cukup besar, gempa Perryville sempat memicu dikeluarkannya peringatan dini tsunami.

"Di Alaska, beberapa sirine perintah evakuasi sempat dibunyikan," ujar Daryono.

Namun, karena hasil monitoring muka laut hanya mencatat perubahan muka laut sangat kecil yang tidak akan berdampak.

Selanjutnya peringatan dini tsunami pun diakhiri.

Baca juga: 6 Fakta Varian Delta, Penyebab Tsunami Covid-19 di India

Dampak di Indonesia

Selain itu, Daryono menjelaskan bahwa berdasarkan hasil pemodelan, BMKG tidak mengeluarkan peringatan dini tsunami untuk wilayah Indonesia.

Hal ini dikarenakan memang memang tidak ada potensi tsunami di wilayah Indonesia.

"Untuk itu, masyarakat diimbau tetap tenang dan tidak mudah percaya kepada isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," kata dia.

Baca juga: Mengenali Tanda Tsunami dan Cara Menyelamatkan Diri

Penyebab gempa

Lantaran menimbulkan guncangan yang kuat, Daryono mengatakan, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya tampak bahwa gempa ini merupakan gempa dangkal akibat aktivitas subduksi lempeng di zona megathrust Alaskan-Aleutian.

Ia menjelaskan, subduksi Alaskan-Aleutian terkenal aktif secara seismik dengan laju pergerakan Lempeng Pasifik ke arah barat 57-61 mm/tahun.

"Sistem subduksi lempeng ini merupakan generator gempa kuat di wilayah Semenanjung Alaska yang sudah beberapa kali sudah memicu gempa dahsyat dan tsunami," katanya lagi.

Baca juga: Heboh SMS Blast Gempa M 8,5 dan Peringatan Dini Tsunami, Ini Klarifikasi BMKG

Menurutnya, dalam catatan sejarah menunjukkan bahwa gempa besar Alaska yang bersumber di zona subduksi Alaskan-Aleutian yang memicu tsunami yakni:

  • Gempa dengan kekuatan M 8,3 yang terjadi pada 1938
  • Gempa dengan kekuatan M 8,1 yang terjadi pada 1946
  • Gempa dengan kekuatan M 8,6 yang terjadi pada 1956
  • Gempa dengan kekuatan M 8,7 yang terjadi pada 1965
  • Gempa dengan kekuatan M 9,2 yang terjadi pada 1964
  • Gempa dengan kekuatan M 8,0 yang terjadi pada 1986

Baca juga: Puncak Hujan Meteor Alfa Capricornid Juli 2021 dan Cara Menyaksikannya

Menilik seberapa kuat gempa M 8,1

Di sisi lain, Daryono juga mengatakan bahwa gempa dengan kekuatan M 8,1 jika pusat gempa terjadi di daratan, maka guncangan bisa terasa pada skala VIII MMI sampai X MMI.

"Jika di daratan bisa terjadi kerusakan berat, bisa VIII-IX MMI, bahkan bisa X MMI," ujar dia.

Baca juga: Analisis BMKG Terkait Gempa Sukabumi dan Daerah yang Ikut Merasakan

Guna memudahkan dalam pengilustrasian, penjelasan mengenai skala MMI dari guncangan gempa tercantum dalam situs resmi BMKG, bmkg.go.id.

  • Untuk skala VIII MMI, artinya muncul kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi yang kuat. Retak-retak pada bangunan degan konstruksi kurang baik, dinding dapat lepas dari rangka rumah, cerobong asap pabrik dan monumen-monumen roboh, air menjadi keruh.
  • Untuk skala IX MMI, artinya timbul kerusakan pada bangunan yang kuat, rangka-rangka rumah menjadi tidak lurus, banyak retak. Rumah tampak agak berpindah dari pondamennya. Pipa-pipa dalam rumah putus.
  • Untuk skala X MMI, berarti bangunan dari kayu yang kuat rusak, rangka rumah lepas dari pondamennya, tanah terbelah rel melengkung, tanah longsor di tiap-tiap sungai dan di tanah-tanah yang curam.

Baca juga: Gempa Majene, 10 Titik Pengungsian, dan Potensi Tsunami...

KOMPAS.com/Dhawam Pambudi Infografik: Tsunami, Tanda-Tanda dan Cara Menghadapinya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jam Buka dan Harga Tiket Animalium BRIN Cibinong 2024

Jam Buka dan Harga Tiket Animalium BRIN Cibinong 2024

Tren
Diduga Cemburu, Suami di Minsel Bacok Istri hingga Tewas

Diduga Cemburu, Suami di Minsel Bacok Istri hingga Tewas

Tren
Mengapa Suhu Dingin Justru Datang Saat Kemarau? Ini Penjelasan BMKG

Mengapa Suhu Dingin Justru Datang Saat Kemarau? Ini Penjelasan BMKG

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 8-9 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 8-9 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Minum Kopi Sebelum Makan, Apa Efeknya? | Cabut Gigi Berakhir Meninggal Dunia

[POPULER TREN] Minum Kopi Sebelum Makan, Apa Efeknya? | Cabut Gigi Berakhir Meninggal Dunia

Tren
Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Tren
Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Tren
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Tren
Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Tren
Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Tren
Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com