Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Heboh Video Kampanye Vaksin Kemenkes Pakai Tokoh Anime, Warganet Sebut Wibu, Pengamat Bilang Kreatif

Kompas.com - 06/07/2021, 18:30 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Baru-baru ini, unggahan konten TikTok akun resmi Kementerian Kesehatan viral dan menjadi perbincangan warganet, khususnya di kalangan penggemar anime Jepang.

Dalam unggahan 27 Juni 2021 itu, Kemenkes memberikan informasi bahwa vaksinasi Covid-19 untuk masyarakat umum berusia di atas 18 tahun sudah bisa diakses.

Menariknya, unggahan itu dikemas sedemikian rupa sehingga mudah diterima dan menarik di kalangan anak muda, terutama penggemar anime.

Kemenkes menampilkan sosok Ogiwara Sayu, karakter remaja perempuan dari anime Higehiro, yang mengajak Yudha, seorang remaja laki-laki, untuk ikut divaksin Covid-19.

"Yudha-kun ga update! Sekarang vaksinasi sudah bisa untuk usia 18+ tahun. Coba cek fasilitas pelayanan kesehatan terdekat ya! Sudah bisa kok!," demikian ajakan Sayu-chan kepada Yudha.

@kemenkesri

Kasihan belom tau, mana masih muda lagi. ##samasamabelajar ##wibuindonesia ##KemenkesRI

? ???????? - ????

Baca juga: Ini Skenario Terburuk yang Disiapkan Pemerintah jika Kasus Harian Tembus 40.000 Kasus

Warganet heboh sebut Wibu

Unggahan kampanye vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes yang terkesan "nyeleneh" itu pun sontak menarik perhatian anak muda penggemar anime.

Para penggemar anime atau yang sering dijuluki wibu, ramai-ramai mengomentari unggahan konten TikTok itu.

"bahkan kementerian kesehatan RI jadi wibu sejak pandemi," komentar akun @rish.rish.rish.

"KEMENKES sampe ngewibu buat sosialisasi vaksin. Parah bgt kalo msih tetep ogah-ogah buat vaksin khususnya yang muda-muda tuh, harusnya antusias huhuu," komentar akun @deayustia.

Hingga Selasa (6/7/2021) unggahan tersebut telah dilihat lebih dari 3 juta kali, dan mendapat lebih dari 400 ribu likes.

Baca juga: Pemerintah Awasi Mobilitas Warga Lewat NASA hingga Google, Ini Hasilnya

Pengamat bilang kreatif

Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fajar Junaedi mengatakan, unggahan TikTok kampanye vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes itu dapat ditinjau menggunakan model komunikasi yang dikembangkan Harold Laswell.

Fajar mengatakan, Laswell mengembangkan sebuah model komunikasi yaitu "who says what to whom in what channel in what effect".

Menurut Fajar, efek dari komunikasi dalam komunikasi kesehatan adalah mengubah perilaku masyarakat ke arah hidup yang sehat.

"Dalam hal ini adalah agar masyarakat ikut vaksinasi Covid-19," kata Fajar saat dihubungi Kompas.com, Selasa (6/7/2021).

Baca juga: Hari Ini Terjadi Aphelion, Bumi Berada di Titik Terjauh dari Matahari, Apa Dampaknya?

Menarik perhatian anak muda

Fajar menambahkan, dalam iklan dikenal pula istilah "what to say" dan "how to say".

"Yang pertama adalah pesan vaksinasi, yang kedua adalah bagaimana mengemas pesannya agar sampai ke audiens," kata Fajar.

Sesuai model Laswell, menurut Fajar, "to whom" yang ingin dituju oleh Kemenkes adalah kaum muda.

"Maka TikTok bisa menjadi pilihan yang paling tepat untuk mendapatkan atensi dari kelompok masyarakat ini," ujar Fajar.

Fajar lantas merujuk pada hasil riset tahun 2020 yang dilakukan oleh lembaga riset Statista.

"Risetnya menunjukan bahwa 62 persen pengguna TikTok di Amerika Serikat berusia antara 10 dan 29 tahun. Sebagai perbandingan, hanya 7,1 persen dari mereka yang berusia di atas 50 tahun," kata Fajar.

"Saya yakin di Indonesia tidak jauh berbeda," imbuhnya.

Menurut Fajar, berdasarkan hasil riset itu, TikTok bisa menjadi pilihan tepat dalam kanal (in what channel) untuk menggaet audiens generasi muda.

"Pilihan sosok anime juga menunjukkan cara kreatif mengemas pesan," kata Fajar.

Baca juga: Ramai soal Masker KN95 Bisa Dipakai Berulang-ulang, Ini Kata Dokter

Lantas, apakah gaya kampanye Kemenkes itu patut ditiru oleh instansi lain?

Menurut Fajar, cara yang dilakukan Kemenkes dengan kampanye sosial melalui TikTok dapat dimaknai sebagai sebuah pesan bagi para birokrat.

Fajar mengatakan, berkaca dari respons positif terhadap kampanye vaksinasi Kemenkes di TikTok, para birokrat seharusnya menyadari bahwa pengemasan pesan seharusnya lebih diprioritaskan pada efek pesan, bukan pada aspek komunikator.

"Sebagai contoh, banyak iklan yang isinya pesan kesehatan justru gambarnya kepala daerah yang lebih besar daripada pesannya," kata Fajar.

"Jadi rancu, apakah mengemas pesan kesehatan atau pesan politik. Akhirnya, pesan kesehatannya malah tidak berdampak," kata Fajar melanjutkan.

Namun demikian, ia juga menyarankan agar instansi-instansi lain tidak sepenuhnya meniru model kampanye vaksinasi yang dilakukan Kemenkes.

Fajar mengatakan, pengemasan pesan dalam iklan layanan masyarakat tentu sebaiknya disesuaikan dengan audiens yang disasar.

"Menggunakan TikTok dan karakter meme misalnya, akan cocok untuk kelompok usia muda, namun tidak sesuai untuk kelompok usia dewasa lanjut," ujar dia.

"Dengan demikian, yang diperlukan adalah riset yang cukup sebelum mengemas iklan layanan masyarakat," kata Fajar menandaskan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com