Luhut mengakui, selama menangani pandemi termasuk PPKM Darurat, pemerintah menghadapi banyak masalah dan kendala.
Masalah dan kendala itu menjadi konsumsi harian kita lewat berbagai media dan secara instan lewat sosial media.
Namun, menurut Luhut, pemerintah berusaha memperbaiki semua masalah dan kendala. Tidak mudah, tidak lekas, tidak segera tuntas.
Sepuluh hari PPKM Darurat dengan data yang mencengangkan setiap hari adalah buktinya.
Dalam situasi seperti ini, bagaimana kita perlu menyikapi? Usaha sepertinya sudah optimal, segala upaya baik yang bisa diambil dilakukan, kenapa hasil tidak kunjung menggembirakan?
Kecewa pasti ada. Reaksi wajar sebagai manusia. Bagaimana lantas membuat respons yang tepat atasnya?
Sesuai namanya, PPKM Darurat bersifat sementara. Setelah semua bisa tertangani dengan lebih baik, kedaruratan tidak lagi diperlukan. Tetapi kapan?
Jika hari-hari ini hasil tampak seperti belum menggembirakan, jangan putus asa. Disiplin dan kegigihan menerapkan disiplin protokol kesehatan itu perlu ditingkatkan lagi bersama-sama.
Pakai maker, jaga jarak, dan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Ini upaya paling murah, paling ampuh, dan berdaya tahan yang bisa kita lakukan sendiri di situasi pandemi.
Tidak perlu menunjuk ke mana-mana. Mulai dari kita. Tidak perlu iri dan meratap untuk mendapat iba kalau mendapati orang sembarangan dan tampak tidak peduli dengan kesehatan bersama.
Jika punya energi, ingatkan mereka. Jangan kecewa jika diabaikan atau tampak sia-sia.
Apakah dengan memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir tidak akan terpapar virus? Tidak juga. Banyak hal terjadi juga di luar kendali kita.
Salam gigih,
Wisnu Nugroho
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.