Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
Laman Kementerian Kesehatan Rusia menyatakan bahwa Covid-19 disebabkan oleh virus. Di laman tersebut tercantum, sumber penyakit disebabkan oleh virus SARS-CoV-2.
Adapun mengenai otopsi, mengutip Reuters, WHO memang tidak melarang otopsi jenazah Covid-19.
Wakil Perdana Menteri Rusia Tatyana Golikova, mengatakan pada Desember 2020, tidak ada penelitian yang menghubungkan paparan teknologi nirkabel dengan efek negatif pada kesehatan.
Rusia bukan satu-satunya negara yang melakukan otopsi terhadap jenazah Covid-19 atau studi post-mortem.
Otopsi semacam itu juga sudah dilakukan di negara-negara lain, seperti Amerika Serikat, Jerman, Italia, dan Inggris.
Dari otopsi itu, tidak ada yang menyimpulkan bahwa Covid-19 disebabkan oleh bakteri.
Sementara itu, klaim mengenai bakteri dari Covid-19 menyebabkan pembekuan di pembuluh darah juga salah.
Institut Kesehatan Nasional (NIH) AS dan Johns Hopkins Medicine menyebut bahwa salah satu efek mematikan dari Covid-19 adalah peradangan dan pembekuan darah yang tidak normal, yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan mulai dari serangan jantung hingga kerusakan organ hingga stroke.
Namun, pembekuan itu bukan karena bakteri. Hal ini disebabkan oleh koagulasi intravaskular diseminata (DIC), suatu kondisi yang menyebabkan pembekuan darah atau trombosis, pada pasien Covid-19.
Namun, pembekuan darah hanyalah salah satu dari banyak efek yang dapat ditimbulkan oleh Covid-19, tetapi tidak identik dengan trombosis.
WHO menyatakan bahwa penyebab Covid-19 disebabkan oleh virus dari famili yang disebut Coronaviridae. Antibiotik tidak mampu melawan virus.
Beberapa orang yang sakit akibat Covid-19 memang dapat mengalami infeksi bakteri dan komplikasi. Dalam hal ini, antibiotik digunakan untuk komplikasi tersebut, bukan sebagai obat Covid-19.
Misalnya, obat anti-inflamasi deksametason, sempat dipakai Badan Obat Eropa untuk membantu pasien Covid-19 yang kesulitan bernapas.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengatakan anti-inflamasi ibuprofen dapat digunakan untuk mengurangi gejala yang terkait dengan Covid-19 berupa demam.
Sejauh ini, belum ada obat berlisensi untuk menyembuhkan Covid-19.