Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Viral Bikin Alat Oksigen dari Aerator Akuarium, Apakah Bisa? Ini Penjelasan Ahli

Kompas.com - 06/07/2021, 07:30 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Di media sosial beredar video yang membagikan cara membuat alat oksigen untuk membantu mereka yang butuh bantuan oksigen karena Covid-19.

Video ini juga beredar di berbagai grup WhatsApp, di tengah sulitnya mendapatkan tabung oksigen di berbagai daerah.

Dalam video itu, dijelaskan cara membuat O2 hanya menggunakan sejumlah bahan dengan biaya di kisaran Rp 100.000-an.

Adapun bahan yang digunakan dalam video tersebut adalah alat penghasil gelembung udara di kolam ikan (aerator), botol air mineral, serta selang.

“Cukup saya berikan 2 alat untuk gelembung ikan yang biasanya di akuarium. Harganya satu Rp 50.000 jadi 2 Rp 100.000 lanjut kita siapkan selang. Ini sesuai kebutuhan. Minimal 2 meter biar nanti bisa dijangkau. Karena darurat ini selang masih begini saja. Ini langsung masuk ke hidung. Ini kita masukkan ke botol ini,” demikian penjelasan yang ada di video itu.

Baca juga: Viral, Unggahan E-mail Phishing Catut PT Pos Indonesia, Waspada!

Selang dihubungkan dengan dua aerator ikan dan dimasukkan ke dalam botol air mineral berisi air.

Pembuat video menyebutkan, oksigen yang dihasilkan bisa digunakan untuk pasien yang tengah merasakan sesak.

Benarkah alat seperti ini bisa membantu?

Penjelasan ahli

Koordinator Kelompok Penelitian Otomasi Industri, Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI, Hendri Maja Saputra, mengatakan, pihaknya sudah melakukan uji coba dari apa yang dibagikan dalam video viral tersebut.

Setelah dicoba, menurut dia, alat tersebut belum bisa dimanfaatkan sebagai alat untuk menghasilkan oksigen bagi pasien.

“Sudah kami coba melalui eksperimen, ternyata sistem tidak bisa meningkatkan fraksi oksigen,” ujar Hendri saat dihubungi Kompas.com, Kamis (1/7/2021).

Ia mengatakan, idealnya oksigen murni fraksi oksigen adalah 100 persen dengan realitas lebih dari 90 persen.

Adapun udara bebas idealnya fraksi oksigen adalah 21 persen.

“Hasil pengujian kemarin (dengan cara video viral) tidak ada perubahan yakni tetap 21 persen),” kata dia.

Dengan demikian, kata Hendri, membuat alat seperti ditunjukkan dalam video tidak bisa sebagai alternatif pengganti tabung oksigen.

Apakah ada bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan alat seperti itu?

Hendri mengaku belum bisa mengidentifikasinya.

Meski demikian, ia menyarankan agar masyarakat tak mudah percaya dengan informasi yang dibagikan melalui video seperti itu.

Hal-hal seperti ini perlu dibuktikan secara ilmiah.

Baca juga: Video Viral Pembeli Rebutan Susu Beruang, Benarkah Berkhasiat?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com