KOMPAS.com - Reverse transcription-Polymerase Chain Reaction atau RT-PCR adalah metode pengujian Covid-19 yang hingga saat ini diyakini paling valid dan akurat.
Tes ini menguji sampel lendir yang diambil dari hidung maupun tenggorok pasien di laboratorium.
Selain keterangan positif atau negatif Covid-19, hasil pengujian ini juga akan memunculkan angka CT atau Cycle Threshold yang konon memiliki makna tersendiri, atas infeksi virus corona yang terjadi pada seseorang.
Di media sosial, banyak unggahan yang memuat informasi terkait makna di balik angka CT ini.
Baca juga: Muncul Varian Baru, Masih Relevankah Swab Test Antigen dan PCR Digunakan?
Misalnya, yang diunggah akun Instagram @alatkesehatanid_official.
Ahli patologi klinis dari RSA UNS Surakarta, dr. Tonang Dwi Ardyanto, Ph.D, menjelaskan angka CT merupakan salah satu indikator yang digunakan dokter untuk mengetahui bagaimana kondisi seorang pasien Covid-19.
"CT value menunjukkan estimasi jumlah virus di dalam sampel. Kalau cara ambil sampelnya tepat, berarti juga menggambarkan jumlah virus di tempat dilakukannya swab," kata Tonang, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (26/6/2021).
Akan tetapi, jumlah virus yang terdeteksi itu tidak selalu berbanding lurus dengan derajat kesakitan yang diderita seseorang.
"Jumlah virus dalam tempat swab tidak selalu sesuai dengan derajat gejala atau penyakit covid-nya. Ada yang CT value rendah, jumlah virus tinggi, tapi gejalanya ringan. Sebaliknya, ada yang CT value relatif tinggi, jumlah virus diduga rendah, tapi gejalanya justru lebih berat," ungkap Tonang.
"Maka nilai CT value saja, TIDAK bisa dijadikan patokan," lanjut dia.
Oleh karena itu, angka CT yang dicantumkan pada hasil tes PCR tidak bisa dibaca sebagai suatu parameter tunggal untuk mengetahui kondisi keseluruhan pasien.
Tonang menyebutkan, informasi nilai CT ini hanya akan digunakan oleh dokter yang merawat sebagai informasi tambahan untuk membuat keputusan terkait kondisi pasien dan penanganan seperti apa yang selanjutnya harus diberikan.
Terkait tafsiran angka CT seperti yang tersebar di media sosial, Tonang menyatakan tidak sepenuhnya benar.
"Tidak (benar). Pasien itu sosok tubuh lengkap. Bukan sekadar angka CT value. Maka penilaian terhadap kondisi pasien harus komprehensif," ujar dia.
Sementara itu, terkait kemampuan tes PCR dalam menemukan virus hidup atau sudah mati (fragmen/bangkai), Tonang mengatakan, perlu uji lebih lanjut.