Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Gempa dan Tsunami Pangandaran, 668 Tewas

Kompas.com - 17/07/2021, 08:55 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini 15 tahun lalu, tepatnya 17 Juli 2006, terjadi serangkaian gempa bumi di wilayah pantai selatan Pulau Jawa.

Diberitakan Harian Kompas, 18 Juli 2006, gempa itu disusul gelombang pasang.

Gempa pertama pukul 15.11 WIB berkekuatan 6,8 skala Richter (SR) berpusat di Samudra Hindia sekitar 360 kilometer (km) selatan Jakarta, atau sekitar 100 km dari kota Cilacap, Jawa Tengah. Kemudian, terjadi gempa susulan berkekuatan 5,5 SR dan 6,1 SR.

Getaran gempa terasa di Jakarta serta sejumlah wilayah seperti Pantai Pangandaran, Kabupaten Ciamis (Jawa Barat), Cilacap dan Kebumen (Jawa Tengah), Pantai Samas di Bantul (DI Yogyakarta), juga di Pacitan dan Surabaya (Jawa Timur).

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gunung Lokon di Sulawesi Utara Meletus Hebat, 10.000 Warga Mengungsi

Kronologi kejadian

Kecamatan Pangandaran menjadi daerah terparah. Selain dekat dengan titik episentrum gempa, kawasan wisata ini berpenduduk lebih padat dibandingkan dengan daerah lain di pantai selatan Jawa.

Pukul 23.00 muncul kabar air laut kembali pasang. Ribuan warga memadati jalan-jalan dan kawasan Masjid Agung Pangandaran.

Ratusan warga dari sejumlah desa lain menyelamatkan diri ke lokasi lebih tinggi. Tenaga medis sangat dibutuhkan di wilayah itu mengingat tenaga medis yang ada jumlahnya tidak sebanding dengan jumlah korban.

Gelombang tsunami setinggi 2-4 meter terjadi sesaat setelah gempa, menyapu permukiman warga di kawasan pantai di Jabar, Jateng, dan DI Yogyakarta. Air laut naik sampai sekitar 100 meter ke daratan.

Sementara itu, di Pantai Parangtritis gelombang menyapu 100 meter ke arah dalam bibir pantai, dan kemudian surut lama sejauh 200 meter ke arah laut.

Gelombang besar mengempaskan 125 perahu dan menghancurkan tempat pelelangan ikan (TPI) di Karangduwur.

Di desa itu 20 warung hanyut ke laut setelah disapu gelombang, sementara 150 unit perahu nelayan di Ayah dan 372 perahu di Pantai Suwuk hancur.

Gempa disertai gelombang tsunami membuat warga di pantai selatan Jateng dari Kebumen hingga Cilacap panik.

Hampir semua warga-bahkan penduduk di desa-desa berjarak lebih dari 25 kilometer dari garis pantai-ikut mengungsi.

Baca juga: Update Corona 17 Juli: Kasus Harian Indonesia Capai 54.000 | Brazil Izinkan Fasilitas Veteriner Produksi Vaksin

Ratusan korban jiwa

Dikutip Kompas.com, 18 Juli 2016, tsunami Pangandaran merenggut 668 korban jiwa, 65 hilang (diasumsikan meninggal dunia) dan 9.299 lainnya luka-luka.

Pada hari Senin 17 Juli 2006 pukul 15.19 WIB, terjadi gempa dengan kekuatan M7.7 dengan pusat di lepas pantai Pangandaran.

Gempa yang terjadi di lepas pantai Pangandaran itu berkekuatan ‘moderate’. Biasanya gempa seperti itu tidak menimbulkan tsunami dengan ketinggian lebih dari 5 meter.

Akan tetapi tsunami Pangandaran menimbulkan tsunami dengan ketinggian rayapan mencapai 21 m.

Jenis tsunami seperti itu dikategorikan oleh peneliti Kanamori sebagai tsunami-earthquake, yaitu gempa yang membangkitkan tsunami dengan magnitudo lebih besar daripada magnitudo gempanya.

Dengan bahasa yang lebih sederhana, adalah gempa yang membangkitkan tsunami jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi tsunami rata-rata yang dibangkitkan oleh gempa dengan kekuatan yang sama.

Kejadian seperti ini dibangkitkan oleh gempa dengan karakteristik sedikit berbeda dari gempa pada umumnya di mana pelepasan energi gempa tersebut memakan waktu lebih lama dibandingkan gempa pada umumnya, sehingga getaran gempa tidak terlalu dirasakan oleh masyarakat di daerah pantai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Tren
Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Tren
Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Tren
Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Tren
Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

Tren
Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com