Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak yang Cari Donor ASI di Masa Pandemi, Ini Pesan AIMI

Kompas.com - 24/07/2021, 14:45 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

  • Donor harus dalam keadaan sehat, diperiksa terkait riwayat penyakit hepatitis B, hepatitis C, HIV, herpes, dan skrining lainnya.

Donor dari kerabat atau keluarga bisa mempermudah screening dan akses bayi untuk mendapatkan ASI secara berkelanjutan.

Jika benar-benar tidak ada kerabat atau keluarga yang bisa menjadi donor ASI, pilihan terakhir adalah memberikan susu formula.

Namun, pemberian formula ini ada risiko lain karena kandungannya tidak sebaik ASI.

"Terpaksa minum formula. Kondisinya memang sulit kalau sudah seperti ini," kata Nia.

Baca juga: Studi Mengungkap Antibodi Covid-19 Terbentuk dalam ASI Ibu Menyusui

Bank ASI

Nia menyayangkan bahwa hingga saat ini Indonesia belum memiliki sentra donor ASI.

Di rumah sakit, sejauh ini, donor ASI menjadi bantuan yang sifatnya sementara. Biasanya diberikan pada bayi yang lahir prematur.

Sementara itu, lembaga resmi yang khusus memfasilitasi screening donor ASI dan kualitas ASI belum ada.

"Kalau kita mau menyarankan ibu menjadi donor, enggak ada yang screening ibu donornya, enggak ada yang screening ASI perahnya," terang Nia.

Saat ini, AIMI bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat dan Kementerian Kesehatan sedang menyusun rancangan Permenkes terkait donor ASI.

Permenkes ini masih dalam tahap penyusunan draf dan belum disahkan.

"Harapannya sih bisa ada sentra-sentra atau bagian khusus di rumah sakit besar yang besar yang bisa menerima ASI donor," kata Nia.

Dalam unggahannya, AIMI menekankan, organisasi ini adalah organisasi nirlaba yang berbasis dukungan sesama ibu untuk mencapai tujuan menyusui.

AIMI tidak memiliki kapastitas untuk menjadi perantara donor ASI yang kompeten karena tidak memiliki kemampuan untik melakukan screening bagi donor dan pemeriksaan ASI perah yang didonasikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com