Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Perihelion Merkurius Terjadi di Bulan Juli, Apa Sebabnya?

Kompas.com - 25/07/2021, 22:44 WIB
Muhamad Syahrial

Penulis

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com – Pada Sabtu, 24 Juli 2021, terjadi fenomena Perihelion Merkurius di langit Indonesia.

Perihelion merupakan fenomena konfigurasi ketika planet berada di titik terdekat dari Matahari yang terjadi setiap rata-rata 88 hari sekali atau empat kali dalam satu tahun.

Jika demikian, perihelion Merkurius dapat dikatakan terjadi setiap tiga bulan sekali sehingga fenomena ini akan terjadi lagi pada bulan Oktober 2021.

Andi Pangerang, peneliti di Pusat Sains dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), mengatakan bahwa perihelion adalah hal yang biasa.

“Perihelion Merkurius ini sama seperi perihelion planet-planet di tata surya pada umumnya (termasuk Bumi), yakni ketika Merkurius berada di titik terdekat dengan Matahari,” ujar Andi, sebagaimana diberitakan Kompas.com (24/7/2021).

Baca juga: Temuan Terbaru NASA: Planet dengan Suhu Mirip Bumi

Menurut Andi, perihelion disebabkan oleh orbit planet yang berbentuk elips dengan Matahari terletak di salah satu dari dua titik fokus orbit tersebut.

Pada bulan Juli 2021, perihelion Merkurius terjadi pada pukul 08.04 WIB hingga malam hari dengan jarak 46 juta km dari Matahari.

Meski berlangsung lama, perihelion Merkurius tidak tampak signifikan jika diamati dari Bumi melalui teleskop.

Hal ini disebabkan oleh variasi lebar sudut Merkurius yang terlihat dari Bumi antara 0,106 hingga 0,134 menit busur.

“Selain itu, Merkurius agak sulit diamati mengingat ketinggiannya yang rendah (kurang dari lima derajat) ketika awal fajar bahari hingga akhir fajar bahari,” jelas Andi.

Baca juga: Aurora Bercahaya di Planet Mars Tertangkap Wahana Antariksa Hope

Adapun yang dimaksud dengan awal fajar bahari adalah 45 menit sebelum Matahari terbit dan akhir fajari bahari adalah 20 menit sebelum Matahari terbit.

Dilansir dari LAPAN, sebelum terjadi fenomena perihelion, pada tanggal 6 Juli 2021 terjadi aphelion. Aphelion adalah fenomena ketika posisi Bumi berada di titik terjauh dari Matahari.

Aphelion tersebut terjadi pada pukul 05.27 WIB dengan jarak 152 juta km dari Matahari dan tidak memberikan dampak yang signifikan pada Bumi.

Suhu dingin saat pagi hari yang terjadi belakangan ini hingga bulan Agustus mendatang adalah hal yang wajar dan disebabkan oleh tutupan awan yang sedikit sehingga tidak ada panas dari permukaan Bumi yang dipantulkan kembali ke permukaan Bumi oleh awan.

Baca juga: Ilmuwan Ungkap Tidak Mungkin Ada Kehidupan di Awan Planet Venus

Posisi Bumi di titik terjauh dari Matahari tidak memengaruhi panas yang diterima Bumi karena panas dari Matahari terdistribusi ke seluruh Bumi dengan distribusi paling signifikan memengaruhi disebabkan oleh arah angin.

Mengingat saat ini angin bertiup dari arah selatan yang musim dingin, maka suhu di Bumi pun menjadi lebih dingin.

Sumber: Kompas.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil Terjadi di Pasuruan, 3 Orang Meninggal Dunia

Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil Terjadi di Pasuruan, 3 Orang Meninggal Dunia

Tren
Kisah Pemuda China, Rela Hidup Hemat demi Pacar tapi Berakhir Tragis

Kisah Pemuda China, Rela Hidup Hemat demi Pacar tapi Berakhir Tragis

Tren
6 Alasan Mengapa Anjing Peliharaan Menatap Pemiliknya, Apa Saja?

6 Alasan Mengapa Anjing Peliharaan Menatap Pemiliknya, Apa Saja?

Tren
Pacitan Diguncang Gempa M 5,0 Selasa Pagi, Ini Wilayah yang Merasakannya

Pacitan Diguncang Gempa M 5,0 Selasa Pagi, Ini Wilayah yang Merasakannya

Tren
Analisis Gempa Pacitan M 5,0 Selasa Pagi, Disebabkan Deformasi Batuan di Lempeng Indo-Australia

Analisis Gempa Pacitan M 5,0 Selasa Pagi, Disebabkan Deformasi Batuan di Lempeng Indo-Australia

Tren
Peneliti Ungkap Suara Makhluk Hidup Terbesar di Dunia yang Sudah Berumur 12.000 Tahun

Peneliti Ungkap Suara Makhluk Hidup Terbesar di Dunia yang Sudah Berumur 12.000 Tahun

Tren
Gempa M 5,0 Guncang Pacitan, Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 5,0 Guncang Pacitan, Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
6 Cara Intermittent Fasting, Metode Diet Isa Bajaj yang Berhasil Turun Berat Badan 12 Kg

6 Cara Intermittent Fasting, Metode Diet Isa Bajaj yang Berhasil Turun Berat Badan 12 Kg

Tren
Sidang SYL: Beli Kado dan Renovasi Rumah Pribadi dari Uang Kementan

Sidang SYL: Beli Kado dan Renovasi Rumah Pribadi dari Uang Kementan

Tren
Rincian Formasi CPNS Sekolah Kedinasan 2024, STAN Terbanyak

Rincian Formasi CPNS Sekolah Kedinasan 2024, STAN Terbanyak

Tren
Pertandingan Indonesia Vs Guinea Disiarkan di RCTI, Kick Off 20.00 WIB

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Disiarkan di RCTI, Kick Off 20.00 WIB

Tren
Berawal dari Cabut Gigi, Perempuan Ini Alami Infeksi Mulut hingga Meninggal Dunia

Berawal dari Cabut Gigi, Perempuan Ini Alami Infeksi Mulut hingga Meninggal Dunia

Tren
Ramai soal Kepribadian Kucing Ditentukan oleh Warna Bulunya, Pakar: Tidak Selalu Kucing 'Oren' Barbar

Ramai soal Kepribadian Kucing Ditentukan oleh Warna Bulunya, Pakar: Tidak Selalu Kucing "Oren" Barbar

Tren
8 Suplemen untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh

8 Suplemen untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh

Tren
Profil Sadiq Khan, Anak Imigran Pakistan yang Sukses Jadi Wali Kota London Tiga Periode

Profil Sadiq Khan, Anak Imigran Pakistan yang Sukses Jadi Wali Kota London Tiga Periode

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com