Artinya, bukan pelaku isoman yang menuju lokasi tes, melainkan petugas tes yang mendatanginya.
Hal ini masih berkaitan dengan poin sebelumnya bahwa pelaku isoman dilarang meninggalkan tempat isolasi selama 2 pekan.
"Kalau misalnya ada dari institusi atau kantornya merencanakan testing, misalnya rapid test antigen, pada hari ketiga, kelima, ketujuh isoman, itu harus dilakukan secara pasif. Didatangi. Tidak boleh dia melakukan perjalanan keluar dari rumah atau kamarnya," kata Dicky.
Terakhir, pemantauan harian secara berkala untuk mengetahui perkembangan orang yang tengah menjalani isolasi mandiri.
Menurut Dicky, hal ini sangat penting dilakukan karena perburukan kondisi bisa terjadi kapan saja meski sebelumnya tidak menunjukkan gejala.
"Dipantau harian, suhu berapa pagi, sore, kemudian kalau ada (alat untuk cek) saturasi oksigen. Ada keluhan apa, harus ada checklist untuk memastikan pagi sore itu kondisinya relatif terjaga, atau dalam kondisi secara umum baik," kata Dicky.
"Karena bisa terjadi perburukan sewaktu-waktu, terutama pada orang yang memiliki faktor risiko," lanjut dia.
Pemantauan ini harus dilakukan sebisa mungkin oleh pihak lain yang terus melakukan kontak dengan pelaku isoman, agar ia tidak keluar dari rumahnya.
Jika tidak disiplin, bukan hanya orang lain yang bisa tertular, tetapi dirinya sendiri sendiri.
Apalagi, dengan meluasnya penularan varian baru corona Delta yang tingkat penularannya lebih tinggi dan meningkatkan risiko keparahan.
Setelah masa 14 hari terlalui dan tidak ada laporan gejala yang berarti, artinya orang yang menjalani karantina dapat dikatakan dalam kondisi yang baik.
"Setelah disiplin isoman 14 hari dan tidak ada bergejala, dia dianggap relatif aman, pulih. Walaupun saya harus sampaikan ada juga yang hari ke-14 positif, ada lho," kata Dicky.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.