Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Singapura Otopsi Jenazah dan Temukan Penyebab Covid-19 Bakteri Terpapar Radiasi

Kompas.com - 22/07/2021, 12:03 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

KOMPAS.com – Di media sosial beredar narasi yang menyebutkan bahwa Singapura melakukan otopsi terhadap jenazah korban Covid-19.

Dalam narasi itu, disebutkan pula bahwa Covid-19 bukan virus, melainkan bakteri yang terpapar radiasi yang dapat mengentalkan darah hingga menyebabkan kematian.

Melalui akun Facebook-nya, Kementerian Kesehatan Singapura menyatakan informasi ini tidak benar.

Narasi yang beredar

Informasi dengan narasi Singapura melakukan otopsi jenazah Covid-19 salah satunya dibagikan oleh akun ini.

Dalam narasi yang dibagikannya, Singapura disebut tidak mengikuti prosedur WHO dan menggunakan aspirin untuk pasien terkonfirmasi positif Covid-19.

Berikut narasi selengkapnya:

Singapura menjadi negara pertama di dunia yang melakukan otopsi (post-mortem) pada jenazah Covid-19. Setelah penyelidikan menyeluruh, ditemukan bahwa Covid-19 tidak ada sebagai virus, tetapi bakteri yang terpapar radiasi dan mengentalkan darah hingga menyebabkan kematian manusia.

Telah ditemukan penyakit Covid-19 menyebabkan penggumpalan darah yang dapat menyebabkan darah manusia menggumpal dan menyebabkan darah vena menggumpal, sehingga membuat orang sulit bernafas karena otak, jantung, dan paru-paru tidak bisa mendapatkan oksigen sehingga menyebabkan orang meninggal dunia. segera.
Untuk mengetahui penyebab kekurangan energi pernapasan, dokter di Singapura tidak mengikuti prosedur WHO, tetapi melakukan otopsi untuk COVID-19. Dokter membuka lengan, kaki, dan bagian tubuh lainnya setelah pemeriksaan cermat dan menemukan bahwa pembuluh darah melebar dan dipenuhi gumpalan darah, menghalangi aliran darah dan mengurangi aliran oksigen. Di dalam tubuh, dapat menyebabkan kematian pasien. Mengetahui penelitian ini, Kementerian Kesehatan Singapura langsung mengubah rencana pengobatan Covid-19 dan mengonsumsi aspirin untuk pasien positifnya. Saya mulai mengonsumsi 100 mg dan Imromac. Hasilnya, pasien mulai pulih dan kesehatannya mulai membaik. Kementerian Kesehatan Singapura mengevakuasi lebih dari 14.000 pasien dalam satu hari dan memulangkan mereka.
Setelah periode penemuan ilmiah, dokter di Singapura menjelaskan pengobatannya, dengan mengatakan bahwa penyakit ini adalah tipuan global, "tidak lain adalah pembekuan darah (blood clots) dan perawatan di pembuluh darah.

Tablet antibiotik, Anti inflamasi, dan Minum antikoagulan (aspirin). Hal ini menunjukkan bahwa penyakit tersebut dapat diobati. Menurut ilmuwan Singapura lainnya, ventilator dan unit perawatan intensif (ICU) tidak pernah diperlukan. Perjanjian untuk efek ini telah diumumkan di Singapura. China sudah mengetahui hal ini, tetapi tidak pernah mengeluarkan laporan,”

Hoaks Singapura disebut lakukan autopsi jenazah Covid-19tanngkapan layar Facebook Hoaks Singapura disebut lakukan autopsi jenazah Covid-19

Narasi yang sama juga diunggah oleh sejumlah akun lainnya, di antaranya akun ini.

Penelusuran Kompas.com

Dari penelusuran Kompas.com, informasi yang menyebut bahwa Singapura melakukan otopsi pada jenazah Covid-19 dan hasilnya menunjukkan Covid-19 bukan karena virus melainkan karena bakteri yang terpapar radiasi adalah tidak benar.

Bantahan mengenai informasi ini disampaikan melalui akun resmi Facebook Kementerian Kesehatan Singapura.

“Kami menyadari sebuah pesan yang beredar bahwa Singapura telah melakukan otopsi terhadap pasien COVID-19, dan dugaan perubahan protokol perawatan. Konten tersebut dikaitkan dengan Kementerian Kesehatan, Singapura.

Ini TIDAK benar.

FAKTA - Singapura belum melakukan otopsi seperti itu. Pesan tersebut menyatakan informasi palsu tentang patofisiologi infeksi COVID-19, yang tidak ditanggung oleh bukti-bukti saat ini. Versi awal dari pesan beredar ini, yang menyebutkan Rusia daripada Singapura, juga telah diungkapkan sebagai tidak benar.

HOAKS ATAU FAKTA?

Jika Anda mengetahui ada berita viral yang hoaks atau fakta, silakan klik tombol laporkan hoaks di bawah ini

closeLaporkan Hoaks checkCek Fakta Lain
Berkat konsistensinya, Kompas.com menjadi salah satu dari 49 Lembaga di seluruh dunia yang mendapatkan sertifikasi dari jaringan internasional penguji fakta (IFCN - International Fact-Checking Network). Jika pembaca menemukan Kompas.com melanggar Kode Prinsip IFCN, pembaca dapat menginformasikannya kepada IFCN melalui tombol di bawah ini.
Laporkan
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com