KOMPAS.com - Hari ini 15 tahun lalu, tepatnya 17 Juli 2006, terjadi serangkaian gempa bumi di wilayah pantai selatan Pulau Jawa.
Diberitakan Harian Kompas, 18 Juli 2006, gempa itu disusul gelombang pasang.
Gempa pertama pukul 15.11 WIB berkekuatan 6,8 skala Richter (SR) berpusat di Samudra Hindia sekitar 360 kilometer (km) selatan Jakarta, atau sekitar 100 km dari kota Cilacap, Jawa Tengah. Kemudian, terjadi gempa susulan berkekuatan 5,5 SR dan 6,1 SR.
Getaran gempa terasa di Jakarta serta sejumlah wilayah seperti Pantai Pangandaran, Kabupaten Ciamis (Jawa Barat), Cilacap dan Kebumen (Jawa Tengah), Pantai Samas di Bantul (DI Yogyakarta), juga di Pacitan dan Surabaya (Jawa Timur).
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gunung Lokon di Sulawesi Utara Meletus Hebat, 10.000 Warga Mengungsi
Kecamatan Pangandaran menjadi daerah terparah. Selain dekat dengan titik episentrum gempa, kawasan wisata ini berpenduduk lebih padat dibandingkan dengan daerah lain di pantai selatan Jawa.
Pukul 23.00 muncul kabar air laut kembali pasang. Ribuan warga memadati jalan-jalan dan kawasan Masjid Agung Pangandaran.
Ratusan warga dari sejumlah desa lain menyelamatkan diri ke lokasi lebih tinggi. Tenaga medis sangat dibutuhkan di wilayah itu mengingat tenaga medis yang ada jumlahnya tidak sebanding dengan jumlah korban.
Gelombang tsunami setinggi 2-4 meter terjadi sesaat setelah gempa, menyapu permukiman warga di kawasan pantai di Jabar, Jateng, dan DI Yogyakarta. Air laut naik sampai sekitar 100 meter ke daratan.
Sementara itu, di Pantai Parangtritis gelombang menyapu 100 meter ke arah dalam bibir pantai, dan kemudian surut lama sejauh 200 meter ke arah laut.
Gelombang besar mengempaskan 125 perahu dan menghancurkan tempat pelelangan ikan (TPI) di Karangduwur.
Di desa itu 20 warung hanyut ke laut setelah disapu gelombang, sementara 150 unit perahu nelayan di Ayah dan 372 perahu di Pantai Suwuk hancur.
Gempa disertai gelombang tsunami membuat warga di pantai selatan Jateng dari Kebumen hingga Cilacap panik.
Hampir semua warga-bahkan penduduk di desa-desa berjarak lebih dari 25 kilometer dari garis pantai-ikut mengungsi.
Dikutip Kompas.com, 18 Juli 2016, tsunami Pangandaran merenggut 668 korban jiwa, 65 hilang (diasumsikan meninggal dunia) dan 9.299 lainnya luka-luka.
Pada hari Senin 17 Juli 2006 pukul 15.19 WIB, terjadi gempa dengan kekuatan M7.7 dengan pusat di lepas pantai Pangandaran.
Gempa yang terjadi di lepas pantai Pangandaran itu berkekuatan ‘moderate’. Biasanya gempa seperti itu tidak menimbulkan tsunami dengan ketinggian lebih dari 5 meter.
Akan tetapi tsunami Pangandaran menimbulkan tsunami dengan ketinggian rayapan mencapai 21 m.
Jenis tsunami seperti itu dikategorikan oleh peneliti Kanamori sebagai tsunami-earthquake, yaitu gempa yang membangkitkan tsunami dengan magnitudo lebih besar daripada magnitudo gempanya.
Dengan bahasa yang lebih sederhana, adalah gempa yang membangkitkan tsunami jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi tsunami rata-rata yang dibangkitkan oleh gempa dengan kekuatan yang sama.
Kejadian seperti ini dibangkitkan oleh gempa dengan karakteristik sedikit berbeda dari gempa pada umumnya di mana pelepasan energi gempa tersebut memakan waktu lebih lama dibandingkan gempa pada umumnya, sehingga getaran gempa tidak terlalu dirasakan oleh masyarakat di daerah pantai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.