Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Alasan Kuat Indonesia Harus Mengutang Lagi Menurut Sri Mulyani

Kompas.com - 25/07/2021, 11:53 WIB
Farid Assifa

Penulis

KOMPAS.com - Indonesia harus mengutang lagi saat kondisi pandemi virus Covid-19 dan Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan alasan kuatnya.

Berikut tiga alasan kuat Indonesia harus mengutang lagi menurut Menkeu sebagaimana dilansir dari Kompas Money, Minggu (25/7/2021).

1. Menutup defisit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, tambahan utang sangat diperlukan untuk menutup defisit yang kian membengkak. Hal itu terjadi akibat besarnya pengeluaran pemerintah.

Sri Mulyani mengibaratkan kondisi keuangan Indonesia itu adalah besar pasak daripada tiang.

2. Penanganan kesehatan

Menurut Menkeu, Indonesia harus mengutang lagi demi menutupi kebutuhan anggaran kesehatan. Tambahan utang itu untuk persediaan anggaran penangaan kesehatan sesuai kebutuhan.

Baca juga: Sri Mulyani Beberkan Alasan Harus Tambah Utang Negara saat Pandemi

Ia menegaskan bahwa menyelamatkan nyawa manusia itu tidak bisa ditawar, sehingga mau tidak mau Indonesia harus mengutang lagi. Ditambah penanganan pandemi yang lama ini berisiko merusak perekonomia negara.

3. Danai program jaring pengaman sosial

Sri Mulyani juga menyebutkan alasan lain Indonesia harus mengutang lagi, yakni untuk mendanai sejumlah program jaring pengaman sosial.

Ia mengatakan bahwa pandemi Covid-19 menyebabkan masyarakat, terutama menengah ke bawah, mengalami keterpurukan ekonomi pasca-kebijakan pembatasan kegiatan.

Dengan demikian, mereka harus dibantu ekonominya, sehingga pemerintah harus turun tangan agar perekonomian negara secara makro tetap terjaga.

"Kebutuhan untuk meningkatkan anggaran di bidang kesehatan, bantuan sosial bantu masyarakat, dan bantu daerah. Hal ini terjemahannya adalah suatu beban APBN yang luar biasa, kami di Kementerian Keuangan merespon dengan apa pun kita lakukan untuk menyelamatkan warga negara dan perekonomian Indonesia," jelas Menkeu dalam siaran YouTube Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risikp (DJPPR) Kementerian Keuangan, Minggu (25/7/2021).

Diperkuat Banggar

Badan Anggaran (Banggar) DPR RI memperkuat penjelasan Sri Mulyani soal alasan kuat Indonesia harus mengutang lagi.

Ketua Banggar Said Abdullah menyatakan bahwa pemerintah memang perlu mengutang lagi karena kondisinya memang demikian.

Ia menyebutkan bahwa tambahan utang pemerintah akan dipakai untuk menambah anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Program tersebut mencakup pembiayaan untuk insentif kesehatan, vaksinasi hingga bantuan sosial.

"Kita sadar betul bahwa pelebaran defisit itu, betul-betul kita butuh. Bukan karena pemerintah dan Banggar senang berutang. Kondisi subjektif dan objektif mewajibkan hukumnya bagi pemerintah dan Banggar melakukan itu," tandas Said dalam rapat Badan Anggaran membahas Pengesahan Laporan Panja RAPBN dan RKP Tahun 2022, belum lama ini.

Baca juga: Banggar DPR: Utang Pemerintah Bengkak karena Memang Butuh Uang...

Menurut Said, Undang-undang Nomor 2 Tahun 2020 juga memberikan kesempatan bagi pemerintah untuk melebaran defisit akibat Pandemi Covid-19.

Diketahui, utang pemerintah pada akhir tahun 20210 sebesar Rp 6.074,56 triliun, naik pesat dibanding tahun 2019 yang mencapai Rp 4.778 tirliun. Utang tersebut membuat defisit fiskal tembus 6,1 persen dari PDB pada tahun 2020. (Sumber: Kompas Money/ Penulis Muhammad Idris)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Tren
Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Tren
Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Tren
Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

Tren
Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com