KOMPAS.com – Susu beruang jadi buruan, karena anggapan bisa menangkal Covid-19.
Akibatnya, harga susu melambung dan stoknya sulit di pasaran. Video sebagian masyarakat rebutan susu di sebuah swalayan pun menjadi viral di media sosial.
Namun, tak hanya susu beruang saja. Sebelumnya, ada produk vitamin C juga dilaporkan sejumlah netizen langka di pasaran.
Bahkan, Invermectin yang saat ini telah mendapatkan izin uji klinis di 8 rumah sakit di Indonesia untuk pengobatan Covid-19 juga banyak dicari dan banyak dijual dengan harga tinggi di masyarakat.
Di e-commerce, harga Ivermectin per stripnya sempat dihargai sampai Rp 550.000 per strip. Padahal belum ada kejelasan mengenai fungsi obat ini untuk mengatasi Covid-19.
Di masyarakat sendiri, diburunya Susu Beruang, salah satunya adalah munculnya keyakinan bahwa susu ini berkhasiat untuk menangkal virus corona yang saat ini tengah menjadi pandemi di dunia.
Terpantau sedang rebutan susu ????
(Source: terlampir) pic.twitter.com/zU9efahD52
— Eza Hazami | HR Content Creator (@ezash) July 3, 2021
Baca juga: 4 Fakta Susu Beruang yang Ramai Diburu karena Dianggap Tangkal Covid
Melihat fenomena itu, Pengajar di Program Studi Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM Lili Arsanti Lestari mengatakan sebenarnya apabila imunitas tubuh seseorang bagus seseorang bisa melawan virus itu sendiri.
Namun, ia menegaskan, bukan berarti ketika seseorang mengkonsumsi susu beruang, maka secara otomatis dirinya akan memiliki kekebalan pada virus meskipun susu tersebut mengandung vitamin D.
"Tapi tidak terus hanya minum susu Bear Brand saja, imunitas tubuh bisa ditingkatkan juga dengan konsumsi pangan sehat lainnya," kata Lili seperti dikutip dari Kompas.com, Sabtu (3/7/2021).
Lili mengatakan, ada banyak sumber makan sehat lain yang berasal dari protein, yakni telur, ikan, daging, serta protein nabati seperti tempe.
Selain itu, ia mengatakan agar tubuh sehat seseorang juga perlu mengkonsumsi sumber vitamin dan mineral seperti buah dan sayur.
Ia menambahkan susu memang memiliki kandungan gizi yang baik yang mengandung protein dan mineral yang bermanfaat untuk imunitas tubuh.
Namun ia menekankan ini bukan berarti seseorang harus memilih satu jenis susu tertentu.
"Tapi ya tidak harus Bear Brand, susu yang lain juga bagus," ucap dia.
Baca juga: Panic Buying Susu Beruang dan Tantangan Berpikir Rasional di Tengah Pandemi...
Terjadinya panic buying di Indonesia bukan hanya terjadi kali ini saat kasus Covid-19 melonjak.
Saat awal-awal pandemi, masyarakat juga mengalami panic buying dengan ditimbunnya masker yang berdampak pada mahalnya harga masker.
Sosiolog dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartono menilai, kepanikan yang terjadi di masyarakat semacam ini merupakan demonstration effect.
Hal ini terjadi karena adanya peniruan dari orang lain yang melihat orang lain berbondong-bondong membeli suatu produk.
Menurut dia, hal ini bisa dipengaruhi adanya informasi negatif yang berkembang di masyarakat.
"Artinya ada informai yang mendorong terjadinya rush. Informasi negatif itu maksudnya bukan menjelek-jelekan, itu informasi yang tersebar tapi tidak sesuai dengan realitas yang terjadi," jelas dia dikutip dari Kompas.com, 4 Juni 2021.
Ia menyebut panic buying sebenarnya bisa dicegah dengan kontrol informasi.
"Kecuali barang itu mengalami kelangkaan sebenarnya, misalnya oksigen itu kan pabriknya dibandingkan kebutuhan rumah sakit kan tidak seimbang," ujar dia.
"Itu yang real. Jadi harus dipisahkan antara panic buying karena demonstration efect dan punic buying karena barangnya dibutuhkan dan tidak ada," lanjut dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.